LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP KOMUNITAS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di
segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai
inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan
ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status
kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat
pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari
seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan
telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa
setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang
kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang
kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah terjadi
pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan
promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit
pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal
ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut
berperan serta secara aktif dalam uoaya peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan
masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu,
keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu; keluarga
dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapakn konsep
kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan
tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keprawatan secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan III Kelompok 3
Gerbong II melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di RT 01-04 RW II
Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kotamadya Surabaya dengan menggunakan 3
pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mampunyai
satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar
di RW II. Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok
kerja kesehatan, pembentukan kelompok kerja lanjut usia, memberdayakan kader
kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok karang taruna. Dengan
pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang
lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri
dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait, Pokjakes dan
seluruh komponen desa untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat
mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan
tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan
perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk
bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitad dan
pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam
upaya meningkatkan status kesehatannya.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan
komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas pada setiap
area pelayanan keperawatan di komunitas dengan pendekatan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas,
mahasiswa mampu:
1)
Menerapkan strategi yang tepat
dalam mengkaji komunitas
2)
Menentukan diagnosa kesehatan dan
keperawatan komunitas untuk komunitas yang spesifik berdasarkan analisa
epidemiologi
3)
Menerapkan pendidikan kesehatan
yang spesifik dan strategi organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan
serta peningkatan kesehatan komunitas
4)
Melaksanakan perawatan kesehatan
komunitas berdasarkan faktor resiko personal, sosial dan lingkungan
5)
Mengkoordinasi sumber-sumber yang
ada di komunitas untuk meningkatkan kesehatan komunitas
6)
Menerapkan proses penelitian dan
pengetahuan penelitian untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
7)
Mendemonstrasikan karakteristik
peran profesional, berfikir kritis, belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi
yang efektif dan kepemimpinan di dalam komunitas.
1.3 Manfaat
1.3.1
Untuk
Mahasiswa
1)
Dapat mengaplikasikan konsep
kesehatan komunitas secara nyata kepada masyarakat.
2)
Belajar menjadi model profesional
dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas
3)
Meningkatkan kemampuan berfikir
kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat
4)
Meningkatkan keterampilan
komunikasi, kemandirian dan hubungan interpersonal.
1.3.2
Untuk
Masyarakat
1)
Mendapatkan kesempatan
seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
2)
Mendapatkan kemampuan untuk
mengenal, mengerti dan menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara
penyelesaian masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
3)
Masyarakat mengetahui gambaran
status kesehatannya dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
1.3.3
Untuk
Pendidikan
1)
Salah satu tolak ukur keberhasilan
Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Program Profesi khususnya di bidang keperawatan komunitas.
2)
Sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam pengembangan model praktek keperawatan komunitas
selanjutnya.
1.3.4
Untuk
Profesi
1)
Upaya menyiapkan tenaga perawat
yang profesional, berpotensi secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah
ditentukan.
2)
Memberikan suatu model baru dalam
keperawatan komunitas sehingga profesi mampu mengembangkannya.
3)
Salah satu bukti profesionalisme
keperawatan telah terwujudkan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Tujuan Pembangunan Kesehatan
Nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan amsyarakat yang optimal. Dengan demikian
pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional
khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai
salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai
oleh pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dalat berperan
aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui
perawatan kesehatan komunitas.
2.1 Perawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Ruth
B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan,
keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan erorganisasi diterapkan
dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain
dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh
karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu,
keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan
penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam
pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut
American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1.
Sistem pelayanan kesehatan bersifat
kompleks
2.
Pelayanan kesehatan primer,
sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan kesehatan
3.
Keperawatan merupakan sub sistem
pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4.
Fokus utama adalah keperawatan
primer sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan
utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada
asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1.
Bagian integral dari pelayanan
kesehatan khususnya keperawatan
2.
Meerupakan bidang khusus
keperawatan
3.
Gabungan dari ilmu keperawatan,
ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta
masyarakat)
4.
Sasaran pelayanan adalah individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5.
Ruang lingfkup kegiatan adalah
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan
penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6.
Melibatkan partisipasi masyarakat
7.
Bekerja secara team (bekerjasama)
8.
Menggunakan pendekatan pemecahan
masalah dan perilaku
9.
Menggunakan proses keperawatan
sebagai pendekatan ilmiah
10. Bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik
keperawatan komunitas adalah:
1.
Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia,
dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang
2.
Penyusunan kebijakan seharusnya
melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini komunitas
3.
Perawat sebagai pemberi pelayanan
dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik
4.
Lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun mengahambat
5.
Pencegahan penyakit dilakukan dalam
upaya meningkatkan kesehatan
6.
Kesehatan merupakan tanggung jawab
setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan
keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan
komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah
keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4
hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.
Perawatan kesehatan masyarakat
adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang
sehat pada umumnya.
3.
Pelayanan perawatan kesehatan
masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan
bagian integral dari upaya kesehatan
4.
Upaya preventif dan promotif
merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
5.
Pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan
6.
Perawatan kesehatan masyarakat
sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan
kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi
perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat
7.
Pengembangan tenaga keperawatan
kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus
8.
Individu dalam suatu masyarakat
ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong,
mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
2.2 Tujuan Perawatan Kesehatan
Komunitas
2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
2.2.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
1)
Mengidentifikasi masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi
2)
Menetapkan masalah
kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3)
Merumuskan berbagai alternatif
pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
4)
Menanggulangi masalah
kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5)
Penilaian hasil kegiatan dalam
memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
6)
Mendorong dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan
7)
Meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self
care).
8)
Menanamkan perilaku sehat melalui
upaya pendidikan kesehatan, dan
9)
Lebih spesifik lagi adalah untuk
menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkann angka kematian bayi, ibu dan
balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
10) Tertanganinya
kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.
2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan
komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat
maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri
atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi,
satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau
beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1)
Kelompok khusus dengan kebutuhan
khusus sebagai akibat perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
- Ibu hamil
- Bayi baru lahir
- Balita
- Anal usia sekolah
- Usia lanjut
2)
Kelompok dengan kesehatan khusus
yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya
adalah:
- Penderita penyakit menular,
seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin lainnya.
- Penderita dengan penyakit tak
menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat
fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3)
Kelompok yang mempunyai resiko
terserang penyakit, diantaranya:
- Wanita tuna susila
- Kelompok penyalahgunaan obat
dan narkoba
- Kelompok-kelompok pekerja
tertentu
- Dan lain-lain
4)
Lembaga sosial, perawatan dan
rehabilitasi, diantaranya adalah:
- Panti wredha
- Panti asuhan
- Pusat-pusat rehabilitasi
(cacat fisik, mental dan sosial)
- Penitipan balita
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang
saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan,
baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya.
2.4 Ruang Lingkup Perawatan
Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan
masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1)
Penyuluhan kesehatan masyarakat
2)
Peningkatan gizi
3)
Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4)
Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5)
Olahraga secara teratur
6)
Rekreasi
7)
Pendidikan seks
2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1)
Imunisasi massal terhadap bayi,
balita serta ibu hamil
2)
Pemeriksaan kesehatan secara
berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun kunjungan rumah
3)
Pemberian vitamin A dan yodium
melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah
4)
Pemeriksaan dan pemeliharaan
kehamilan, nifas dan meyusui
2.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati
anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1)
Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2)
Perawatan orang sakit sebagai
tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah sakit.
3)
Perawatan ibu hamil dengan kondisi
patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4)
Perawatan payudara
5)
Perawatan tali pusat bayi baru
lahir
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok
tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik
dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
1)
Latihan fisik, baik yang mengalami
gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan
2)
Latihan-latihan fisik tertentu bagi
penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk,
penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
2.4.5 Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah
kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu
penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus
seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jeals dan dapat dimengerti.
2.5 Kegiatan Praktik Keperawatan
Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan
komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap
menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi
secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1)
Memberikan asuhan keperawatan
langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan,
di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2)
Penyuluhan/pendidikan kesehatan
masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
3)
Konsultasi dan pemecahan masalah
kesehatan yang dihadapi
4)
Bimbingan dan pembinaan sesuai
dengan masalah yang mereka hadapi
5)
Melaksanakan rujukan terhadap
kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut
6)
Penemuan kasus pada tingakat
individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
7)
Sebagai penghubung antara
masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8)
Melaksanakan asuhan keperawatan
komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan
kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses
keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9)
Mengadakan koordinasi di berbagai
kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10) Mengadakan
kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11) Memberikan
ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
2.6 Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang
dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi
yang dikatkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat
diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan
sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat
kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan
terhadapat keluarga binaan disebut dengan family
approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang
datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat
daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi
masyarakat disebut community approach.
2.7 Metode
Dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan adalah proses
keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan,
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
2.7.1 Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat adalah:
1)
Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas
beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan
MC. Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi;
populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan;
keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan
sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang
sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2)
Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa
data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut
Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
- Masalah sehat sakit
- Karakteristik populasi
- Karakteristik lingkungan
3)
Perumusan Masalah dan Diagnosa
Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai
dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual,
ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan
masyarakat antara lain:
- Masalah yang ditetapkan dari
data umum
- Masalah yang dianalisa dari
hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan
tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a.
Masalah spesifik yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat
b.
Kebijaksanaan nasional dan wilayah
setempat
c.
Kemampuan dan sumber daya
masyarakat
d.
Keterlibatan, partisipasi dan peran
serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a.
Perhatian masyarakat, meliputi:
pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan
yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
b.
Prevalensi menunjukkan jumlah kasus
yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu
c.
Besarnya masalah adalah seberapa
jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d.
Kemungkinan masalah untuk dapat
dikelola dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan
kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
2.7.2 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1)
Menetapkan tujuan dan sasaran
pelayanan
2)
Menetapkan rencana kegiatan untuk
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
3)
Menetapkan kriteria keberhasilan
dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
2.7.3 Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
adalah:
1)
Melaksanakan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
2)
Mengikutsertakan partisipasi aktif
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya
3)
Memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan
praktik keperawatan komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya
dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan
diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis,
sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat
cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat
berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
2.7.4 Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan
dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian,
yaitu:
1)
Daya guna
2)
Hasil guna
3)
Kelayakan
4)
Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1)
Relevansi atau hubungan antara
kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2)
Perkembangan atau kemajuan proses
3)
Efisiensi biaya
4)
Efektifitas kerja
5)
Dampak: apakah status kesehatan
meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti
gambar dibawah ini:
Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat
pada
gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar
daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.
Tujuan akhir perawatan komunitas
adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu:
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat
anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DII WILAYAH RW II KELURAHAN WIYUNG
KECAMATAN WIYUNG KOTAMADYA SURABAYA
01 JULI 2002-23 AGUSTUS 2002
Praktik klinik keperawatan komunitas dilaksanakan mahasiswa
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Angkatan III Kelompok 3 Gerbong II mulai 01 Juli 2002 – 23 Agustus 2002 sebagai
salah satu perogram profesi dalam menempuh pendidikan Strata 1 Keperawatan.
Praktik tersebut dilakukan untuk mengejawantahkan konsep
kepeerawatan dan kesehatan komunitas serta keluarga di tataran nyata kepada
masyarakat sehingga upaya mencetak tenaga perawat profesional sesuai dengan
kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai
model pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraikan ikhtisar asuhan keperawatan
komunitas yang telah kami lakukan.
3.1 Tahap Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1)
Data Demografi
Wilayah RW II Kelurahan Wiyung terbagi menjadi 4 RT yang masing-masing
RT terdiri dari 100-150 KK dengan data yang terkumpul sejumlah 356 KK
(quesioner) dari 500 KK yang diperkirakan, berdasarkan data hasil observasi dan
wawancara dengan aparat RW, maka didapatkan bahwa 100% penduduk merupakan warga
asli Wiyung dengan jumlah 1478 penduduk.
Berdasarkan metode pengkajian Winshield Survey, data
demografi masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas
wilayah sebelah barat : RW
III Kelurahan Wiyung
Batas
wilayah sebelah timur :
Kelurahan Babadan
Batas
wilayah sebelah selatan : RW I
Kelurahan Wiyung
Batas
wilayah sebelah utara : RW
III dan IV Kelurahan Wiyung
Fasilitas yang tersedia di RW II
Kelurahan Wiyung adalah sebagai berikut: balai RW II (1 buah), musholla di RT
02 (1 buah), masjid di RT 04 dan 01 (2 buah), Posyandu.
Hasil data yang diperoleh melalui
angket/quesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat
disajikan sebagai berikut:
a.
Distribusi Warga Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi Warga Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.1 Distribusi Jenis
Kelamin Warga RW II Wiyung
Dari gambar diatas didapatkan bahwa sebagian besar
warga berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 748 orang (50,6%) dan 730 orang
berjenis kelamin laki-laki (49,4%). Perbandingan tersebut seimbang.
b.
Distribusi Warga Berdasarkan Agama/Kepercayaan
Gambar 4.2 Distribusi Agama/Kepercayaan Warga RW I Wiyung
Sebagian besar (93%) warga beragama Islam dengan
kegiatan keagamaan yang aktif yaitu majlis dzibaiyah ibu-ibu setiap Selasa
malam, majlis tahlil ibu-ibu setiap Rabu malam, majlis tahlil bapak-bapak tiap
Kamis malam.
c.
Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Gambar 4.3 Distribusi Umur Warga
RW II Kelurahan Wiyung
Dari gambar diatas, diadapatkan bahwa sebagian besar
wrga berada pada usia produktif yaitu 22-55 tahun dengan jumlah 757 orang
(51,2%). Selain itu, terdapat data yang mencolok yaitu jumlah usia lanjut yang
menduduki peringkat ke-4, yaitu sejumlah 142 orang (9,61%), hal ini memberikan
dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memerlukan tinakan
yang lebih terhadap kelompok khusus ini.
d.
Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan
Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan
Gambar 4.4 Distribusi Pendidikan Warga RW II Kelurahan Wiyung
Berdasarkan gambar diatas,
didapatkan data bahwa sebagian besar warga RW II Kelurahan Wiyung berpendidikan
SD atau sederajat dengan jumlah 587 orang (39,7%).
Dari gambar tersebut, didapatkan pula warga yang tidak
sekolah sejumlah 269 orang (18,2%), data tersebut meliputi warga dewasa yang
tidak pernah mengenyam pendidikan/bangku sekolah dan balita.
e.
Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan
Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.5 Distribusi Pekerjaan Warga RW II Kelurahan Wiyung
Gambar 4.5 diatas menunjukkan sebagian warga tidak
bekerja sejumlah 846 orang (57,2%). Warga yang tidak bekerja meliputi ibu rumah
tangga, balita, anak dan remaja sekolah serta usia lanjut. Kebanyakan dari
warga yang bekerja adalah mempunyai pekerjaan swasta 289 orang (19,6%) yaitu
dagang, pekerja bangunan dan karyawan swasta 264 orang (17,9%).
2)
Data Kesehatan Lingkungan
Dari 356 KK yang didata, didapatkan data kesehatan
lingkungan sebagai berikut:
a.
Status kepemilikan rumah:
K Sewa/kontrak : 3,3%
K Rumah
sendiri : 81,8%
K Orang
tua/keluarga : 15,5%
b.
Ratio jumlah kamar tidur dengan
anggota keluarga:
K 1
: 1 : 21%
K 1
: 2 : 49,1%
K 1
: 3 atau lebih : 29,9%
c.
Lantai rumah:
K Keramik : 34.6%
K Tegel : 13,29%
K Semen : 42,52%
K Tanah : 9,6%
d.
Keberadaan ventilasi:
K Terdapat
ventilasi di masing-masing kamar :
51,9%
K Tidak
terdapat ventilasi di masing-masing kamar :
48,1%
e.
Kebiasaan membuka ventilasi:
K Sering : 51,4%
K Jarang : 48,6%
f.
Pencahayaan oleh cahaya matahari:
K Baik : 19,2%
K Cukup : 77,2%
K Kurang : 3,6%
g.
Sumber air bersih:
K PDAM : 93,7%
K Sumur
gali : 6,3%
K Lain-lain : 0%
h.
Air minum:
K Air
kemasan : 2,9%
K PDAM
dimasak : 89,3%
K PDAM
tidak dimasak : 1,9%
K Sumur : 5,8%
i.
Jamban/WC:
K Ada : 97%
K Tidak
ada : 3%
j.
Resapan septik tank:
K Ada : 44,7%
K Tidak
ada : 55,3%
k.
Kebiasaan menguras bak penampungan
air:
K Setiap
3 hari : 14,3%
K Seminggu
sekali : 50,5%
K Lebih
seminggu : 35,2%
l.
Keberadaan jentik nyamuk:
K Ada : 49,2%
K Tidak
ada : 50,8%
m.
Pembuangan sampah:
K Bak
sampah & diangkut petugas : 4,6%
K Ditimbun : 2,6%
K Dibakar : 91,4%
K Lain-lain : 1,3%
n.
Pembuangan air limbah rumah tangga:
K Peresapan : 5,6%
K Parit/got : 91,7%
K Tergenang : 2,6%
3)
Data Kesehatan Usia Lanjut
- Keberadaan lansia di KK:
K Ada : 39,4%
K Tidak
ada : 60,6%
- Jumlah lansia di RW II
Kelurahan Wiyung: 129 orang
- Status kesehatan:
K Sehat : 77,5%
K Sakit : 22,5%, dengan keluhan pegal linu,
sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-lain.
- Tindakan yang dilakukan bila
lansia sakit:
K Puskesmas : 83,7%
K Dukun : 0%
K Dokter : 14,7%
K Rumah
Sakit : 0,8%
K Lain-lain : 0,8%, yaitu klinik dan bidan
- Aktifitas lansia sehari-hari:
K Organisasi : 16,7%
K Usaha
produktif : 16,7%
K Senam/OR : 3,3%
K Tanpa
kegiatan : 63,3%
4)
Data Kesehatan Ibu Hamil
- Keberadaan ibu hamil dalam KK:
K Ada : 6,3%
K Tidak
ada : 93,7%
- Jumlah ibu hamil: 17 orang
- Kehamilan ke-:
K 1 : 52,9%
K 2 : 35,3%
K 3 : 11,8%
K >4 : 0%
- Usia kehamilan:
K 1-3
bulan : 41,7%
K 4-6
bulan : 16,7%
K 7-9
bulan : 33,3%
- Pemeriksaan kehamilan:
K Memeriksakan : 100%
K Tidak
memeriksakan : 0%
- Kerutinan pemeriksaan
kehamilan:
K Rutin : 100%
K Tidak
rutin : 0%
- Tempat pemeriksaan kehamilan:
K Puskesmas : 17,6%
K Posyandu : 0%
K RS/Klinik : 23,5%
K Dokter/bidan : 58,8%
- Keluhan selama kehamilan:
K Ada : 20% yaitu mual, pusing terutama
yang usia kehamilan muda
K Tidak
ada : 80%
- Imunisasi TT selama hamil:
K Sudah : 76,5%
K Belum : 23,5%
5)
Data Keluarga Berencana
-
Akseptor KB
Gambar 4.6 Keikutsertaan Keluarga dari RW II
Kelurahan Wiyung menjadi Peserta KB
Dari gambar 4.6 diatas, didapatkan data bahwa dari 356
KK, terdapat 76% dari isteri menjadi akseptor KB.
- Metode KB yang digunakan:
Gambar
4.7 Metode KB yang digunakan Akseptor KB warga RW II Kelurahan Wiyung
Gambar 4.7 diatas menunjukkan sebagian besar akseptor
KB menggunakan metode suntik (63%) dan pil (31%).
6)
Data Kesehatan Balita
- Imunisasi Balita:
K Polio:
¼ 4
kali : 38%
¼ 3
kali : 22,8%
¼ 2
kali : 15,2%
¼ 1
kali : 9,8%
¼ Tidak
imunisasi : 14,1%
K Hepatitis
B:
¼ 3
kali : 47,7%
¼ 2
kali : 13,6%
¼ 1
kali :16%
¼ Tidak
imunisasi : 22,7%
K DPT:
¼ 3
kali : 48,9%
¼ 2
kali : 9,1%
¼ 1
kali : 18,2%
¼ Tidak
imunisasi :23,9%
K BCG:
¼ 1
kali : 75,3%
¼ Tidak
imunisasi : 24,7%
K Campak:
¼ 1
kali : 60,2%
¼ Tidak
imunisasi : 39,8%
- Umur diberi ASI
K <
6 bulan : 18,1%
K 6-12
bulan : 20,2%
K 12-18
bulan : 8,5%
K sampai
24 bulan : 53,2%
- Pemberian makanan tanbahan:
K Segera
setelah lahir : 3,1%
K Umur
1 bulan :6,3%
K Umur
2 –3 bulan :14,6%
K Setelah
umur 4 bulan :46,9%
K Umur
> 6 bulan : 29,2%
- Status gizi (KMS):
K Berada
di garis hijau : 68,9%
K Berada
di garis kuning : 30%
K Berada
di garis merah : 1,1%
- Tempat penimbangan
K Posyandu : 56,2%
K Puskesmas : 25%
K Lain-lain : 18,8%
- Waktu penimbangan
K Rutin
setiap bulan :
78,7%
K Tidak
rutin setiap bulan ( > 1 bulan) :
21,3%
K
Distribusi rutinitas penimbangan
tidak normasl, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02.
K Alasan
tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada
teman untuk berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.
- Tindakan bila anak sakit
K Dokter
praktik : 10,6%
K Perawat/bidan : 6,4%
K Puskesmas/RS : 83%
K Lain-lain : 0%
7)
Data Status Kesehatan Keluarga
- Anggota keluarga yang sakit 6
bulan terakhir
K Ada : 36,4%
K Tidak
ada : 63,6%
- Penyakit yang diderita
K DHF : 0%
K Campak : 0%
K TBC : 0%
K Thypoid : 2,4%
K Lain-lain : 97,6%, yaitu batuk, pilek, pegal linu,
darah tinggi, sesak, darah tinggi/hypertensi, dan lain-lain.
- Anggota keluarga yang
meninggal 1 tahun terakhir
K Ada : 9,1%
K Tidak
ada : 90,9%
8)
Data Kesehatan Remaja
- Remaja di keluarga (KK)
K Ada : 74,7%
K Tidak
ada : 25,3%
- Jumlah remaja: 251 orang
(16,9%) dari 1478 penduduk
K
RT 01 : 83 orang (15,6%)
K
RT 02 : 80 orang (20,6%)
K
RT 03 : 59 orang (17,5%)
K
RT 04 : 29 orang (13%)
- Kegiatan waktu luang
K Musik : 14,8%
K Olah
raga : 34,7%
K Santai : 36,4%
K Lain-lain : 14,2%
- Kebiasaan remaja
K Merokok : 10%
K Begadang : 10%
K Minum
minuman keras : 0,4%
K Lain-lain : 22,7%
- Kegiatan sosial remaja
K Arisan : 2,4%
K Pengajian : 10,4%
K Karang
taruna : 52,2%
K Lain-lain : 10%
- Olah raga
K Badminton : 6%
K Sepak
bola : 42,2%
K Bola
volley : 8,4%
K Lain-lain : 13,4%
3.1.2
Analisa Data
DATA
|
ANALISA MASALAH
|
J49,16% bak mandi atau
tandon air warga terdapat jentik
J50,5% KK dengan kebiasaan
menguras bak mandi seminggu sekali, 35,5% dengan kebiasaan lebih dari
seminggu
J 48,1% KK tidak
mempunyai ventilasi di setiap kamar rumahnya
J48,6% KK jarang membuka
ventilasi kamar
JMobilisasi penduduk
tinggi.
J 3,6% KK
dengan pencahayaan oleh matahari
kurang
|
|
JInformasi kepala puskesmas
wiyung bahwa pembinaan lansia di RW2 belum berjalan
JDari survey yang
dilaksanakan terhadap 356 KK, diketahui jumlah lansia 129 orang.
J74,4% lansia tidak ada
kegiatan yang terorganisir
J22,48 lansia mengeluh-kan
sakit (hipertensi 5 orang, DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan sesak 3
orang)
|
|
JKeterangan kepala
puskesmas bahwa dari 25 kader yang ada, 8 diantaranya kader aktif.
J
Dari hasil survey diketahui 27,5% masyarakat tidak
rutin ke posyandu setiap bulannya.
JDistribusi rutinitas
penimbangan tidak normal, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari
RT 01 dan 02.
JAlasan tidak rutin adalah
letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk
berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.
|
|
JDari hasil
survey diketahui 226 KK menjadi akseptor KB
JDari jumlah tersebut 39,3%
mempergunakan metode suntik, 19,7% menggunakan metode PIL, dan hanya 3,1%
dengan IUD.
|
Rendahnya penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW 2.
|
J jumlah remaja 251 orang
J 25,5% tidak
memi-liki kegiatan, 10% memiliki kebiasaan merokok, 10% me-miliki kebiasaan
begadang 0,4% re-maja memiliki ke-biasaan minum-minuman keras.
J RW2 termasuk
wilayah perkotaan, yang mana peredaran narkoba marak.
|
Resiko kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung
|
3.1.3 Prioritas Masalah
NO
|
MASALAH KESEHATAN
|
KRITERIA PENAPISAN
|
JUMLAH
|
|||||||||||
Sesuai dengan peran perawat komunitas
|
Resiko terjadi
|
Resiko parah
|
Potensi untuk pendidikan kesehatan
|
Interes komunitas
|
Kemungkinan diatasi
|
Relevan dengan program
|
Tersedia sumber tempat
|
Tersedia sumber waktu
|
Tersedia sumber dana
|
Tersedia sumber fasilitas
|
Tersedia sumber SDM
|
|||
1.
|
Resiko terjangkit penyakit demam
berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
4
|
3
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
3
|
4
|
4
|
51
|
2.
|
Resiko penurunan status
kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
4
|
4
|
5
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
3
|
4
|
4
|
53
|
3.
|
Kurang efektifnya pemanfaatan posyandu
di RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
5
|
4
|
5
|
3
|
3
|
5
|
5
|
3
|
4
|
3
|
3
|
48
|
4.
|
Rendahnya penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II Kelurahann Wiyung
|
5
|
3
|
2
|
5
|
3
|
3
|
5
|
5
|
3
|
3
|
3
|
3
|
43
|
5.
|
Resiko tinggi terjadinya
kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung
|
5
|
4
|
3
|
5
|
4
|
4
|
5
|
5
|
5
|
4
|
4
|
4
|
52
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN dan RENCANA STRATEGIS
3.1.4
Diagnosa Keperawatan Komunitas
Berdasarkan analisa data dan
penapisan untuk menentukan prioritas masalah, maka didapatkan diagnosa
keperawatan komunitas sebagai berikut:
1)
Resiko penurunan status kesehatan
lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan belum adanya pembinaan
kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
J
Informasi Kepala Puskesmas Wiyung
bahwa pembinaan lansia di RW II Kelurahan Wiyung belum berjalan
J
Dari survey yang dilaksanakan
terhadap 356 KK, diketahui jumlah lansia 129 orang.
J
74,4% lansia tidak ada kegiatan
yang terorganisir
J
22,48 lansia mengeluhkan sakit
(hipertensi 5 orang, DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan sesak 3 orang)
2)
Resiko terjadinya kenakalan remaja
di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan kurangnya pemanfaatan waktu luang
remaja di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
J
Dari hasil survey diketahui jumlah
remaja 251 orang
J
Dari jumlah tersebut 25,5% tidak
memiliki kegiatan/santai, 10% memiliki kebiasaan merokok, 10% memiliki
kebiasaan bergadang 0,4% remaja memiliki kebiasaan minum-minuman keras dan
lain-lain yang belum teridentifikasi 22,7% remaja.
J
RW2 termasuk wilayah perkotaan,
yang mana peredaran narkoba marak.
J
Tersedianya fasilitas dan
organisasi kepemudaan yang harus dimanfaatkan.
3)
Resiko terjangkit penyakit demam
berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan tingginya
kepadatan vector, ditandai dengan:
J
49,2% bak mandi atau tandon air
warga terdapat jentik
J
50,5% KK dengan kebiasaan menguras
bak mandi seminggu sekali, 35,2% dengan kebiasaan lebih dari seminggu
J
3,6% KK dengan pencahayaan oleh matahari kurang
J
48,6% KK jarang membuka ventilasi
rumah
J
48,1% KK tidak mempunyai ventilasi
di setiap kamar rumahnya
J
Mobilisasi penduduk tinggi.
4)
Kurang efektifnya pemanfaatan
posyandu di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan sistem pendukung yang
kurang memadai, ditandai dengan:
J
Keterangan kepala puskesmas bahwa
dari 25 kader yang ada, 8 diantaranya kader aktif.
J Dari
hasil survey diketahui 20,1% masyarakat tidak rutin ke posyandu setiap
bulannya.
J
Distribusi rutinitas penimbangan
tidak normasl, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02.
J
Alasan tidak rutin adalah letak
posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat
bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.
5)
Rendahnya penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
J
Dari hasil survey diketahui 226 KK
menjadi akseptor KB
J
Dari jumlah tersebut 39,3%
mempergunakan metode suntik, 19,7% menggunakan metode PIL, dan hanya 3,1%
dengan IUD
3.2 Tahap Perencanaan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Sasaran
|
Strategi
|
Rencana Kegiatan
|
Waktu
|
Tempat
|
Evaluasi
|
Evaluator
|
|
Kriteria
|
Standart
|
|||||||||
1.
|
Resiko pe-nurunan status kesehatan
lan-sia di RW II Kelurahan Wi-yung berhu-bungan dengan belum adanya pembinaan
ke-sehatan lansia di RW II Ke-lurahan Wi-yung
|
Jangka panjang:
Meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu hidup lansia dalam menjalani masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat se-suai dengan kebe-radaannya dalam strata
masyarakat.
Jangka pendek:
§ Terbentuknya
sarana pembinaan kesehat-an lansia di RW2
§ Adanya
pembinaan kesehatan lansia secara berkala.
§ Masyarakat
mampu mengidentifikasi masalah, merencana-kan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan
|
Selu-ruh lansia di RW II
Ke-lurah-an Wi-yung
|
KIEMS
|
§ Fasilitasi
terbentuk-nya sarana pembina-an kesehatan lansia di RW2 (kelompok kerja
lan-sia)
§ Bina kesehatan
lan-sia, antara lain:
Y
Screening ke-sehatan lansia
Y
Posyandu lansia
Y
Pemeriksaan dan pengobatan
lansia
Y
Pemeriksaan kesehatan berkala
§ Fasilitasi
penyusun-an rencana kegiatan pembinaan kesehat-an lansia
§
Fasilitasi pelaksana-an kegiatan pembi-naan
kesehatan lan-sia.
|
12-19 Agus-tus 2002
|
Balai RW II Kelurah-an
Wi-yung,
Rumah kediam-an Ketua
Pokjakes dan Ke-tua tiap RT
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Masyarakat mampu me-ngenal masalah kesehatan
lansia
·
Dilakukannya KIEMS pada kelompok lansia dan sistem
pendukungnya.
·
Adanya sarana pembinaan kesehatan lansia
·
Adanya pembinaan lansia
·
Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa,
Pokjakes dan instansi terkait dengan lansia, misalnya kelurahan, LKMD,
Puskesmas, lem-baga keagamaan dan kesejahteraan sosial.
·
Anggota Pokjakes mampu memberikan pembinaan secara
berkala
|
·
Mahasiswa
·
Petu-gas Pus-kes-mas
·
LKMD
·
Pokjakes
·
Ketua RW dan Staf
|
2.
|
Resiko ter-jadinya ke-nakalan remaja di
RW II Ke-lurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan kurang-nya peman-faatan waktu
luang remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung
|
Tujuan
jangka panjang:
Tidak terjadi ke-nakalan
remaja dan penyalahgunaan obat pada remaja di-wilayah RW2
Tujuan
jangka pendek:
§ Remaja RW 2
me-miliki kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luang
§ Remaja RW2
aktif dalam kegiatan organisasi Karang Taruna.
|
Selu-ruh rema-ja warga RW
II Kelu-rahan Wi-yung
|
KIEMS
|
§ Koordinasi
dengan pengurus Karang Taruna di masing-masing RT
§ Cari dukungan
dari tokoh masyarakat dan agama se-tempat terhadap ke-giatan karang ta-runa.
§ Fasilitasi
adanya ke-giatan kreasi remaja dan kegiatan lain dalam rangka men-cegah
kenakalan re-maja, penyalahguna-an obat dan upaya meningkatkan hu-bungan
silaturahmi antar remaja.
§ Ceramah
Narkoba, AIDS dan SE
|
·
22 Juli 2002
·
22 Juli 2002
·
02 Agus-tus 2002
·
09 Agust 2002
|
·
Rumah ketua karangTarunaRT
·
Rumah toma & toga tiap RT
·
Balai RW II
·
Balai RW II Kelu-rahan Wi-yung
·
Balai RW II Kelu-rahan Wi-yung
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Kesediaan karang taruna tiap RT untuk bekerja-sama
dengan Pokjakes dan mahasiswa
·
Perijinan dan dukungan dari tokoh masyarakat dan
agama terhadap kegiatan karang taruna dan Pok-jakes
·
Adanya kegiatan anti narkoba, misal propagan-da
anti NAPZA
·
Dilaksanakannya ceramah Narkoba, AIDS dan SE
|
·
Mhs & Pokjakes
·
Mhs, Pokjakes, ka-rang taru-na
·
Pokjakes, ka-rang taru-na
·
Mhs, Pokjakes, ka-rang taru-na
|
3.
|
Resiko terjang-kit
penyakit demam ber-darah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung ber-hubungan
de-ngan tingginya kepadatan vec-tor
|
Jangka
Panjang:
Tidak terjangkit-nya/terjadinya
pe-nyakit demam ber-darah di RW II Kel. Wiyung
Jangka
Pendek:
-
Terbentuknya Pok-jakes
-
Menekan kepadat-an vektor di
RW II Kel. Wiyung
|
Seluruh war-ga RW II Kel.
Wi-yung
|
KIEMS
|
§ Penyuluhan
kesehat-an tentang penye-bab, siklus hidup nyamuk dan upaya pemutusan siklus
hidup nyamuk.
§ Canangkan
“Gerak-an Minggu Bersih” dengan melakukan PSN
§ Pantau/survey
jentik berkala.
§ Lomba
kebersihan lingkungan
|
·
24 Juli 2002
·
11 Agus-tus 2002
·
11-16 Agus-tus 2002
|
·
Rumah warga RW II saat pengajian ibu
·
tiap RT
·
tiap RT
·
tiap RT
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Dilakukannya penyuluhan kepada warga RW II
Kelurahan Wiyung sesuai waktu yang direncanakan
·
Dilaksanakannya Minggu Bersih oleh seluruh warga
bersama dengan maha-siswa
·
Dilakukan survey jentik oleh Pokjakes dan tim
penilai dari mahasiswa
·
Terlaksana lomba kebersihan lingkungan
|
·
Mahasiswa
·
Ketua RT, mahasiswa
·
Pokjakes & mhs
·
mahasiswa
|
4.
|
Kurang efek-tifnya
peman-faatan posyan-du di RW II Kelurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan sistem
pendukung yang kurang memadai
|
Tujuan jangka panjang:
Termonitornya
sta-tus kesehatan balita di RW 2 dan pe-manfaatan Posyandu menjadi efektif
Tujuan jangka pendek:
Selama praktik
kli-nik keprawatan ko-munitas, terdapat:
15)
Terbentuknya sis-tem pencatatan dan pelaporan kegiatan posyandu yang baik
16)
Cakupan kegiatan posyandu menca-pai lebih dari 90
%
17)
Berfungsinya sis-tem posyandu se-cara optimal
18)
Tersampaikannya informasi peman-faatan Posyandu
seefektif mungkin
|
Seluruh ibu-ibu yang
mempu-nyai bali-ta war-ga RW II Kelura-han Wi-yung
|
KIEMS
|
§ Koordinasi
lintas sektoral dan lintas program terkait dengan pembinaan posyandu.
§ Tata kembali
sistem yang terkait dengan posyandu.
§ Lakukan
kaderisasi kader posyandu
§ Lakukan
penyegaran kader posyandu melalui pelatihan kader
§ Sebar informasi
ten-tang posyandu me-lalui sarana per-ibadatan, kegiatan sosial masyarakat,
tokoh agama dan tokoh masyarakat.
§ Penyuluhan
imuni-sasi dan peman-faatan Posyandu
|
·
23 Juli 2002
·
22-23 Juli 2002
·
23 Juli 2002
·
2 & 6 Agust 2002
·
23 Agus-tus 2002
·
24 Agus-tus 2002
|
·
Puskesmas Wi-yung
·
PKM, rumah kader
·
Balai RW2 Wi-yung
·
Balai RW2 Wyg
·
Tiap RT
·
Balai RW II Wi-yung
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Kesediaan Puskesmas bekerjasama untuk pembi-naan
Posyandu
·
Berubahnya sistem di Posyandu, yaitu adanya
pengefektifnya sistem 5 meja
·
Adanya kader baru
·
Kader mendapat materi tentang Posyandu, imunisasi
dan kesehatan Balita
·
Tersebarnya informasi melalui masjid, musholla,
kelompok pengajian dan rumah ke rumah
·
Terlaksananya penyuluhan saat Posyandu
|
·
Mahasiswa
·
Mahasiswa
·
Mhs & kader
·
Pokjakes & mahasiswa
·
Kdr
Kesehatan, pokja-kes &
aparat RT
·
Mahasiswa
|
5.
|
Rendahnya penggunaan metode
kontra-sepsi jangka panjang di-wilayah RW II kelurahan Wi-yung
|
Tujuan
jangka panjang:
Meningkatkan ca-kupan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang
(IUD / Kontap)
Tujuan jangka pendek:
§ Masyarakat
me-ngetahui keuntung-an penggunaan kontrasepsi jangka panjang
§ Masyarakat
dapat menerima IUD sebagai pilihan utama KB.
|
Seluruh ibu ha-mil di RW II Kelurah-an Wi-yung
|
KIEMS
|
·
Identifikasi penye-bab rendahnya peng-gunaan
metode KB jangka panjang / kontap
·
Koordinasi lintas program dan lintas sektoral yang
terkait dengan permasalah-an tersebut
·
Desiminasi dan pe-nyuluhan metode kontap/KB jangka
panjang
|
·
25-26 Juli 2002
·
29 Juli 2002
·
Agus-tus 2002
|
·
Rumah ibu hamil tiap RT
·
Balai RW II dan rumah Bumil
|
Verbal
Psikomotor dan sikap
|
·
Teridentifikasi penyebab rendahnya penggunaan
metode kontap
·
Adanya koordinasi dan kerjasama untuk menunjang
penggunaan kontap
·
Terlaksana penyuluhan dan desiminasi secara
individual pada bumil
|
·
Mhs, Pokjakes dan kader
·
Mahasiswa
·
Mahasiswa
|
3.3 Tahap Pelaksanaan
Setelah dilakukan pengkajian,
perumusan masalah dan prioritas masalah, serta pada tahap perencanaan oleh
mahasiswa, Pokjakes dan warga RW II Wiyung, maka mulailah dilaksanakan seluruh
kegiatan yang direncanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pendekatan yang digunakan dalam
pelaksanaan rencana tindakan, yaitu pendekatan komunitas, pendekatan keluarga
binaan, pendekatan kelompok khusus dan pendekatan kepada instansi terkait.
Berikut ini tabel pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas:
Tabel 3.1 Tabel
Pelaksanaan Rencana Tindakan dan Evaluasi Formatif
DP
|
TGL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI FORMATIF
|
Resiko penurunan status kesehatan
lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan belum adanya pembinaan
kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung
|
§ 13 Agus-tus
2002
§ 1-19 / 8 / 02
§ 16/8/02
§ 19/8/02
§ 19/8/02
§ 19/8/02
§ 13 Agus-tus
2002
§ 12-19/8/02
|
§ Memfasilitasi
terbentuk-nya sarana pembinaan kesehatan lansia di RW2 (kelompok kerja
lansia)
§ Melakukan
pembinaan kesehatan lansia, antara lain:
Y
Pendataan status de-mografi
lansia
Y
Screening kesehatan lansia
Y
Posyandu lansia
Y
Pemeriksaan dan peng-obatan
lansia
§ Memfasilitasi
penyusunan rencana kegiatan pembina-an kesehatan lansia dengan menyusunkan
pro-posal dan perencanaan pembinaan lansia untuk Pokjakes dan Pokja Lansia
§ Memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan pembinaan ke-sehatan lansia.
|
§ Terbentuknya pokja lansia tiap RT dibawah tanggungjawab Pokja-kes
dan ketua RT
§ Terdata status demo-grafi lansia sejumlah 129 lansia
§ Terscreening kesehatan 85 lansia
§ Terlaksana Posyandu, pemeriksaan dan peng-obatan lansia pukul
15.00-18.00 WIB
§ Tersusun proposal kegiatan pembinaan lansia pada 13/8/02
§ Terlaksananya koor-dinasi intensif dengan Pokjakes
|
Resiko ter-jadinya ke-nakalan re-maja
di RW II Kelurahan Wiyung ber-hubungan dengan ku-rangnya pe-manfaatan waktu
luang remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung
|
·
22 Juli 2002
·
22 Juli 2002
·
02 Agus-tus 2002
·
09 Agust 2002
|
§ Koordinasi
dengan pengurus Karang Taruna di masing-masing RT
§ Mencari
dukungan dari tokoh masyarakat dan agama setempat terhadap kegiatan karang
taruna.
§ Memfasilitasi
adanya ke-giatan kreasi remaja dan kegiatan lain dalam rang-ka mencegah
kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan upaya mening-katkan hubungan
silatu-rahmi antar remaja.
§ Ceramah
Narkoba, AIDS dan SE
|
§ Terkoordinasi dengan karang taruna tiap RT
§ Ada dukungan dari toma & agama dengan menyediakan kesem-patan
dan fasilitas
§ Terbuatnya spanduk anti narkoba
§ Terencananya ceramah Narkoba, AIDS dan SE
§ Adanya fasilitas untuk bekerjasama dengan LSM Sebaya Surabaya
§ Terlaksana pada 09/8/02 dengan peserta ± 30-40 orang pukul 20.00-22.00 WIB di Balai RW II Wiyung
|
Resiko ter-jangkit
pe-nyakit de-mam ber-darah (DHF) diwilayah RW II Ke-lurahan Wi-yung
ber-hubungan dengan tingginya kepadatan vector
|
·
24 Juli 2002
·
11 Agus-tus 2002
·
11-16 Agus-tus 2002
·
11-16/8/02
|
§ Penyuluhan
kesehatan tentang penyebab, siklus hidup nyamuk dan upaya pemutusan siklus
hidup nyamuk.
§ Pencanangan
“Gerakan Minggu Bersih” dengan melakukan PSN
§ Pemantauan/survey
jentik berkala.
§ Lomba
kebersihan lingkungan
|
§ Terlaksana pada 24/7/02 pukul 09.00-12.00 WB di Balai RW II saat
Posyandu Balita dg peserta 33 orang, materi imunisasi dan Posyandu oleh
Sudaryani dan Endang Purwaningsih.
§ Terlaksana Minggu bersih tgl 11/8/02 pukul 06.00-10.00 WIB tiap RT
dan kebersihan terjaga.
§ Terpantau jentik di beberapa rumah yang diambil secara random oleh
mahasiswa. Se-telah penilaian, jumlah berkurang menjadi 10% dari rumah yang
bak airnya terdapat jentik
§ Ternilai pada 19 Agustus 2002
|
Kurang efek-tifnya
peman-faatan posyan-du di RW II Kelurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan sistem
pendukung yang kurang memadai
|
·
23 Juli 2002
·
22-23 Juli 2002
·
23 Juli 2002
·
2 & 6 Agust 2002
·
23 Agus-tus 2002
·
24 Agus-tus 2002
|
§ Koordinasi
lintas sektoral dan lintas program terkait dengan pembinaan posyandu.
§ Menyarankan
penataan kembali sistem yang terkait dengan posyandu dengan mengefektifkan 5
meja di Posyandu..
§ Kaderisasi
kader posyandu
§ Penyegaran
kader pos-yandu melalui pelatihan kader
§ Penyebaran
informasi tentang posyandu melalui sarana peribadatan, ke-giatan sosial
masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
§ Penyuluhan
imunisasi dan pemanfaatan Posyandu
|
§ Terlaksana kerjasama dengan Puskesmas Wiyung
§ Tersampaikannya saran pengefektifan 5 meja di Posyandu kepada
Puskesmas
§ Dilakukan urun rem-bug kepada kader ke-sehatan untuk mencari kader
baru.
§ Pelatihan kader ter-laksanan bersamaan dengan pelatihan ang-gota
Pokjakes
§ Tersebarnya informasi oleh mahasiswa me-lalui kader dan RT untuk
diinformasikan di masjid dan musholla
§ Terlasana penyuluhan tanggal 24/8/02 saat Posyandu Balita pukul
09.00-12.00 WIB di Balai RW II Wiyung dengan peserta 33 orang/ibu dari
balita.
|
Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang di-wilayah RW II kelurahan Wiyung
|
·
25-26 Juli 2002
·
29 Juli 2002
Agus-tus 2002
|
·
Identifikasi penyebab rendahnya penggunaan metode
KB jangka panjang / kontap
·
Koordinasi lintas program dan lintas sektoral yang
terkait dengan permasalahan tersebut
·
Desiminasi dan penyuluhan metode kontap/KB jangka
panjang
|
· Teridentifikasi penyebab, yaitu tidk tahu manfaat KB kontap dan
kebiasaan mengikuti metode KB yang digunakan oleh sesama wanita usia subur
(ikut-ikutan), serta sudah merasa cocok dengan metode yang saat ini digunakan.
· Tidak terevaluasi
· Terlaksana secara individual, sehingga evaluasi tidak terlaksana
secara optimal.
|
3.4 Tahap Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu:
1)
Formative
Evaluation (Evaluasi Formatif/Proses)
Evaluasi ini dilakukan pada saat dilaksanakannya suatu
kegiatan sampai selesai. Evaluasi ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
2)
Sumative
Evaluation (Evaluasi Sumatif/Akhir)
Tahap ini dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat
yaitu pada tanggal 25 Agustus 002 pukul 20.00-22.00 WIB di Balai RW II
Kelurahan Wiyung pada saat terminasi praktik klinik keperawatan komunitas,
yaitu:
a. Terbentuknya
Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA” dengan pengurus, struktur dan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
b. Terbinanya
kesehatan lansia dengan kegiatan lanjutan dari proposal yang telah disusun.
c. Adanya
prioritas masalah yang telah diselesaikan dan diteruskan oleh Pokjakes.
d. Partisipasi
aktif dan interes masyarakat terhadap kesehatan 90%.
e. Untuk
diagnosa keperawatan nomor 4 dan 5 akan diteruskan oleh Pokjakes.
f. Pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan 90%.
BAB 4
PEMBAHASAN
Praktik klinik keperawatan komunitas dilaksanakan mahasiswa
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Angkatan III Kelompok 3 Gerbong II mulai 01 Juli 2002 – 23 Agustus 2002 sebagai
salah satu perogram profesi dalam menempuh pendidikan Strata 1 Keperawatan.
Praktik tersebut dilakukan untuk mengaplikasikan konsep
keperawatan dan kesehatan komunitas serta keluarga di tataran nyata kepada
masyarakat sehingga upaya mencetak tenaga perawat profesional sesuai dengan
kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai
model pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraikan pembahasan dari pelaksanaan
asuhan keperawatan pada bab 3.
4.1 Praktik Klinik Keperawatan
Komunitas
4.1.1 Tahap Pengkajian
1)
Pengumpulan Data
(1)
Data Demografi
Wilayah RW II Kelurahan Wiyung terbagi menjadi 4 RT yang
masing-masing RT terdiri dari 100-150 KK dengan data yang terkumpul sejumlah
356 KK (quesioner) dari 500 KK yang diperkirakan, berdasarkan data hasil
observasi dan wawancara dengan aparat RW, maka didapatkan bahwa 100% penduduk
merupakan warga asli Wiyung dengan jumlah 1478 penduduk. Hal ini memberikan kemudahan
bagi mahasiswa dalam melakukan analisa kondisi lingkungan dan penyesuaian
strategi komunikasi dan interaksi dengan masyarakat. Selain itu, akan
memberikan efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan, sebab keikutsertaan;
kepemilikan dan rasa tanggung jawab atas masalah kesehatan lingkungannya akan
tinggi sebab Wiyung merupakan daerah sendiri.
Berdasarkan metode pengkajian Winshield Survey, data
demografi masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas
wilayah sebelah barat : RW
III Kelurahan Wiyung
Batas
wilayah sebelah timur :
Kelurahan Babadan
Batas
wilayah sebelah selatan : RW I
Kelurahan Wiyung
Batas
wilayah sebelah utara : RW
III dan IV Kelurahan Wiyung
Fasilitas yang tersedia di RW II
Kelurahan Wiyung adalah sebagai berikut: balai RW II (1 buah), musholla di RT
02 (1 buah), masjid di RT 04 dan 01 (2 buah), Posyandu. Fasilitas tersebut
dianggap warga sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan beribadah dan mengadakan
kegiatan-kegiatan desa.
Hasil data yang diperoleh melalui
angket/quesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat
disajikan sebagai berikut:
a.
Distribusi Warga Berdasarkan Jenis
Kelamin
Dari gambar 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar warga
berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 748 orang (50,6%) dan 730 orang
berjenis kelamin laki-laki (49,4%). Perbandingan tersebut seimbang.
b.
Distribusi Warga Berdasarkan
Agama/Kepercayaan
Dari gambar 4.2 didapatkan sebagian besar (93%) warga
beragama Islam dengan kegiatan keagamaan yang aktif yaitu majlis dzibaiyah
ibu-ibu setiap Selasa malam, majlis tahlil ibu-ibu setiap Rabu malam, majlis
tahlil bapak-bapak tiap Kamis malam.
Kerukunan antar ummat beragama terjalin dengan baik
tanpa ada gangguan, mereka saling menghargai kepercayaan masing-masing. Dengan
agama yang mayoritas Islam, Wiyung terkesan sangat agamis dengan
kegiatan-kegiatan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Forum-forum tersebut selain digunakan untuk menggali
ilmu agama dan beribadah, juga sebagai sarana penyampai informasi kegiatan desa
atau kegiatan warga apabila mengadakan suatu hajatan. Hal ini memberikan
kemudahan transfer informasi untuk warga dari pihak manapun termasuk
kegiatan-kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas dan keluarga.
c.
Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Dari gambar 4.3, diadapatkan bahwa sebagian besar wrga
berada pada usia produktif yaitu 22-55 tahun dengan jumlah 757 orang (51,2%),
hal ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk menggerakkan masyarakat.
Selain kemudahan yang diperoleh, data tersebut memberikan masalah tersendiri
bagaimana mendayagunakan masa produktif tersebut menjadi masa yang benar-benar
manfaat untuk menunjang status kesehatan mereka.
Selain itu, terdapat data yang mencolok yaitu jumlah
usia lanjut yang menduduki peringkat ke-4, yaitu sejumlah 142 orang (9,61%),
hal ini memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
memerlukan tinakan yang lebih terhadap kelompok khusus ini.
d.
Distribusi Warga Berdasarkan
Pendidikan
Berdasarkan
gambar 4.4, didapatkan data bahwa sebagian besar warga RW II Kelurahan Wiyung
berpendidikan SD atau sederajat dengan jumlah 587 orang (39,7%), hal ini
memberikan dampak pada strategi pendekatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan komunitas. Untuk mensosialisasikan kegiatan-kegiatan baik komunitas
maupun keluarga, mahasiswa menggunakan pendekatan dengan menyesuaikan tingkat
pendidikan warga yang memberikan pengaruh juga terhadap tingkat pengetahuan
mayarakat.
Dari gambar 4,4 juga didapatkan warga yang tidak
sekolah sejumlah 269 orang (18,2%), data tersebut meliputi warga dewasa yang
tidak pernah mengenyam pendidikan/bangku sekolah dan balita. Jumlah tersebut
memberikan pengaruh terhadap program yang ditentukan harus dapat diterima oleh
kalangan tersebut, sehingga tujuan berhasil dicapai.
e.
Distribusi Warga Berdasarkan
Pekerjaan
Gambar 4.5 menunjukkan sebagian warga tidak bekerja
sejumlah 846 orang (57,2%). Warga yang tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga,
balita, anak dan remaja sekolah serta usia lanjut. Kebanyakan dari warga yang
bekerja adalah mempunyai pekerjaan swasta 289 orang (19,6%) yaitu dagang,
pekerja bangunan dan karyawan swasta 264 orang (17,9%).
Dengan data yang ditemukan apabila disesuaikan dengan
usia produktif warga RW II Wiyung, maka terdapat ketidakseimbangan yaitu masih
banyak warga usia produktif tetapi tanpa mempunyai usaha produktif dan
menghasilkan sesuatu, khususnya ibu rumah tangga dan remaja post SMA.
Menghadapi fenomena tersebut, perlu dilakukan inovasi
untuk memberikan alternatif kegiatan agar tetap produktif, misalnya dengan
mengaktifkan kegiatan-kegiatan PKK bagi ibu-ibu, memberikan keterampilan bagi
remaja melalui karang taruna. Hal ini sudah dilakukan oleh mahasiswa bersama
Pokjakes dengan berbagai kegiatan sehingga mereka tetap produktif, khususnya
produktif dari segi intelektual dan keterampilan.
(2)
Data Kesehatan Lingkungan
Dari 356 KK yang didata, maka didapatkan data
kesehatan lingkungan sebagai berikut:
a.
Status kepemilikan rumah:
Sewa/kontrak (3,3%), rumah sendiri (81,8%) dan orang tua/keluarga
(15,5%). Data tersebut memberikan indikasi tingginya rasa kepemilikan dan
tanggung jawab warga terhadap kondisi rumahnya.
b.
Ratio jumlah kamar tidur dengan
anggota keluarga:
Satu banding satu/1:1 (21%), 1 : 2 (49,1%) dan 1 : 3
atau lebih (29,9%). Data tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat over
load dalam perbandingan kamar dengan anggota keluarga, sehingga kebutuhan
akan oksigen dan perkembangan anggota keluarga tercukupi.
c.
Lantai rumah:
Dari seluruh rumah KK, didapatkan lantai rumah berupa
keramik (34.6%), tegel (13,29%), semen (42,52%) dan tanah (9,6%). Data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar rumah warga sudah memenuhi persyaratan rumah
sehat, walaupun masihh terdapat 9,6% rumah warga yang berlantai tanah.
d.
Keberadaan ventilasi:
Terdapat ventilasi di masing-masing kamar keluarga
sekitar 51,9%, namun masih ada yang tidak berventilasi sebanyak 48,1%. Hal ini
memberikan dampak pada tidak adanya sirkulasi udara yang masuk ke kamar,
sehingga pasokan udara bersih berkurang dan mengakibatkan ruangan menjadi
pengap, lembab dan kurang oksigen. Kondisi semacam ini menjadi faktor
predisposisi munculnya permasalahan kesehatan lingkungan, seperti penyakit
saluran pernafasan, resiko demam berdarah dengan memberikan media bagi nyamuk
untuk bersarang.
e.
Kebiasaan membuka ventilasi:
Dari data yang diperoleh, warga telah mempunyai
kebiasaan membuka ventilasi setiap hari/sering sebanyak 51,4%, akan tetapi
masih terdapat sekitar 48,6% yang masih jarang membuka ventilasi kamar atau
rumah. Hal ini disebabkan karena adanya rumah yang berhimpitan sehingga mereka
beranggapan percuma membuka cendela kamar dan ada yang tidak beralasan. Hal ini
merupakan faktor pendukung insidensi penyakit saluran nafas dan DHF sebagaimana
dampak yang dipaparkan pada data kepemilikan ventilasi dikamar rumah warga.
f.
Pencahayaan oleh cahaya matahari:
Menurut pendataan didapatkan pencahayaan rumah oleh
matahari sebagian besar cukup (77,2%) dan baik (19,2%). Kategori baik, cukup
dan kurang masih sangat obyektif sesuai dengan persepsi warga, akan tetapi
mahasiswa telah membuat patokan tersendiri, yaitu sekitar 0-35% = kurang,
36-50% cukup dan 51-75% baik dengan dilakukan penilaian secara observasi dari
rumah ke rumah.
g.
Sumber air bersih:
Sebagian
besar warga mendapatkan air bersih dari PDAM yang merupakan pemasok utama
kebutuhan air warga sejumlah 93,7%. Namun yang menjadi masalah adalah fasilitas
kebutuhan air khususnya RT 03 dan 04. Selama ini, pasokan air didapatkan dari
PDAM seminggu 2–3 kali, hal ini masih dianggap kurang dari cukup untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari. Warga sangat tergantung dengan pasokan air dari
PDAM, sebab daerah Wiyung merupakan daerah pegunungan dan menanjak, khususnya
RT 03 dan 04. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama lintas sektoral untuk memenuhi
kebutuhan air bersih.
h.
Air minum:
Sebagian besar warga (89,3%) telah mengkonsumsi air
minum dari PDAM yang sudah dimasak, air kemasan (2,9%). Namun masih terdapat
1,9% warga menggunakan air PDAM yang tidak dimasak dan sumur (5,8%) yang tidak
teridentifikasi cara pengolahannya. Hal ini perlu diwaspadai untuk terjadinya
diare, khususnya pada anak, balita dan usia lanjut.
i.
Jamban/WC:
Masih terdapat 3% warga yang tidak mempunyai jamban,
ini menunjukkan masih adanya rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Alasan tidak adanya jamban adalah tidak ada biaya untuk membangunnya dan dari
beberapa KK berada dalam satu naungan dengan tetangga lain, jadi penggunaan
sarana jamban digunakan bersama-sama.
j.
Resapan septik tank:
Resapan septink tank yang diharapkan adalah berbagai
macam bahan yang digunakan untuk menampung dan meresap limbah dari jamban.
Menurut jawaban warga, terdapat 44,7% KK yang mempunyai resapan di septik
tank-nya, namun sebagian dari jamban warga 55,3% belum mempunyai redapan.
Alasan tidak adanya resapan adalah ketidaktahuan pengisi quesioner terhadap
kondisi septik tank-nya. Selain itu, setelah dianalisa, ternyata model
pertanyaan yang diajukan masih belum mewakili tujuan yang dimaksud.
k.
Kebiasaan menguras bak penampungan
air:
Kebiasaan warga untuk menguras bak penampungan air
sebagian besar setiap seminggu sekali (50,5%) bersamaan dengan didapatkannya
air dari PDAM. Namun masih terdapat 35,2% KK yang menguras bak penampungan air
lebih dari seminggu, hal ini merupakan faktor penunjang untuk berkembangnya
jentik-jentik nyamuk Aides Aigepti. Untuk itu, perlu dilakukan upaya KIE untuk
mengeliminasi kebiasaan tersebut sehingga warga RW II Wiyung tidak terjangkit
penyakit demam berdarah.
l.
Keberadaan jentik nyamuk:
Seiring dengan masih banyaknya KK yang mempunyai
kebiasaan menguras bak mandi lebih dari seminggu, maka terdapat 49,2% KK yang
kamar mandi atau bak penampungan airnya menjadi sarang jentik nyamuk Aides
Aigepti. Ini menimbulkan permasalahan lingkungan hidup khususnya resiko
terjangkitnya oenyakit demam berdarah di wilayah RW II, oleh karena itu
dibutuhkan strategi KIEMS untuk menanggulangi permasalahan tersebut.
m.
Pembuangan sampah:
Sebagian besar warga membuang dan mengolah sampah
melalui pembakaran (91,4%). Hal ini akan berdampak pada kesehatan lingkungan
dan menjadi faktor predisposisi terjadinya penyakit saluran pernafasan. Namun,
selagi sirkulasi udara tempat pembakaran tersebut memadai, maka tidak
dihawatirkan terjadi hal tersebut.
n.
Pembuangan air limbah rumah tangga:
Masih terdapat 2,6% rumah warga yang tidak mempunyai
sistem pembuangan air limbah rumah tangga, hanya tergenang saja di lingkungan
rumahnya, walaupun sudah sebagian besar sistem pembuangannya menggunakan
parit/got (91,7%). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah parit/got tersebut
secara keseluruhan telah tertutup atau tidak.
Menurut informasi dari warga, bahwa terdapat paralon
yang digunakan untuk menyalurkan buangan air menuju parit besar. Untuk itu,
perlu pemantauan lebih lanjut tentang keberadaan parit tersebut dan ini
membutuhkan kerja sama dengan aparat desa dengan tetap memperhatikan kondisi
finansial desa dan sebagainya.
(3)
Data Kesehatan Usia Lanjut
- Keberadaan lansia di KK:
Sekitar 39,4% KK mempunyai anggota keluarga yang
berusia > 55 tahun (usila). Data ini memberikan gambaran bahwa terdapat
tanggungjawab yang lebih bagi keluarga untuk meerawat dan membina lansia agar
tetap sejahtera, bahagian dan berdaya guna baik bagi keluarga maupun
masyarakat.
- Jumlah lansia di RW II
Kelurahan Wiyung: 129 orang (8,73%) dari 1478 penduduk. Jumlah tersebut
menunjukkan bahwa terdapat kelompok khusus di RW II yang membutuhkan
pembinaan lebih lanjut.
- Status kesehatan:
Sebagian besar lansia dalam keadaan sehat (77,5%),
keluhan sakit hanyalah pegal linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan
lain-lain dengan jumlah 22,5% dari seluruh lansia.
- Tindakan yang dilakukan bila
lansia sakit:
Delapan puluh tiga koma tujuh persen (83,7%) KK
membawa lansia ke Puskesmas untuk berobat, disusul dengan 14,7% ke dokter dan
lainnya yaitu 0,8% ke klinik dan bidan. Ini menunjukkan bahwa keluarga telah
mampu untuk mengambil keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarganya
yang sakit dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
- Aktifitas lansia sehari-hari:
Masih terdapat 63,3% lansia yang tidak mempunyai
kegiatan. Data tersebut memberikan dampak pada status kesehatan lansia sehingga
membutuhkan pembinaan kesehatan lansia secara komperhensif dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada dan bekerjasama lintas program dan lintas sektoral
dengan instansi terkait.
(4)
Data Kesehatan Ibu Hamil
- Keberadaan ibu hamil dalam KK:
Terdapat 6,3% KK yang anggota keluarganya sedang
mengandung. Ini merupakan data penunjang program kesehatan ibu hamil yang
dicanangkan oleh pemerintah melalui Puskesmas dan diaplikasikan mahasiswa dalam
rangka mencegah terjadinya kasus yang lebih serius.
- Jumlah ibu hamil: 17 orang
- Kehamilan ke-:
Sebagian besar dari ibu hamil baru mengandung yang
pertama kali yaitu sebanyak 52,9% dari 17 bumil. Dengan kehamilan yang pertama
ini, maka upaya untuk memberikan KIE pada ibu hamil merupakan hal yang sangat
penting demi memberikan bekal pada ibu hamil menghadapi kehamilan dan
persalinannya kelak.
- Usia kehamilan:
Usia kehamilan ibu hamil warga RW II 41,7% berusia 1-3
bulan, hal ini mengharuskan kewaspadaan terhadap kondisi bumil, karena
trimester III merupakan masa rawan.
- Tempat pemeriksaan kehamilan:
Sebagian besar ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke
dokter/bidan 58,8% dengan intensitas teratur sesuai jadual yang telah
ditentukannya.
- Keluhan selama kehamilan:
Dari 17 ibuh amil, hanya 20% saja yang mengeluh adanya
mual, pusing terutama yang usia kehamilan muda.
- Imunisasi TT selama hamil:
Sebagian besar (76,5%) ibu hamil telah mendapatkan
imunisasi TT selama hamil dengan intensitas 1 sampai 2 kali.
(5)
Data Keluarga Berencana
- Akseptor KB
Dari gambar 4.6, didapatkan data bahwa dari 356 KK,
terdapat 76% dari isteri menjadi akseptor KB. Walau data ini telah menunjukkan
keberhasilan program KB, tetapi pelaku/yang menjadi akseptor barulah kaum
wanita, sedangkan untuk menuju NKKBS dan kesehatan reproduksi, diharapkan suami
turut serta aktif menjadi akseptor KB.
- Metode KB yang digunakan:
Gambar 4.7 menunjukkan sebagian besar akseptor KB
menggunakan metode suntik (63%) dan pil (31%). Hal ini menunjukkan bahwa masih
digunakannya kontrasepsi jangka pendek dan yang melaksanakan KB baru dari pihak
isteri. Maka perlu dilakukan berbagai upaya agar suami juga menjadi akseptor KB
dan mengikuti kontrasepsi mantap atau jangka panjang.
(6)
Data Kesehatan Balita
- Imunisasi Balita:
Pemahaman warga tentang kebutuhan kekebalan balitanya
semakin meningkat dengan status imunisasi bayi untuk polio 4 kali (38%),
hepatitis B 3 kali (47,7%), DPT 3 kali (48,9%), BCG 1 kali (75,3%) dan campak 1
kali (60,2%).
Namun, masih terdapat bayi yang tidak dimunisasi Polio
(14,1%), hepatitis B (22,7%), DPT (23,9%), BCG (4,7%) dan campak (39,8%). Hal
ini muncul dengan alasan para ibu malas mengimunisasikan lagi, doktrin orang
tua tentang ketidakmanfaatannya dilakukan imunisasi dan ketidaktahuan ibu
terhadap akibat dari imunisasi dan penanggulangannya. Hal ini juga dimungkinkan
kurang adanya informasi yang diberikan oleh petugas secara lebih intensif dan
menyesuaikan dengan budaya, adat istiadat warga.
- Umur diberi ASI
Pemberian ASI eksklusif sebagian besar telah
diberikan, bahkan sampai balita berumur 24 bulan (53,2%). Data tersebut dapat
dinterpretasikan bahwa kebutuhan ASI bayi terpenuhi.
- Pemberian makanan tanbahan:
Masih terdapat 46,9% memberikan makanan tambahan pada
bayi setelah 4 bulan, 14,6% pada umur 2-3 bulan dan bahkan segera setelah lahir
(3,1%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan pemberian makanan
tambahan khususnya pada ketepatan waktu. Selain itu, budaya orang Jawa masih
lekat pada warga.
- Status gizi (KMS):
Terdapat 30% balita yang berada di garis kuning. Ini
membutuhkan kewaspadaan terhadap kondisi dan status gizi balita.
- Tempat penimbangan
Sebagian besar warga menimbangkan anaknya ke Posyandu
(56,2%), sedangkan tempat lain yang didatangi untuk menimbangkan balita adalah
klinik dan bidan praktik (18,8%).
- Waktu penimbangan
Rutin setiap bulan (78,7%), tidak rutin setiap bulan (
> 1 bulan) yaatu 21,3%. Namun distribusi rutinitas penimbangan tidak normal,
sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02. Alasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh
dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama, tidak adanya
kegiatan di Posyandu selain penimbangan dan pemberian makanan tambahan, dan
langsung dibawa ke Puskesmas atau bidan.
- Tindakan bila anak sakit
Keluarga telah mampu memutuskan tindakan kesehatan untuk
anggota keluarganya yang sakit dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan di
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan dibawanya balita yang sakit ke sarana
kesehatan sebagai baerikut: dokter praktik (10,6%), perawat/bidan (6,4%) dan
Puskesmas/RS (83%).
(7)
Data Status Kesehatan Keluarga
- Anggota keluarga yang sakit 6
bulan terakhir
Adanya anggota keluarga yang dakit sebanyak 36,4%,
data ini kebanyakan adanya keluhan dari lansia.
- Penyakit yang diderita
Lain-lain (97,6%) yaitu batuk, pilek, pegal linu,
darah tinggi, sesak, darah tinggi/hypertensi, dan lain-lain.
- Anggota keluarga yang
meninggal 1 tahun terakhir ada sejumlah 9,1% disebabkan karena usia
lanjut.
(8)
Data Kesehatan Remaja
- Remaja di keluarga
Di keluarga terdapat remaja sejumlah 74,7% dari 356 KK yang
di data.
- Jumlah remaja: 251 orang (17%)
dari 1478 penduduk.
- Kegiatan waktu luang
Sebagian besar remaja memanfaatkan waktu luangnya
dengan santai tanpa kegiatan (36,4%). Ini dapat memberikan dampak kemungkinan
terjadinya kenakalan remaja dengan adanya pengaruh narkoba dan seks bebas.
- Kebiasaan remaja
Terdapat 52,3% kebiasaan remaja yang tidak terdeteksi
(lain-lain), diantaranya melihat TV dan bermain ke teman-teman. Namun, masih
ada 1 orang (0,4%) remaja yang minum-minuman keras.
- Kegiatan sosial remaja
Kegiatan sosial remaja sebagian besar di karang taruna
(69,7%) ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk memobilisasi remaja dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan.
- Olah raga
Olah raga yang digemari remaja adalah sepak bola
(65,4%), bagi remaja putri lebih ke badminton dan volley di sekolahan. Olah
raga lain-lain yang tidak tertulis adalah lari dll.
2)
Analisa Data
Dilakukan analisa data dengan
menggunakan analisa SWOT dan pengelompokan data dengan masalah dan penyebabnya
menggunakan akar masalah sebagaimana tertulis pada tabel analisa masalah bab 3.
3)
Perumusan Masalah dan Prioritas Masalah
Setelah dilakukan analisa data,
dirumuskanlah masalah keperawatan dan dilakukan prioritas masalah menggunakan
format penapisan masalah. Setelah dilakukan penapisan, akhirnya didapatkannya
masalah sesuai dengan prioritas dan tingkat urgensinya sesuai dengan
kesepakatan mahasiswa dan warga/Pokjakes pada desiminasi dan lokakarya
kesehatan hari Minggu, 1 Juli 2002 pukul 15.00-18.00 WIB di Balai RW II
Kelurahan Wiyung. Masalah tersebut antara lain:
(1)
Resiko penurunan status kesehatan
lansia di RW II Kelurahan Wiyung
(2)
Resiko tinggi terjadinya kenakalan
remaja di RW II Kelurahan Wiyung
(3)
Resiko terjangkit penyakit demam
berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
(4)
Kurang efektifnya pemanfaatan
posyandu di RW II Kelurahan Wiyung
(5)
Rendahnya penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II Kelurahan Wiyung.
Kegiatan penentuan prioritas
masalah dapat berlangsung dengan lancar, yaitu pada saat desiminasi dan
penentuan oleh Pokjakes SENTOSA karena masyarakat sudah mulai memiliki konsep
mengenai model keperawatan komunitas. Dari prioritas masalah tersebut berhasil
disusun rencana kegiatan bersama antara mahasiswa, Pokjakes dan warga.
3.1.2 Tahap Perencanaan
Perencanaan disusun oleh
mahasiswa, Pokjakes SENTOSA dan warga secara berkala, yaitu saat desiminasi dan
lokakarya kesehatan, pertemuan intensif antara mahasiswa dan Pokjakes. Secara umum, perencanaan dapat dilaksanakan
dengan lancar sesuai rincian pad tabel perencanaan Bab 3.
4.1.3 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan khususnya 3
masalah utama dapat dilaksanakan dengan tingkat keberhasilan 90%, sedangkan
untuk 2 masalah terakhir telah dilakukan tindakan/kegiatan yang akan ditindak
lanjuti oleh Pokjakes. Uraian pelaksanaan dapat dilihat pada tabel pelaksanaan
Bab 3.
4.1.4 Tahap Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu evaluasi proses
pada saat kegiatan dilaksanakan sampai usai, dan evaluasi akhir yang dilakukan
bersama dengan warga pada saat kegiatan terminasi 25 Agustus 2002.
Secara umum, kegiatan praktik
klinik keperawatan komunitas dapat dikatakan berhasil dari sudut pandang respon
positif dan peran serta aktif warga dimotori oleh Pokjakes dan aparat RW dan
RT. Namun perlu dilakukan perbaikan pada pre klinik, model praktik klinik
komunitas dan model evaluasi dan tindak lanjut praktik klinik didaerah binaan
dimaksud.
4.2 Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dari laporan yang masuk seluruh
mahasiswa, keseluruhan mahasiswa tidak mengalami masalah dalam melakukan
pendekatan denga keluarga yang dibina. Karena kecenderungan mahasiswa
menggunakan model pendekatan Problem
Solving Approach (pendekatan menggunakan model pemecahan masalah) sehingga
antusiasme keluarga langsung terjadi begitu mahasiswa masuk dalam keluarga
binaan masing-masing.
Rata-rata dalam waktu singkat,
mahasiswa sudah dapat diterima oleh keluarga sehingga antara keluarga dan
mahasiswa terdapat hubungan terapeutik yang baik.
Secara keseluruhan, proses
penerapan asuhan keperawatan keluarga mempunyai tingkat keberhasilan 90% karena
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan strategi pendekatan yang terbaik untuk
menumbuhkan antusiasme keluarga dalam upaya menyelesaikan permasalahan
kesehatan keluaga secara mandiri, sehingga keluarga mampu melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan
komunitas yang dilaksanakan 01 Juli 2002-23 Agustus 2002 oleh mahasiswa Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan
III Kelompok 3 Gerbong merupakan salah satu program profesi untuk menghasilkan
tenaga perawat yang profesional sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
Sebagai aplikasi nyata dari konsep keperawatan komunitas, maka diberikan asuhan
keperawatan komunitas kepada warga RW II Kelurahan Wiyung untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat.
Pendekatan dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas adalah pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4
tahap, yaitu pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan
secara integral dan komperhensif dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengenal masalah kesehatannya dan mampu menciptakan berbagai alternatif dalam
upaya meningkatkat derajat kesehatannya.
Dari keempat tahapan tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa bersama dengan Pokjakes, aparat,
kader, karang taruna dan warga RW II Kelurahan Wiyung. Dalam pelaksanaannya
tidak pernah lepas dari aral dan rintangan, akan tetapi hal tersebut dapat
diatasi dengan baik tanpa mengganggu aktifitas praktik klinikk.
Secara umum tingkat keberhasilan
pelaksanaan praktik klinik keperawtan komunitas adalah 90% dengan tingkat
antusiasme warga, peran serta aktif dan bantuan dari brbagai pihak.
5.2 Saran-Saran
1)
Pihak Puskesmas Wiyung
a.
Agar lebih meningkatkan
pembinaan terhadap kelompok-kelompok yang terdapat di masyarakat khususnya di
bidang kesehatan, sehingga apa yang menjadi upaya Puskesmas untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dapat tercapai dengan baik.
b.
Terbukanya kerjasama lebih
lanjut dengan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga khususnya untuk program keperawatan komunitas dan keluarga.
2)
Pihak Pendidikan
a.
Dalam proses persiapan memasuki
program praktik klinik keperawatan komunitas yang dibekalkan kepada mahasiswa
hendaknya memiliki suatu konsep yang terstruktur dan mengintegrasikan
keseluruhan konsep keperawatan klinik dengan kondisi lapangan, sehingga
didapatkan kesamaan ide, pendapat, kesepakatan dan persepsi menuju peningkatan
efektifitas pelaksanaan praktik klinik di lapangan.
b.
Untuk meningkatkan, memperluas
dan mempermudah hubungan instansi yang terkait praktik klinik keperawatan
komunitas dengan mahasiswa, diharapkan adanya kerjasama antara pendidikan
dengan instansi terkait, baik berupa kontrak waktu atau dalam bentuk yang lain.
c.
Berdasarkan atas saran
pembimbing praktik klinik keperawatan komunitas untuk dilakukannya evaluasi dan
tindak lanjut terhadap wilayah yang telah dibina khususnya oleh kelompok
selanjunya, hendaknya disusun kembali/reorganisasi kembali rencana program
praktik klinik keperawatan komunitas khususnya konsep evaluasi keberhasilan
dari masyarakat sebagai suatu tindak lanjut.
3)
Pihak LKMD
Dengan terbentuknya Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA” di RW II
Kelurahan Wiyung, hendaknya diberikan bantuan, bimbingan, konseling dan
supervisi berkala sebagai salah satu program LKMD seksi 5 kesehatan.
4)
Kelompok Kerja Kesehatan
“SENTOSA”
a.
Agar selalu meningkatkan
pengetahuan dan k eterampilan yang telah diperolleh sehingga dapat menjadi
ujung tombak kelompok pikir dan sebagai motor pembinaan kesehatan yang terdapat
di masyarakat, sehingga dapat membantu peningkatan derajat kesehatan masyarakat
RW II Kelurahan Wiyung.
b.
Agar tetap menjalin kerjasama
dengan LKMD, bidang kesejahteraan, bidang rohani dan Puskesmas serta institusi
terkait dengan Pokjakes demi kelangsungan dan keberhasilan program kerja.
c.
Agar tetap bergerak aktif untuk
menjalankan program kerja yang telah di rencanakan.
5)
Mahasiswa PSIK Gerbong
selanjutnya
a.
Bekali diri dengan konsep
perawatan komunitas dan keluarga, proses pengorganisasian masyarakat, tekhnik
komunikasi dan interaksi sosial.
b.
Pertahankan kebersamaan dan
kerjasama yang baik antar anggota kelompok sebagaimana yang telah kami lakukan,
sebab itu modal utama keberhasilan kita.
c.
Lakkukan analisa situasi dan
lingkungan dari praktik sebelumnya sebagai wacana dan modal perencanaan
selanjutnya.
d.
Tunjukkan profesionalisme kita
sebagai perawat sehingga memberikan kesan yang membekas bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adina, M. Rienhardt. (1990). Family Community Nursing A Sosial Cultural
Framework. The CV. Mosby Company.
Ali Zaidin. (1998). Pengantar Asuhan Perawatan Kesehatan Pada Masyarakat Seri 4 Perawatan
Kesehatan Masyarakat (MA 213). Universitas Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1990). Konsep Perawatan Masyarakat. Jakarta.
Effendy Nasrul. (1992). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyakat.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar