LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP KOMUNITAS


BAB 1

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan. Dengan berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain: perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam uoaya peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu; keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapakn konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keprawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan III Kelompok 3 Gerbong II melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di RT 01-04 RW II Kelurahan Wiyung Kecamatan Wiyung Kotamadya Surabaya dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mampunyai satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar di RW II. Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kerja kesehatan, pembentukan kelompok kerja lanjut usia, memberdayakan kader kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok karang taruna. Dengan pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait, Pokjakes dan seluruh komponen desa untuk mengikut sertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitad dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.




1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman praktik klinik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan kepeawatan komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di komunitas dengan pendekatan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.

1.2.2        Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik klinik keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:
1)      Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas
2)      Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas untuk komunitas yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi
3)      Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi organisasi komunitas dalam mengadakan perubahan serta peningkatan kesehatan komunitas
4)      Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas berdasarkan faktor resiko personal, sosial dan lingkungan
5)      Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk meningkatkan kesehatan komunitas
6)      Menerapkan proses penelitian dan pengetahuan penelitian untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
7)      Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berfikir kritis, belajar mandiri dengan keterapilan komunikasi yang efektif dan kepemimpinan di dalam komunitas.

1.3  Manfaat
1.3.1        Untuk Mahasiswa
1)      Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada masyarakat.
2)      Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas
3)      Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat
4)      Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan interpersonal.

1.3.2        Untuk Masyarakat
1)      Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
2)      Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
3)      Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

1.3.3        Untuk Pendidikan
1)      Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Program Profesi khususnya di bidang keperawatan komunitas.
2)      Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

1.3.4        Untuk Profesi
1)      Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
2)      Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga profesi mampu mengembangkannya.
3)      Salah satu bukti profesionalisme keperawatan telah terwujudkan.

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan amsyarakat yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dalat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

2.1 Perawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan erorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1.      Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2.      Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan kesehatan
3.      Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4.      Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1.      Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
2.      Meerupakan bidang khusus keperawatan
3.      Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
4.      Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5.      Ruang lingfkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6.      Melibatkan partisipasi masyarakat
7.      Bekerja secara team (bekerjasama)
8.      Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
9.      Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
10.  Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas adalah:
1.      Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang
2.      Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini komunitas
3.      Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik
4.      Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun mengahambat
5.      Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6.      Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.      Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3.      Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan
4.      Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
5.      Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan
6.      Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
7.      Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus
8.      Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

2.2 Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

2.2.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
1)      Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
2)      Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3)      Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
4)      Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5)      Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
6)      Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan
7)      Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
8)      Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
9)      Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkann angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
10)  Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.

2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1)      Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
  1. Ibu hamil
  2. Bayi baru lahir
  3. Balita
  4. Anal usia sekolah
  5. Usia lanjut
2)      Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
  1. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin lainnya.
  2. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3)      Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
  1. Wanita tuna susila
  2. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
  3. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
  4. Dan lain-lain
4)      Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
  1. Panti wredha
  2. Panti asuhan
  3. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
  4. Penitipan balita

2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1)      Penyuluhan kesehatan masyarakat
2)      Peningkatan gizi
3)      Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4)      Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5)      Olahraga secara teratur
6)      Rekreasi
7)      Pendidikan seks

2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1)      Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2)      Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun kunjungan rumah
3)      Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah
4)      Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

2.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1)      Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2)      Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah sakit.
3)      Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4)      Perawatan payudara
5)      Perawatan tali pusat bayi baru lahir

2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
1)      Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah tulang mapun kelainan bawaan
2)      Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

2.4.5 Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jeals dan dapat dimengerti.

2.5 Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1)      Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2)      Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3)      Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4)      Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5)      Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut
6)      Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
7)      Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8)      Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9)      Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10)  Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11)  Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.

2.6 Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.7 Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
2.7.1 Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
1)      Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.

2)      Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
  1. Masalah sehat sakit
  2. Karakteristik populasi
  3. Karakteristik lingkungan

3)      Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:
  1. Masalah yang ditetapkan dari data umum
  2. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a.       Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b.      Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c.       Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d.      Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a.       Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
b.      Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu
c.       Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d.      Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).

2.7.2 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1)      Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2)      Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
3)      Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.

2.7.3 Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1)      Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
2)      Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
3)      Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:
a.      Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b.      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c.       Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

2.7.4 Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1)      Daya guna
2)      Hasil guna
3)      Kelayakan
4)      Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1)      Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2)      Perkembangan atau kemajuan proses
3)      Efisiensi biaya
4)      Efektifitas kerja
5)      Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:




Keterangan:
                        : peran masyarakat
            : peran perawat

pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DII WILAYAH RW II KELURAHAN WIYUNG
KECAMATAN WIYUNG KOTAMADYA SURABAYA
01 JULI 2002-23 AGUSTUS 2002

Praktik klinik keperawatan komunitas dilaksanakan mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan III Kelompok 3 Gerbong II mulai 01 Juli 2002 – 23 Agustus 2002 sebagai salah satu perogram profesi dalam menempuh pendidikan Strata 1 Keperawatan.
Praktik tersebut dilakukan untuk mengejawantahkan konsep kepeerawatan dan kesehatan komunitas serta keluarga di tataran nyata kepada masyarakat sehingga upaya mencetak tenaga perawat profesional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai model pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraikan ikhtisar asuhan keperawatan komunitas yang telah kami lakukan.

3.1 Tahap Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1)      Data Demografi
Wilayah RW II Kelurahan Wiyung terbagi menjadi 4 RT yang masing-masing RT terdiri dari 100-150 KK dengan data yang terkumpul sejumlah 356 KK (quesioner) dari 500 KK yang diperkirakan, berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan aparat RW, maka didapatkan bahwa 100% penduduk merupakan warga asli Wiyung dengan jumlah 1478 penduduk.
Berdasarkan metode pengkajian Winshield Survey, data demografi masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas wilayah sebelah barat                : RW III Kelurahan Wiyung
Batas wilayah sebelah timur               : Kelurahan Babadan
Batas wilayah sebelah selatan             : RW I Kelurahan Wiyung
Batas wilayah sebelah utara                : RW III dan IV Kelurahan Wiyung
Fasilitas yang tersedia di RW II Kelurahan Wiyung adalah sebagai berikut: balai RW II (1 buah), musholla di RT 02 (1 buah), masjid di RT 04 dan 01 (2 buah), Posyandu.
Hasil data yang diperoleh melalui angket/quesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat disajikan sebagai berikut:

a.      

Distribusi Warga Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Warga RW II Wiyung

Dari gambar diatas didapatkan bahwa sebagian besar warga berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 748 orang (50,6%) dan 730 orang berjenis kelamin laki-laki (49,4%). Perbandingan tersebut seimbang.

b.      Distribusi Warga Berdasarkan Agama/Kepercayaan

Gambar 4.2 Distribusi Agama/Kepercayaan Warga RW I Wiyung
Sebagian besar (93%) warga beragama Islam dengan kegiatan keagamaan yang aktif yaitu majlis dzibaiyah ibu-ibu setiap Selasa malam, majlis tahlil ibu-ibu setiap Rabu malam, majlis tahlil bapak-bapak tiap Kamis malam.

c.      

Distribusi Warga Berdasarkan Umur

Gambar 4.3 Distribusi Umur Warga RW II Kelurahan Wiyung

Dari gambar diatas, diadapatkan bahwa sebagian besar wrga berada pada usia produktif yaitu 22-55 tahun dengan jumlah 757 orang (51,2%). Selain itu, terdapat data yang mencolok yaitu jumlah usia lanjut yang menduduki peringkat ke-4, yaitu sejumlah 142 orang (9,61%), hal ini memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memerlukan tinakan yang lebih terhadap kelompok khusus ini.

d.     

Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan
Gambar 4.4 Distribusi Pendidikan Warga RW II Kelurahan Wiyung
Berdasarkan gambar diatas, didapatkan data bahwa sebagian besar warga RW II Kelurahan Wiyung berpendidikan SD atau sederajat dengan jumlah 587 orang (39,7%).
Dari gambar tersebut, didapatkan pula warga yang tidak sekolah sejumlah 269 orang (18,2%), data tersebut meliputi warga dewasa yang tidak pernah mengenyam pendidikan/bangku sekolah dan balita.

e.      
Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.5 Distribusi Pekerjaan Warga RW II Kelurahan Wiyung
Gambar 4.5 diatas menunjukkan sebagian warga tidak bekerja sejumlah 846 orang (57,2%). Warga yang tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga, balita, anak dan remaja sekolah serta usia lanjut. Kebanyakan dari warga yang bekerja adalah mempunyai pekerjaan swasta 289 orang (19,6%) yaitu dagang, pekerja bangunan dan karyawan swasta 264 orang (17,9%).



2)      Data Kesehatan Lingkungan
Dari 356 KK yang didata, didapatkan data kesehatan lingkungan sebagai berikut:
a.       Status kepemilikan rumah:
K      Sewa/kontrak                   : 3,3%
K      Rumah sendiri                  : 81,8%
K      Orang tua/keluarga           : 15,5%

b.      Ratio jumlah kamar tidur dengan anggota keluarga:
K      1 : 1                       : 21%
K      1 : 2                       : 49,1%
K      1 : 3 atau lebih       : 29,9%

c.       Lantai rumah:
K      Keramik    : 34.6%
K      Tegel         : 13,29%
K      Semen       : 42,52%
K      Tanah        : 9,6%

d.      Keberadaan ventilasi:
K      Terdapat ventilasi di masing-masing kamar                      : 51,9%
K      Tidak terdapat ventilasi di masing-masing kamar : 48,1%

e.       Kebiasaan membuka ventilasi:
K      Sering        : 51,4%
K      Jarang        : 48,6%

f.       Pencahayaan oleh cahaya matahari:
K      Baik           : 19,2%
K      Cukup       : 77,2%
K      Kurang      : 3,6%

g.      Sumber air bersih:
K      PDAM                  : 93,7%
K      Sumur gali             : 6,3%
K      Lain-lain                : 0%
h.      Air minum:
K      Air kemasan                      : 2,9%
K      PDAM dimasak                : 89,3%
K      PDAM tidak dimasak       : 1,9%
K      Sumur                                : 5,8%

i.        Jamban/WC:
K      Ada           : 97%
K      Tidak ada  : 3%

j.        Resapan septik tank:
K      Ada           : 44,7%
K      Tidak ada  : 55,3%

k.      Kebiasaan menguras bak penampungan air:
K      Setiap 3 hari          : 14,3%
K      Seminggu sekali    : 50,5%
K      Lebih seminggu     : 35,2%

l.        Keberadaan jentik nyamuk:
K      Ada           : 49,2%
K      Tidak ada  : 50,8%

m.    Pembuangan sampah:
K      Bak sampah & diangkut petugas  : 4,6%
K      Ditimbun                                       : 2,6%
K      Dibakar                                         : 91,4%
K      Lain-lain                                        : 1,3%

n.      Pembuangan air limbah rumah tangga:
K      Peresapan  : 5,6%
K      Parit/got    : 91,7%
K      Tergenang : 2,6%


3)      Data Kesehatan Usia Lanjut
  1. Keberadaan lansia di KK:
K      Ada           : 39,4%
K      Tidak ada  : 60,6%

  1. Jumlah lansia di RW II Kelurahan Wiyung: 129 orang
  2. Status kesehatan:
K      Sehat         : 77,5%
K      Sakit          : 22,5%, dengan keluhan pegal linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-lain.

  1. Tindakan yang dilakukan bila lansia sakit:
K      Puskesmas             : 83,7%
K      Dukun                   : 0%
K      Dokter                   : 14,7%
K      Rumah Sakit         : 0,8%
K      Lain-lain                : 0,8%, yaitu klinik dan bidan

  1. Aktifitas lansia sehari-hari:
K      Organisasi             : 16,7%
K      Usaha produktif    : 16,7%
K      Senam/OR             : 3,3%
K      Tanpa kegiatan      : 63,3%

4)      Data Kesehatan Ibu Hamil
  1. Keberadaan ibu hamil dalam KK:
K      Ada           : 6,3%
K      Tidak ada  : 93,7%

  1. Jumlah ibu hamil: 17 orang
  2. Kehamilan ke-:
K      1    : 52,9%
K      2    : 35,3%
K      3    : 11,8%
K      >4  : 0%
  1. Usia kehamilan:
K      1-3 bulan   : 41,7%
K      4-6 bulan   : 16,7%
K      7-9 bulan   : 33,3%

  1. Pemeriksaan kehamilan:
K      Memeriksakan                   : 100%
K      Tidak memeriksakan         : 0%

  1. Kerutinan pemeriksaan kehamilan:
K      Rutin                     : 100%
K      Tidak rutin                        : 0%

  1. Tempat pemeriksaan kehamilan:
K      Puskesmas             : 17,6%
K      Posyandu              : 0%
K      RS/Klinik              : 23,5%
K      Dokter/bidan         : 58,8%

  1. Keluhan selama kehamilan:
K      Ada           : 20% yaitu mual, pusing terutama yang usia kehamilan muda
K      Tidak ada  : 80%

  1. Imunisasi TT selama hamil:
K      Sudah        : 76,5%
K      Belum        : 23,5%

5)      Data Keluarga Berencana

  1. Akseptor KB

   Gambar 4.6 Keikutsertaan Keluarga dari RW II Kelurahan Wiyung menjadi Peserta KB


Dari gambar 4.6 diatas, didapatkan data bahwa dari 356 KK, terdapat 76% dari isteri menjadi akseptor KB.

  1. Metode KB yang digunakan:


Gambar 4.7 Metode KB yang digunakan Akseptor KB warga RW II Kelurahan Wiyung

Gambar 4.7 diatas menunjukkan sebagian besar akseptor KB menggunakan metode suntik (63%) dan pil (31%).

6)      Data Kesehatan Balita
  1. Imunisasi Balita:
K      Polio:
¼  4 kali                           : 38%
¼  3 kali                           : 22,8%
¼  2 kali                           : 15,2%
¼  1 kali                           : 9,8%
¼  Tidak imunisasi           : 14,1%
K      Hepatitis B:
¼  3 kali                           : 47,7%
¼  2 kali                           : 13,6%
¼  1 kali                           :16%
¼  Tidak imunisasi           : 22,7%
K      DPT:
¼  3 kali                           : 48,9%
¼  2 kali                           : 9,1%
¼  1 kali                           : 18,2%
¼  Tidak imunisasi           :23,9%
K      BCG:
¼  1 kali                           : 75,3%
¼  Tidak imunisasi           : 24,7%
K      Campak:
¼  1 kali                           : 60,2%
¼  Tidak imunisasi           : 39,8%

  1. Umur diberi ASI
K      < 6 bulan               : 18,1%
K      6-12 bulan             : 20,2%
K      12-18 bulan           : 8,5%
K      sampai 24 bulan    : 53,2%

  1. Pemberian makanan tanbahan:
K      Segera setelah lahir           : 3,1%
K      Umur 1 bulan                    :6,3%
K      Umur 2 –3 bulan               :14,6%
K      Setelah umur 4 bulan        :46,9%
K      Umur > 6 bulan                 : 29,2%

  1. Status gizi (KMS):
K      Berada di garis hijau         : 68,9%
K      Berada di garis kuning      : 30%
K      Berada di garis merah       : 1,1%

  1. Tempat penimbangan
K      Posyandu              : 56,2%
K      Puskesmas             : 25%
K      Lain-lain                : 18,8%

  1. Waktu penimbangan
K      Rutin setiap bulan                                     : 78,7%
K      Tidak rutin setiap bulan ( > 1 bulan)         : 21,3%
K        Distribusi rutinitas penimbangan tidak normasl, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02.
K      Alasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.

  1. Tindakan bila anak sakit
K      Dokter praktik       : 10,6%
K      Perawat/bidan       : 6,4%
K      Puskesmas/RS       : 83%
K      Lain-lain                : 0%

7)      Data Status Kesehatan Keluarga
  1. Anggota keluarga yang sakit 6 bulan terakhir
K      Ada           : 36,4%
K      Tidak ada  : 63,6%

  1. Penyakit yang diderita
K      DHF          : 0%
K      Campak     : 0%
K      TBC          : 0%
K      Thypoid     : 2,4%
K      Lain-lain    : 97,6%, yaitu batuk, pilek, pegal linu, darah tinggi, sesak, darah tinggi/hypertensi, dan lain-lain.

  1. Anggota keluarga yang meninggal 1 tahun terakhir
K      Ada           : 9,1%
K      Tidak ada  : 90,9%

8)      Data Kesehatan Remaja
  1. Remaja di keluarga (KK)
K      Ada           : 74,7%
K      Tidak ada  : 25,3%

  1. Jumlah remaja: 251 orang (16,9%) dari 1478 penduduk
K        RT 01        : 83 orang (15,6%)
K        RT 02        : 80 orang (20,6%)
K        RT 03        : 59 orang (17,5%)
K        RT 04        : 29 orang (13%)
  1. Kegiatan waktu luang
K      Musik        : 14,8%
K      Olah raga   : 34,7%
K      Santai        : 36,4%
K      Lain-lain    : 14,2%

  1. Kebiasaan remaja
K      Merokok                            : 10%
K      Begadang                          : 10%
K      Minum minuman keras      : 0,4%
K      Lain-lain                            : 22,7%

  1. Kegiatan sosial remaja
K      Arisan                    : 2,4%
K      Pengajian               : 10,4%
K      Karang taruna       : 52,2%
K      Lain-lain                : 10%

  1. Olah raga
K      Badminton                        : 6%
K      Sepak bola             : 42,2%
K      Bola volley            : 8,4%
K      Lain-lain                : 13,4%

3.1.2 Analisa Data

DATA

ANALISA MASALAH
J49,16% bak mandi atau tandon air warga terdapat jentik
J50,5% KK dengan kebiasaan menguras bak mandi seminggu sekali, 35,5% dengan kebiasaan lebih dari seminggu
J 48,1% KK tidak mempunyai ventilasi di setiap kamar rumahnya
J48,6% KK jarang membuka ventilasi kamar
JMobilisasi penduduk tinggi.
J 3,6% KK dengan  pencahayaan oleh matahari kurang


JInformasi kepala puskesmas wiyung bahwa pembinaan lansia di RW2 belum berjalan
JDari survey yang dilaksanakan terhadap 356 KK, diketahui jumlah lansia 129 orang.
J74,4% lansia tidak ada kegiatan yang terorganisir
J22,48 lansia mengeluh-kan sakit (hipertensi 5 orang, DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan sesak 3 orang)


JKeterangan kepala puskesmas bahwa dari 25 kader yang ada, 8 diantaranya kader aktif.
J Dari hasil survey diketahui 27,5% masyarakat tidak rutin ke posyandu setiap bulannya.
JDistribusi rutinitas penimbangan tidak normal, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02.
JAlasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.


JDari hasil survey diketahui 226 KK menjadi akseptor KB
JDari jumlah tersebut 39,3% mempergunakan metode suntik, 19,7% menggunakan metode PIL, dan hanya 3,1% dengan IUD.
Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW 2.

J   jumlah remaja 251 orang
J  25,5% tidak memi-liki kegiatan, 10% memiliki kebiasaan merokok, 10% me-miliki kebiasaan begadang 0,4% re-maja memiliki ke-biasaan minum-minuman keras.
J  RW2 termasuk wilayah perkotaan, yang mana peredaran narkoba marak.
Resiko kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung













3.1.3 Prioritas Masalah
NO
MASALAH KESEHATAN
KRITERIA PENAPISAN
JUMLAH
Sesuai dengan peran perawat komunitas
Resiko terjadi
Resiko parah
Potensi untuk pendidikan kesehatan
Interes komunitas
Kemungkinan diatasi
Relevan dengan program
Tersedia sumber tempat
Tersedia sumber waktu
Tersedia sumber dana
Tersedia sumber fasilitas
Tersedia sumber SDM
1.
Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung

5
4
3
5
4
5
5
5
4
3
4
4
51
2.
Resiko penurunan status kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung

5
4
4
5
5
4
5
5
5
3
4
4
53
3.
Kurang efektifnya pemanfaatan posyandu di RW II Kelurahan Wiyung

5
5
4
5
3
3
5
5
3
4
3
3
48
4.
Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II Kelurahann Wiyung

5
3
2
5
3
3
5
5
3
3
3
3
43
Text Box: 305.
Resiko tinggi terjadinya kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung

5
4
3
5
4
4
5
5
5
4
4
4
52



DIAGNOSA KEPERAWATAN dan RENCANA STRATEGIS

3.1.4 Diagnosa Keperawatan Komunitas
Berdasarkan analisa data dan penapisan untuk menentukan prioritas masalah, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sebagai berikut:
1)      Resiko penurunan status kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan belum adanya pembinaan kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
J  Informasi Kepala Puskesmas Wiyung bahwa pembinaan lansia di RW II Kelurahan Wiyung belum berjalan
J  Dari survey yang dilaksanakan terhadap 356 KK, diketahui jumlah lansia 129 orang.
J  74,4% lansia tidak ada kegiatan yang terorganisir
J  22,48 lansia mengeluhkan sakit (hipertensi 5 orang, DM 4 orang, pusing-pusing 4 orang dan sesak 3 orang)

2)      Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan kurangnya pemanfaatan waktu luang remaja di RW II Kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
J  Dari hasil survey diketahui jumlah remaja 251 orang
J  Dari jumlah tersebut 25,5% tidak memiliki kegiatan/santai, 10% memiliki kebiasaan merokok, 10% memiliki kebiasaan bergadang 0,4% remaja memiliki kebiasaan minum-minuman keras dan lain-lain yang belum teridentifikasi 22,7% remaja.
J  RW2 termasuk wilayah perkotaan, yang mana peredaran narkoba marak.
J  Tersedianya fasilitas dan organisasi kepemudaan yang harus dimanfaatkan.

3)      Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan tingginya kepadatan vector, ditandai dengan:
J  49,2% bak mandi atau tandon air warga terdapat jentik
J  50,5% KK dengan kebiasaan menguras bak mandi seminggu sekali, 35,2% dengan kebiasaan lebih dari seminggu
J  3,6% KK dengan  pencahayaan oleh matahari kurang
J  48,6% KK jarang membuka ventilasi rumah
J  48,1% KK tidak mempunyai ventilasi di setiap kamar rumahnya
J  Mobilisasi penduduk tinggi.


4)      Kurang efektifnya pemanfaatan posyandu di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan sistem pendukung yang kurang memadai, ditandai dengan:
J  Keterangan kepala puskesmas bahwa dari 25 kader yang ada, 8 diantaranya kader aktif.
J  Dari hasil survey diketahui 20,1% masyarakat tidak rutin ke posyandu setiap bulannya.
J  Distribusi rutinitas penimbangan tidak normasl, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02.
J  Alasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama dan langsungdibawa ke Puskesmas atau bidan.

5)      Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II kelurahan Wiyung, ditandai dengan:
J  Dari hasil survey diketahui 226 KK menjadi akseptor KB
J  Dari jumlah tersebut 39,3% mempergunakan metode suntik, 19,7% menggunakan metode PIL, dan hanya 3,1% dengan IUD




















3.2 Tahap Perencanaan

No

Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Sasaran
Strategi
Rencana Kegiatan
Waktu
Tempat
Evaluasi
Evaluator

Kriteria

Standart
1.
Resiko pe-nurunan status kesehatan lan-sia di RW II Kelurahan Wi-yung berhu-bungan dengan belum adanya pembinaan ke-sehatan lansia di RW II Ke-lurahan Wi-yung

Jangka panjang:
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu hidup lansia dalam menjalani masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat  se-suai dengan kebe-radaannya dalam strata masyarakat.
Jangka pendek:
§ Terbentuknya sarana pembinaan kesehat-an lansia di RW2
§ Adanya pembinaan kesehatan lansia secara berkala.
§ Masyarakat mampu mengidentifikasi masalah, merencana-kan, melaksanakan dan mengevaluasi  tindakan
Selu-ruh lansia di RW II Ke-lurah-an Wi-yung
KIEMS

§ Fasilitasi terbentuk-nya sarana pembina-an kesehatan lansia di RW2 (kelompok kerja lan-sia)
§ Bina kesehatan lan-sia, antara lain:
Y Screening ke-sehatan lansia
Y Posyandu lansia
Y Pemeriksaan dan pengobatan lansia
Y Pemeriksaan kesehatan berkala
§ Fasilitasi penyusun-an rencana kegiatan pembinaan kesehat-an lansia
§ Fasilitasi pelaksana-an kegiatan pembi-naan kesehatan lan-sia.
12-19 Agus-tus 2002
Balai RW II Kelurah-an Wi-yung,
Rumah kediam-an Ketua Pokjakes dan Ke-tua tiap RT
Verbal
Psikomotor dan sikap
·   Masyarakat mampu me-ngenal masalah kesehatan lansia
·   Dilakukannya KIEMS pada kelompok lansia dan sistem pendukungnya.
·   Adanya sarana pembinaan kesehatan lansia
·   Adanya pembinaan lansia
·   Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa, Pokjakes dan instansi terkait dengan lansia, misalnya kelurahan, LKMD, Puskesmas, lem-baga keagamaan dan kesejahteraan sosial.
·   Anggota Pokjakes mampu memberikan pembinaan secara berkala
·   Mahasiswa
·   Petu-gas Pus-kes-mas
·   LKMD
·   Pokjakes
·   Ketua RW dan Staf
2.
Resiko ter-jadinya ke-nakalan remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan kurang-nya peman-faatan waktu luang remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung

Tujuan jangka panjang:
Tidak terjadi ke-nakalan remaja dan penyalahgunaan obat pada remaja di-wilayah RW2

Tujuan jangka pendek:
§ Remaja RW 2 me-miliki kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luang
§ Remaja RW2 aktif dalam kegiatan organisasi Karang Taruna.

Selu-ruh rema-ja warga RW II Kelu-rahan Wi-yung
KIEMS
§ Koordinasi dengan pengurus Karang Taruna di masing-masing RT

§ Cari dukungan dari tokoh masyarakat dan agama se-tempat terhadap ke-giatan karang ta-runa.

§ Fasilitasi adanya ke-giatan kreasi remaja dan kegiatan lain dalam rangka men-cegah kenakalan re-maja, penyalahguna-an obat dan upaya meningkatkan hu-bungan silaturahmi antar remaja.

§ Ceramah Narkoba, AIDS dan SE

·   22 Juli 2002


·   22 Juli 2002




·   02 Agus-tus 2002






·   09 Agust 2002
·   Rumah ketua karangTarunaRT
·   Rumah toma & toga tiap RT
·   Balai RW II

·   Balai RW II Kelu-rahan Wi-yung

·   Balai RW II Kelu-rahan Wi-yung
Verbal
Psikomotor dan sikap
·   Kesediaan karang taruna tiap RT untuk bekerja-sama dengan Pokjakes dan mahasiswa

·   Perijinan dan dukungan dari tokoh masyarakat dan agama terhadap kegiatan karang taruna dan Pok-jakes


·   Adanya kegiatan anti narkoba, misal propagan-da anti NAPZA








·   Dilaksanakannya ceramah Narkoba, AIDS dan SE
·   Mhs & Pokjakes
·   Mhs, Pokjakes, ka-rang taru-na
·   Pokjakes, ka-rang taru-na
·   Mhs, Pokjakes, ka-rang taru-na
3.
Resiko terjang-kit penyakit demam ber-darah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung ber-hubungan de-ngan tingginya kepadatan vec-tor

Jangka Panjang:
Tidak terjangkit-nya/terjadinya pe-nyakit demam ber-darah di RW II Kel. Wiyung

Jangka Pendek:
-    Terbentuknya Pok-jakes
-    Menekan kepadat-an vektor di RW II Kel. Wiyung
Seluruh war-ga RW II Kel. Wi-yung
KIEMS
§ Penyuluhan kesehat-an tentang penye-bab, siklus hidup nyamuk dan upaya pemutusan siklus hidup nyamuk.

§ Canangkan “Gerak-an Minggu Bersih” dengan melakukan PSN

§ Pantau/survey jentik berkala.

§ Lomba kebersihan lingkungan

·   24 Juli 2002



·   11 Agus-tus 2002

·   11-16 Agus-tus 2002
·   Rumah warga RW II saat pengajian ibu
·   tiap RT




·   tiap RT

·   tiap RT
Verbal
Psikomotor dan sikap
·   Dilakukannya penyuluhan kepada warga RW II Kelurahan Wiyung sesuai waktu yang direncanakan


·   Dilaksanakannya Minggu Bersih oleh seluruh warga bersama dengan maha-siswa

·   Dilakukan survey jentik oleh Pokjakes dan tim penilai dari mahasiswa
·   Terlaksana lomba kebersihan lingkungan

·   Mahasiswa




·   Ketua RT, mahasiswa
·   Pokjakes & mhs
·   mahasiswa
4.
Kurang efek-tifnya peman-faatan posyan-du di RW II Kelurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan sistem pendukung yang kurang memadai

Tujuan jangka panjang:
Termonitornya sta-tus kesehatan balita di RW 2 dan pe-manfaatan Posyandu menjadi efektif

Tujuan jangka pendek:
Selama praktik kli-nik keprawatan ko-munitas, terdapat:
15)                                         Terbentuknya sis-tem pencatatan dan pelaporan  kegiatan posyandu yang baik
16)                                         Cakupan kegiatan posyandu menca-pai lebih dari 90 %
17)                                         Berfungsinya sis-tem posyandu se-cara optimal
18)                                         Tersampaikannya informasi peman-faatan Posyandu seefektif mungkin

Seluruh ibu-ibu yang mempu-nyai bali-ta war-ga RW II Kelura-han Wi-yung
KIEMS
§ Koordinasi lintas sektoral dan lintas program terkait dengan pembinaan posyandu.

§ Tata kembali sistem yang terkait dengan posyandu.

§ Lakukan kaderisasi kader posyandu


§ Lakukan penyegaran kader posyandu melalui pelatihan kader

§ Sebar informasi ten-tang posyandu me-lalui sarana per-ibadatan, kegiatan sosial masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

§ Penyuluhan imuni-sasi dan peman-faatan Posyandu


·   23 Juli 2002



·   22-23 Juli 2002

·   23 Juli 2002

·   2 & 6 Agust 2002


·   23 Agus-tus 2002




·   24 Agus-tus 2002
·   Puskesmas Wi-yung


·   PKM, rumah kader

·   Balai RW2 Wi-yung
·   Balai RW2 Wyg


·   Tiap RT






·   Balai RW II Wi-yung
Verbal
Psikomotor dan sikap
·   Kesediaan Puskesmas bekerjasama untuk pembi-naan Posyandu



·   Berubahnya sistem di Posyandu, yaitu adanya pengefektifnya sistem 5 meja
·   Adanya kader baru



·   Kader mendapat materi tentang Posyandu, imunisasi dan kesehatan Balita

·   Tersebarnya informasi melalui masjid, musholla, kelompok pengajian dan rumah ke rumah




·   Terlaksananya penyuluhan saat Posyandu
·   Mahasiswa


·   Mahasiswa

·   Mhs & kader
·   Pokjakes & mahasiswa
·   Kdr   
Kesehatan, pokja-kes & aparat RT
·   Mahasiswa
5.
Rendahnya penggunaan metode kontra-sepsi jangka panjang di-wilayah RW II kelurahan Wi-yung

Tujuan  jangka panjang:
Meningkatkan ca-kupan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD / Kontap)
Tujuan jangka pendek:
§ Masyarakat me-ngetahui keuntung-an penggunaan kontrasepsi jangka panjang
§ Masyarakat dapat menerima IUD sebagai pilihan utama KB.

Seluruh ibu  ha-mil di RW II Kelurah-an Wi-yung
KIEMS
·   Identifikasi penye-bab rendahnya peng-gunaan metode KB jangka panjang / kontap

·   Koordinasi lintas program dan lintas sektoral yang terkait dengan permasalah-an tersebut
·   Desiminasi dan pe-nyuluhan metode kontap/KB jangka panjang
·   25-26 Juli 2002



·   29 Juli 2002


·   Agus-tus 2002
·   Rumah ibu hamil tiap RT







·   Balai RW II dan rumah Bumil



Verbal
Psikomotor dan sikap
·   Teridentifikasi penyebab rendahnya penggunaan metode kontap



·   Adanya koordinasi dan kerjasama untuk menunjang penggunaan kontap

·   Terlaksana penyuluhan dan desiminasi secara individual pada bumil
·   Mhs, Pokjakes dan kader

·   Mahasiswa



·   Mahasiswa
Text Box: 37














Text Box: 373.3 Tahap Pelaksanaan
Setelah dilakukan pengkajian, perumusan masalah dan prioritas masalah, serta pada tahap perencanaan oleh mahasiswa, Pokjakes dan warga RW II Wiyung, maka mulailah dilaksanakan seluruh kegiatan yang direncanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan rencana tindakan, yaitu pendekatan komunitas, pendekatan keluarga binaan, pendekatan kelompok khusus dan pendekatan kepada instansi terkait.
Berikut ini tabel pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas:
Tabel 3.1 Tabel Pelaksanaan Rencana Tindakan dan Evaluasi Formatif
DP
TGL
IMPLEMENTASI
EVALUASI FORMATIF
Resiko penurunan status kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan belum adanya pembinaan kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung

§ 13 Agus-tus 2002

§ 1-19 / 8 / 02

§ 16/8/02

§ 19/8/02

§ 19/8/02
§ 19/8/02


§ 13 Agus-tus 2002




§ 12-19/8/02
§ Memfasilitasi terbentuk-nya sarana pembinaan kesehatan lansia di RW2 (kelompok kerja lansia)

§ Melakukan pembinaan kesehatan lansia, antara lain:
Y Pendataan status de-mografi lansia
Y Screening kesehatan lansia
Y Posyandu lansia
Y Pemeriksaan dan peng-obatan lansia

§ Memfasilitasi penyusunan rencana kegiatan pembina-an kesehatan lansia dengan menyusunkan pro-posal dan perencanaan pembinaan lansia untuk Pokjakes dan Pokja Lansia

§ Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pembinaan ke-sehatan lansia.
§ Terbentuknya pokja lansia tiap RT dibawah tanggungjawab Pokja-kes dan ketua RT

§ Terdata status demo-grafi lansia sejumlah 129 lansia
§ Terscreening kesehatan 85 lansia
§ Terlaksana Posyandu, pemeriksaan dan peng-obatan lansia pukul 15.00-18.00 WIB


§ Tersusun proposal kegiatan pembinaan lansia pada 13/8/02





§ Terlaksananya koor-dinasi intensif dengan Pokjakes

Resiko ter-jadinya ke-nakalan re-maja di RW II Kelurahan Wiyung ber-hubungan dengan ku-rangnya pe-manfaatan waktu luang remaja di RW II Ke-lurahan Wi-yung

·   22 Juli 2002


·   22 Juli 2002



·   02 Agus-tus 2002





·   09 Agust 2002
§ Koordinasi dengan pengurus Karang Taruna di masing-masing RT

§ Mencari dukungan dari tokoh masyarakat dan agama setempat terhadap kegiatan karang taruna.

§ Memfasilitasi adanya ke-giatan kreasi remaja dan kegiatan lain dalam rang-ka mencegah kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan upaya mening-katkan hubungan silatu-rahmi antar remaja.

§ Ceramah Narkoba, AIDS dan SE

§ Terkoordinasi dengan karang taruna tiap RT


§ Ada dukungan dari toma & agama dengan menyediakan kesem-patan dan fasilitas

§ Terbuatnya spanduk anti narkoba
§ Terencananya ceramah Narkoba, AIDS dan SE
§ Adanya fasilitas untuk bekerjasama dengan LSM Sebaya Surabaya


§ Terlaksana pada 09/8/02 dengan peserta ± 30-40 orang pukul 20.00-22.00 WIB di Balai RW II Wiyung

Resiko ter-jangkit pe-nyakit de-mam ber-darah (DHF) diwilayah RW II Ke-lurahan Wi-yung ber-hubungan dengan tingginya kepadatan vector

·   24 Juli 2002








·   11 Agus-tus 2002


·   11-16 Agus-tus 2002






·   11-16/8/02
§ Penyuluhan kesehatan tentang penyebab, siklus hidup nyamuk dan upaya pemutusan siklus hidup nyamuk.





§ Pencanangan “Gerakan Minggu Bersih” dengan melakukan PSN



§ Pemantauan/survey jentik berkala.








§ Lomba kebersihan lingkungan

§ Terlaksana pada 24/7/02 pukul 09.00-12.00 WB di Balai RW II saat Posyandu Balita dg peserta 33 orang, materi imunisasi dan Posyandu oleh Sudaryani dan Endang Purwaningsih.

§ Terlaksana Minggu bersih tgl 11/8/02 pukul 06.00-10.00 WIB tiap RT dan kebersihan terjaga.

§ Terpantau jentik di beberapa rumah yang diambil secara random oleh mahasiswa. Se-telah penilaian, jumlah berkurang menjadi 10% dari rumah yang bak airnya terdapat jentik

§ Ternilai pada 19 Agustus 2002
Kurang efek-tifnya peman-faatan posyan-du di RW II Kelurahan Wi-yung ber-hubungan de-ngan sistem pendukung yang kurang memadai

·   23 Juli 2002



·   22-23 Juli 2002


·   23 Juli 2002



·   2 & 6 Agust 2002


·   23 Agus-tus 2002



·   24 Agus-tus 2002
§ Koordinasi lintas sektoral dan lintas program terkait dengan pembinaan posyandu.

§ Menyarankan penataan kembali sistem yang terkait dengan posyandu dengan mengefektifkan 5 meja di Posyandu..
§ Kaderisasi kader posyandu




§ Penyegaran kader pos-yandu melalui pelatihan kader


§ Penyebaran informasi tentang posyandu melalui sarana peribadatan, ke-giatan sosial masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

§ Penyuluhan imunisasi dan pemanfaatan Posyandu

§ Terlaksana kerjasama dengan Puskesmas Wiyung


§ Tersampaikannya saran pengefektifan 5 meja di Posyandu kepada Puskesmas

§ Dilakukan urun rem-bug kepada kader ke-sehatan untuk mencari kader baru.

§ Pelatihan kader ter-laksanan bersamaan dengan pelatihan ang-gota Pokjakes

§ Tersebarnya informasi oleh mahasiswa me-lalui kader dan RT untuk diinformasikan di masjid dan musholla


§ Terlasana penyuluhan tanggal 24/8/02 saat Posyandu Balita pukul 09.00-12.00 WIB di Balai RW II Wiyung dengan peserta 33 orang/ibu dari balita.

Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di-wilayah RW II kelurahan Wiyung

·   25-26 Juli 2002










·   29 Juli 2002


Agus-tus 2002
·   Identifikasi penyebab rendahnya penggunaan metode KB jangka panjang / kontap









·   Koordinasi lintas program dan lintas sektoral yang terkait dengan permasalahan tersebut

·   Desiminasi dan penyuluhan metode kontap/KB jangka panjang
·   Teridentifikasi penyebab, yaitu tidk tahu manfaat KB kontap dan kebiasaan mengikuti metode KB yang digunakan oleh sesama wanita usia subur (ikut-ikutan), serta sudah merasa cocok dengan metode yang saat ini digunakan.

·   Tidak terevaluasi




·   Terlaksana secara individual, sehingga evaluasi tidak terlaksana secara optimal.




3.4 Tahap Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu:
1)      Formative Evaluation (Evaluasi Formatif/Proses)
Evaluasi ini dilakukan pada saat dilaksanakannya suatu kegiatan sampai selesai. Evaluasi ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

2)      Sumative Evaluation (Evaluasi Sumatif/Akhir)
Tahap ini dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat yaitu pada tanggal 25 Agustus 002 pukul 20.00-22.00 WIB di Balai RW II Kelurahan Wiyung pada saat terminasi praktik klinik keperawatan komunitas, yaitu:
a.  Terbentuknya Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA” dengan pengurus, struktur dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Terbinanya kesehatan lansia dengan kegiatan lanjutan dari proposal yang telah disusun.
c.  Adanya prioritas masalah yang telah diselesaikan dan diteruskan oleh Pokjakes.
d. Partisipasi aktif dan interes masyarakat terhadap kesehatan 90%.
e.  Untuk diagnosa keperawatan nomor 4 dan 5 akan diteruskan oleh Pokjakes.
f.  Pelaksanaan kegiatan dapat berjalan 90%.

BAB 4

PEMBAHASAN

Praktik klinik keperawatan komunitas dilaksanakan mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan III Kelompok 3 Gerbong II mulai 01 Juli 2002 – 23 Agustus 2002 sebagai salah satu perogram profesi dalam menempuh pendidikan Strata 1 Keperawatan.
Praktik tersebut dilakukan untuk mengaplikasikan konsep keperawatan dan kesehatan komunitas serta keluarga di tataran nyata kepada masyarakat sehingga upaya mencetak tenaga perawat profesional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai model pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraikan pembahasan dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada bab 3.

4.1 Praktik Klinik Keperawatan Komunitas
4.1.1 Tahap Pengkajian
1) Pengumpulan Data
(1)   Data Demografi
Wilayah RW II Kelurahan Wiyung terbagi menjadi 4 RT yang masing-masing RT terdiri dari 100-150 KK dengan data yang terkumpul sejumlah 356 KK (quesioner) dari 500 KK yang diperkirakan, berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan aparat RW, maka didapatkan bahwa 100% penduduk merupakan warga asli Wiyung dengan jumlah 1478 penduduk. Hal ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam melakukan analisa kondisi lingkungan dan penyesuaian strategi komunikasi dan interaksi dengan masyarakat. Selain itu, akan memberikan efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan, sebab keikutsertaan; kepemilikan dan rasa tanggung jawab atas masalah kesehatan lingkungannya akan tinggi sebab Wiyung merupakan daerah sendiri.
Berdasarkan metode pengkajian Winshield Survey, data demografi masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas wilayah sebelah barat                : RW III Kelurahan Wiyung
Batas wilayah sebelah timur               : Kelurahan Babadan
Batas wilayah sebelah selatan             : RW I Kelurahan Wiyung
Batas wilayah sebelah utara                : RW III dan IV Kelurahan Wiyung
Fasilitas yang tersedia di RW II Kelurahan Wiyung adalah sebagai berikut: balai RW II (1 buah), musholla di RT 02 (1 buah), masjid di RT 04 dan 01 (2 buah), Posyandu. Fasilitas tersebut dianggap warga sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan beribadah dan mengadakan kegiatan-kegiatan desa.
Hasil data yang diperoleh melalui angket/quesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan oleh mahasiswa dapat disajikan sebagai berikut:

a.       Distribusi Warga Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari gambar 4.1 didapatkan bahwa sebagian besar warga berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 748 orang (50,6%) dan 730 orang berjenis kelamin laki-laki (49,4%). Perbandingan tersebut seimbang.

b.      Distribusi Warga Berdasarkan Agama/Kepercayaan
Dari gambar 4.2 didapatkan sebagian besar (93%) warga beragama Islam dengan kegiatan keagamaan yang aktif yaitu majlis dzibaiyah ibu-ibu setiap Selasa malam, majlis tahlil ibu-ibu setiap Rabu malam, majlis tahlil bapak-bapak tiap Kamis malam.
Kerukunan antar ummat beragama terjalin dengan baik tanpa ada gangguan, mereka saling menghargai kepercayaan masing-masing. Dengan agama yang mayoritas Islam, Wiyung terkesan sangat agamis dengan kegiatan-kegiatan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Forum-forum tersebut selain digunakan untuk menggali ilmu agama dan beribadah, juga sebagai sarana penyampai informasi kegiatan desa atau kegiatan warga apabila mengadakan suatu hajatan. Hal ini memberikan kemudahan transfer informasi untuk warga dari pihak manapun termasuk kegiatan-kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas dan keluarga.

c.       Distribusi Warga Berdasarkan Umur
Dari gambar 4.3, diadapatkan bahwa sebagian besar wrga berada pada usia produktif yaitu 22-55 tahun dengan jumlah 757 orang (51,2%), hal ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk menggerakkan masyarakat. Selain kemudahan yang diperoleh, data tersebut memberikan masalah tersendiri bagaimana mendayagunakan masa produktif tersebut menjadi masa yang benar-benar manfaat untuk menunjang status kesehatan mereka.
Selain itu, terdapat data yang mencolok yaitu jumlah usia lanjut yang menduduki peringkat ke-4, yaitu sejumlah 142 orang (9,61%), hal ini memberikan dampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memerlukan tinakan yang lebih terhadap kelompok khusus ini.

d.      Distribusi Warga Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan gambar 4.4, didapatkan data bahwa sebagian besar warga RW II Kelurahan Wiyung berpendidikan SD atau sederajat dengan jumlah 587 orang (39,7%), hal ini memberikan dampak pada strategi pendekatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas. Untuk mensosialisasikan kegiatan-kegiatan baik komunitas maupun keluarga, mahasiswa menggunakan pendekatan dengan menyesuaikan tingkat pendidikan warga yang memberikan pengaruh juga terhadap tingkat pengetahuan mayarakat.
Dari gambar 4,4 juga didapatkan warga yang tidak sekolah sejumlah 269 orang (18,2%), data tersebut meliputi warga dewasa yang tidak pernah mengenyam pendidikan/bangku sekolah dan balita. Jumlah tersebut memberikan pengaruh terhadap program yang ditentukan harus dapat diterima oleh kalangan tersebut, sehingga tujuan berhasil dicapai.

e.       Distribusi Warga Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.5 menunjukkan sebagian warga tidak bekerja sejumlah 846 orang (57,2%). Warga yang tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga, balita, anak dan remaja sekolah serta usia lanjut. Kebanyakan dari warga yang bekerja adalah mempunyai pekerjaan swasta 289 orang (19,6%) yaitu dagang, pekerja bangunan dan karyawan swasta 264 orang (17,9%).
Dengan data yang ditemukan apabila disesuaikan dengan usia produktif warga RW II Wiyung, maka terdapat ketidakseimbangan yaitu masih banyak warga usia produktif tetapi tanpa mempunyai usaha produktif dan menghasilkan sesuatu, khususnya ibu rumah tangga dan remaja post SMA.
Menghadapi fenomena tersebut, perlu dilakukan inovasi untuk memberikan alternatif kegiatan agar tetap produktif, misalnya dengan mengaktifkan kegiatan-kegiatan PKK bagi ibu-ibu, memberikan keterampilan bagi remaja melalui karang taruna. Hal ini sudah dilakukan oleh mahasiswa bersama Pokjakes dengan berbagai kegiatan sehingga mereka tetap produktif, khususnya produktif dari segi intelektual dan keterampilan.



(2)   Data Kesehatan Lingkungan
Dari 356 KK yang didata, maka didapatkan data kesehatan lingkungan sebagai berikut:
a.       Status kepemilikan rumah:
Sewa/kontrak (3,3%), rumah sendiri (81,8%) dan orang tua/keluarga (15,5%). Data tersebut memberikan indikasi tingginya rasa kepemilikan dan tanggung jawab warga terhadap kondisi rumahnya.

b.      Ratio jumlah kamar tidur dengan anggota keluarga:
Satu banding satu/1:1 (21%), 1 : 2 (49,1%) dan 1 : 3 atau lebih  (29,9%). Data tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat over load dalam perbandingan kamar dengan anggota keluarga, sehingga kebutuhan akan oksigen dan perkembangan anggota keluarga tercukupi.

c.       Lantai rumah:
Dari seluruh rumah KK, didapatkan lantai rumah berupa keramik (34.6%), tegel (13,29%), semen (42,52%) dan tanah (9,6%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar rumah warga sudah memenuhi persyaratan rumah sehat, walaupun masihh terdapat 9,6% rumah warga yang berlantai tanah.

d.      Keberadaan ventilasi:
Terdapat ventilasi di masing-masing kamar keluarga sekitar 51,9%, namun masih ada yang tidak berventilasi sebanyak 48,1%. Hal ini memberikan dampak pada tidak adanya sirkulasi udara yang masuk ke kamar, sehingga pasokan udara bersih berkurang dan mengakibatkan ruangan menjadi pengap, lembab dan kurang oksigen. Kondisi semacam ini menjadi faktor predisposisi munculnya permasalahan kesehatan lingkungan, seperti penyakit saluran pernafasan, resiko demam berdarah dengan memberikan media bagi nyamuk untuk bersarang.

e.       Kebiasaan membuka ventilasi:
Dari data yang diperoleh, warga telah mempunyai kebiasaan membuka ventilasi setiap hari/sering sebanyak 51,4%, akan tetapi masih terdapat sekitar 48,6% yang masih jarang membuka ventilasi kamar atau rumah. Hal ini disebabkan karena adanya rumah yang berhimpitan sehingga mereka beranggapan percuma membuka cendela kamar dan ada yang tidak beralasan. Hal ini merupakan faktor pendukung insidensi penyakit saluran nafas dan DHF sebagaimana dampak yang dipaparkan pada data kepemilikan ventilasi dikamar rumah warga.

f.       Pencahayaan oleh cahaya matahari:
Menurut pendataan didapatkan pencahayaan rumah oleh matahari sebagian besar cukup (77,2%) dan baik (19,2%). Kategori baik, cukup dan kurang masih sangat obyektif sesuai dengan persepsi warga, akan tetapi mahasiswa telah membuat patokan tersendiri, yaitu sekitar 0-35% = kurang, 36-50% cukup dan 51-75% baik dengan dilakukan penilaian secara observasi dari rumah ke rumah.

g.      Sumber air bersih:
Sebagian besar warga mendapatkan air bersih dari PDAM yang merupakan pemasok utama kebutuhan air warga sejumlah 93,7%. Namun yang menjadi masalah adalah fasilitas kebutuhan air khususnya RT 03 dan 04. Selama ini, pasokan air didapatkan dari PDAM seminggu 2–3 kali, hal ini masih dianggap kurang dari cukup untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Warga sangat tergantung dengan pasokan air dari PDAM, sebab daerah Wiyung merupakan daerah pegunungan dan menanjak, khususnya RT 03 dan 04. Untuk itu, dibutuhkan kerjasama lintas sektoral untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

h.      Air minum:
Sebagian besar warga (89,3%) telah mengkonsumsi air minum dari PDAM yang sudah dimasak, air kemasan (2,9%). Namun masih terdapat 1,9% warga menggunakan air PDAM yang tidak dimasak dan sumur (5,8%) yang tidak teridentifikasi cara pengolahannya. Hal ini perlu diwaspadai untuk terjadinya diare, khususnya pada anak, balita dan usia lanjut.

i.        Jamban/WC:
Masih terdapat 3% warga yang tidak mempunyai jamban, ini menunjukkan masih adanya rumah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Alasan tidak adanya jamban adalah tidak ada biaya untuk membangunnya dan dari beberapa KK berada dalam satu naungan dengan tetangga lain, jadi penggunaan sarana jamban digunakan bersama-sama.

j.        Resapan septik tank:
Resapan septink tank yang diharapkan adalah berbagai macam bahan yang digunakan untuk menampung dan meresap limbah dari jamban. Menurut jawaban warga, terdapat 44,7% KK yang mempunyai resapan di septik tank-nya, namun sebagian dari jamban warga 55,3% belum mempunyai redapan. Alasan tidak adanya resapan adalah ketidaktahuan pengisi quesioner terhadap kondisi septik tank-nya. Selain itu, setelah dianalisa, ternyata model pertanyaan yang diajukan masih belum mewakili tujuan yang dimaksud.

k.      Kebiasaan menguras bak penampungan air:
Kebiasaan warga untuk menguras bak penampungan air sebagian besar setiap seminggu sekali (50,5%) bersamaan dengan didapatkannya air dari PDAM. Namun masih terdapat 35,2% KK yang menguras bak penampungan air lebih dari seminggu, hal ini merupakan faktor penunjang untuk berkembangnya jentik-jentik nyamuk Aides Aigepti. Untuk itu, perlu dilakukan upaya KIE untuk mengeliminasi kebiasaan tersebut sehingga warga RW II Wiyung tidak terjangkit penyakit demam berdarah.

l.        Keberadaan jentik nyamuk:
Seiring dengan masih banyaknya KK yang mempunyai kebiasaan menguras bak mandi lebih dari seminggu, maka terdapat 49,2% KK yang kamar mandi atau bak penampungan airnya menjadi sarang jentik nyamuk Aides Aigepti. Ini menimbulkan permasalahan lingkungan hidup khususnya resiko terjangkitnya oenyakit demam berdarah di wilayah RW II, oleh karena itu dibutuhkan strategi KIEMS untuk menanggulangi permasalahan tersebut.

m.    Pembuangan sampah:
Sebagian besar warga membuang dan mengolah sampah melalui pembakaran (91,4%). Hal ini akan berdampak pada kesehatan lingkungan dan menjadi faktor predisposisi terjadinya penyakit saluran pernafasan. Namun, selagi sirkulasi udara tempat pembakaran tersebut memadai, maka tidak dihawatirkan terjadi hal tersebut.

n.      Pembuangan air limbah rumah tangga:
Masih terdapat 2,6% rumah warga yang tidak mempunyai sistem pembuangan air limbah rumah tangga, hanya tergenang saja di lingkungan rumahnya, walaupun sudah sebagian besar sistem pembuangannya menggunakan parit/got (91,7%). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah parit/got tersebut secara keseluruhan telah tertutup atau tidak.
Menurut informasi dari warga, bahwa terdapat paralon yang digunakan untuk menyalurkan buangan air menuju parit besar. Untuk itu, perlu pemantauan lebih lanjut tentang keberadaan parit tersebut dan ini membutuhkan kerja sama dengan aparat desa dengan tetap memperhatikan kondisi finansial desa dan sebagainya.

(3)   Data Kesehatan Usia Lanjut
  1. Keberadaan lansia di KK:
Sekitar 39,4% KK mempunyai anggota keluarga yang berusia > 55 tahun (usila). Data ini memberikan gambaran bahwa terdapat tanggungjawab yang lebih bagi keluarga untuk meerawat dan membina lansia agar tetap sejahtera, bahagian dan berdaya guna baik bagi keluarga maupun masyarakat.

  1. Jumlah lansia di RW II Kelurahan Wiyung: 129 orang (8,73%) dari 1478 penduduk. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa terdapat kelompok khusus di RW II yang membutuhkan pembinaan lebih lanjut.

  1. Status kesehatan:
Sebagian besar lansia dalam keadaan sehat (77,5%), keluhan sakit hanyalah pegal linu, sesak, darah tinggi, kembung, diare dan lain-lain dengan jumlah 22,5% dari seluruh lansia.

  1. Tindakan yang dilakukan bila lansia sakit:
Delapan puluh tiga koma tujuh persen (83,7%) KK membawa lansia ke Puskesmas untuk berobat, disusul dengan 14,7% ke dokter dan lainnya yaitu 0,8% ke klinik dan bidan. Ini menunjukkan bahwa keluarga telah mampu untuk mengambil keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarganya yang sakit dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

  1. Aktifitas lansia sehari-hari:
Masih terdapat 63,3% lansia yang tidak mempunyai kegiatan. Data tersebut memberikan dampak pada status kesehatan lansia sehingga membutuhkan pembinaan kesehatan lansia secara komperhensif dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dan bekerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.

(4)   Data Kesehatan Ibu Hamil
  1. Keberadaan ibu hamil dalam KK:
Terdapat 6,3% KK yang anggota keluarganya sedang mengandung. Ini merupakan data penunjang program kesehatan ibu hamil yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Puskesmas dan diaplikasikan mahasiswa dalam rangka mencegah terjadinya kasus yang lebih serius.

  1. Jumlah ibu hamil: 17 orang
  2. Kehamilan ke-:
Sebagian besar dari ibu hamil baru mengandung yang pertama kali yaitu sebanyak 52,9% dari 17 bumil. Dengan kehamilan yang pertama ini, maka upaya untuk memberikan KIE pada ibu hamil merupakan hal yang sangat penting demi memberikan bekal pada ibu hamil menghadapi kehamilan dan persalinannya kelak.

  1. Usia kehamilan:
Usia kehamilan ibu hamil warga RW II 41,7% berusia 1-3 bulan, hal ini mengharuskan kewaspadaan terhadap kondisi bumil, karena trimester III merupakan masa rawan.
           
  1. Tempat pemeriksaan kehamilan:
Sebagian besar ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke dokter/bidan 58,8% dengan intensitas teratur sesuai jadual yang telah ditentukannya.

  1. Keluhan selama kehamilan:
Dari 17 ibuh amil, hanya 20% saja yang mengeluh adanya mual, pusing terutama yang usia kehamilan muda.

  1. Imunisasi TT selama hamil:
Sebagian besar (76,5%) ibu hamil telah mendapatkan imunisasi TT selama hamil dengan intensitas 1 sampai 2 kali.

(5)   Data Keluarga Berencana
  1. Akseptor KB
Dari gambar 4.6, didapatkan data bahwa dari 356 KK, terdapat 76% dari isteri menjadi akseptor KB. Walau data ini telah menunjukkan keberhasilan program KB, tetapi pelaku/yang menjadi akseptor barulah kaum wanita, sedangkan untuk menuju NKKBS dan kesehatan reproduksi, diharapkan suami turut serta aktif menjadi akseptor KB.

  1. Metode KB yang digunakan:
Gambar 4.7 menunjukkan sebagian besar akseptor KB menggunakan metode suntik (63%) dan pil (31%). Hal ini menunjukkan bahwa masih digunakannya kontrasepsi jangka pendek dan yang melaksanakan KB baru dari pihak isteri. Maka perlu dilakukan berbagai upaya agar suami juga menjadi akseptor KB dan mengikuti kontrasepsi mantap atau jangka panjang.

(6)   Data Kesehatan Balita
  1. Imunisasi Balita:
Pemahaman warga tentang kebutuhan kekebalan balitanya semakin meningkat dengan status imunisasi bayi untuk polio 4 kali (38%), hepatitis B 3 kali (47,7%), DPT 3 kali (48,9%), BCG 1 kali (75,3%) dan campak 1 kali (60,2%).
Namun, masih terdapat bayi yang tidak dimunisasi Polio (14,1%), hepatitis B (22,7%), DPT (23,9%), BCG (4,7%) dan campak (39,8%). Hal ini muncul dengan alasan para ibu malas mengimunisasikan lagi, doktrin orang tua tentang ketidakmanfaatannya dilakukan imunisasi dan ketidaktahuan ibu terhadap akibat dari imunisasi dan penanggulangannya. Hal ini juga dimungkinkan kurang adanya informasi yang diberikan oleh petugas secara lebih intensif dan menyesuaikan dengan budaya, adat istiadat warga.

  1. Umur diberi ASI
Pemberian ASI eksklusif sebagian besar telah diberikan, bahkan sampai balita berumur 24 bulan (53,2%). Data tersebut dapat dinterpretasikan bahwa kebutuhan ASI bayi terpenuhi.

  1. Pemberian makanan tanbahan:
Masih terdapat 46,9% memberikan makanan tambahan pada bayi setelah 4 bulan, 14,6% pada umur 2-3 bulan dan bahkan segera setelah lahir (3,1%). Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan pemberian makanan tambahan khususnya pada ketepatan waktu. Selain itu, budaya orang Jawa masih lekat pada warga.

  1. Status gizi (KMS):
Terdapat 30% balita yang berada di garis kuning. Ini membutuhkan kewaspadaan terhadap kondisi dan status gizi balita.

  1. Tempat penimbangan
Sebagian besar warga menimbangkan anaknya ke Posyandu (56,2%), sedangkan tempat lain yang didatangi untuk menimbangkan balita adalah klinik dan bidan praktik (18,8%).

  1. Waktu penimbangan
Rutin setiap bulan (78,7%), tidak rutin setiap bulan ( > 1 bulan) yaatu 21,3%. Namun distribusi rutinitas penimbangan tidak normal, sebab peserta posyandu sebagian besar berasal dari RT 01 dan 02. Alasan tidak rutin adalah letak posyandu yang jauh dari RT 03 dan 04, malas, tidak ada teman untuk berangkat bersama, tidak adanya kegiatan di Posyandu selain penimbangan dan pemberian makanan tambahan, dan langsung dibawa ke Puskesmas atau bidan.

  1. Tindakan bila anak sakit
Keluarga telah mampu memutuskan tindakan kesehatan untuk anggota keluarganya yang sakit dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan dibawanya balita yang sakit ke sarana kesehatan sebagai baerikut: dokter praktik (10,6%), perawat/bidan (6,4%) dan Puskesmas/RS (83%).

(7)   Data Status Kesehatan Keluarga
  1. Anggota keluarga yang sakit 6 bulan terakhir
Adanya anggota keluarga yang dakit sebanyak 36,4%, data ini kebanyakan adanya keluhan dari lansia.

  1. Penyakit yang diderita
Lain-lain (97,6%) yaitu batuk, pilek, pegal linu, darah tinggi, sesak, darah tinggi/hypertensi, dan lain-lain.

  1. Anggota keluarga yang meninggal 1 tahun terakhir ada sejumlah 9,1% disebabkan karena usia lanjut.

(8)   Data Kesehatan Remaja
  1. Remaja di keluarga
Di keluarga terdapat remaja sejumlah 74,7% dari 356 KK yang di data.

  1. Jumlah remaja: 251 orang (17%) dari 1478 penduduk.
  2. Kegiatan waktu luang
Sebagian besar remaja memanfaatkan waktu luangnya dengan santai tanpa kegiatan (36,4%). Ini dapat memberikan dampak kemungkinan terjadinya kenakalan remaja dengan adanya pengaruh narkoba dan seks bebas.

  1. Kebiasaan remaja
Terdapat 52,3% kebiasaan remaja yang tidak terdeteksi (lain-lain), diantaranya melihat TV dan bermain ke teman-teman. Namun, masih ada 1 orang (0,4%) remaja yang minum-minuman keras.

  1. Kegiatan sosial remaja
Kegiatan sosial remaja sebagian besar di karang taruna (69,7%) ini memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk memobilisasi remaja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan.

  1. Olah raga
Olah raga yang digemari remaja adalah sepak bola (65,4%), bagi remaja putri lebih ke badminton dan volley di sekolahan. Olah raga lain-lain yang tidak tertulis adalah lari dll.

2) Analisa Data
Dilakukan analisa data dengan menggunakan analisa SWOT dan pengelompokan data dengan masalah dan penyebabnya menggunakan akar masalah sebagaimana tertulis pada tabel analisa masalah bab 3.

3) Perumusan Masalah dan Prioritas Masalah
Setelah dilakukan analisa data, dirumuskanlah masalah keperawatan dan dilakukan prioritas masalah menggunakan format penapisan masalah. Setelah dilakukan penapisan, akhirnya didapatkannya masalah sesuai dengan prioritas dan tingkat urgensinya sesuai dengan kesepakatan mahasiswa dan warga/Pokjakes pada desiminasi dan lokakarya kesehatan hari Minggu, 1 Juli 2002 pukul 15.00-18.00 WIB di Balai RW II Kelurahan Wiyung. Masalah tersebut antara lain:
(1)   Resiko penurunan status kesehatan lansia di RW II Kelurahan Wiyung
(2)   Resiko tinggi terjadinya kenakalan remaja di RW II Kelurahan Wiyung
(3)   Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
(4)   Kurang efektifnya pemanfaatan posyandu di RW II Kelurahan Wiyung
(5)   Rendahnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang diwilayah RW II Kelurahan Wiyung.
Kegiatan penentuan prioritas masalah dapat berlangsung dengan lancar, yaitu pada saat desiminasi dan penentuan oleh Pokjakes SENTOSA karena masyarakat sudah mulai memiliki konsep mengenai model keperawatan komunitas. Dari prioritas masalah tersebut berhasil disusun rencana kegiatan bersama antara mahasiswa, Pokjakes dan warga.

3.1.2 Tahap Perencanaan
Perencanaan disusun oleh mahasiswa, Pokjakes SENTOSA dan warga secara berkala, yaitu saat desiminasi dan lokakarya kesehatan, pertemuan intensif antara mahasiswa dan Pokjakes.  Secara umum, perencanaan dapat dilaksanakan dengan lancar sesuai rincian pad tabel perencanaan Bab 3.

4.1.3 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan khususnya 3 masalah utama dapat dilaksanakan dengan tingkat keberhasilan 90%, sedangkan untuk 2 masalah terakhir telah dilakukan tindakan/kegiatan yang akan ditindak lanjuti oleh Pokjakes. Uraian pelaksanaan dapat dilihat pada tabel pelaksanaan Bab 3.

4.1.4 Tahap Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu evaluasi proses pada saat kegiatan dilaksanakan sampai usai, dan evaluasi akhir yang dilakukan bersama dengan warga pada saat kegiatan terminasi 25 Agustus 2002.
Secara umum, kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas dapat dikatakan berhasil dari sudut pandang respon positif dan peran serta aktif warga dimotori oleh Pokjakes dan aparat RW dan RT. Namun perlu dilakukan perbaikan pada pre klinik, model praktik klinik komunitas dan model evaluasi dan tindak lanjut praktik klinik didaerah binaan dimaksud.

4.2 Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dari laporan yang masuk seluruh mahasiswa, keseluruhan mahasiswa tidak mengalami masalah dalam melakukan pendekatan denga keluarga yang dibina. Karena kecenderungan mahasiswa menggunakan model pendekatan Problem Solving Approach (pendekatan menggunakan model pemecahan masalah) sehingga antusiasme keluarga langsung terjadi begitu mahasiswa masuk dalam keluarga binaan masing-masing.
Rata-rata dalam waktu singkat, mahasiswa sudah dapat diterima oleh keluarga sehingga antara keluarga dan mahasiswa terdapat hubungan terapeutik yang baik.
Secara keseluruhan, proses penerapan asuhan keperawatan keluarga mempunyai tingkat keberhasilan 90% karena keterampilan mahasiswa dalam menerapkan strategi pendekatan yang terbaik untuk menumbuhkan antusiasme keluarga dalam upaya menyelesaikan permasalahan kesehatan keluaga secara mandiri, sehingga keluarga mampu melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.





BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan 01 Juli 2002-23 Agustus 2002 oleh mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan III Kelompok 3 Gerbong merupakan salah satu program profesi untuk menghasilkan tenaga perawat yang profesional sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. Sebagai aplikasi nyata dari konsep keperawatan komunitas, maka diberikan asuhan keperawatan komunitas kepada warga RW II Kelurahan Wiyung untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahap, yaitu pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan secara integral dan komperhensif dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal masalah kesehatannya dan mampu menciptakan berbagai alternatif dalam upaya meningkatkat derajat kesehatannya.
Dari keempat tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa bersama dengan Pokjakes, aparat, kader, karang taruna dan warga RW II Kelurahan Wiyung. Dalam pelaksanaannya tidak pernah lepas dari aral dan rintangan, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan baik tanpa mengganggu aktifitas praktik klinikk.
Secara umum tingkat keberhasilan pelaksanaan praktik klinik keperawtan komunitas adalah 90% dengan tingkat antusiasme warga, peran serta aktif dan bantuan dari brbagai pihak.

5.2 Saran-Saran
1)      Pihak Puskesmas Wiyung
a.       Agar lebih meningkatkan pembinaan terhadap kelompok-kelompok yang terdapat di masyarakat khususnya di bidang kesehatan, sehingga apa yang menjadi upaya Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dapat tercapai dengan baik.
b.      Terbukanya kerjasama lebih lanjut dengan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga khususnya untuk program keperawatan komunitas dan keluarga.

2)      Pihak Pendidikan
a.       Dalam proses persiapan memasuki program praktik klinik keperawatan komunitas yang dibekalkan kepada mahasiswa hendaknya memiliki suatu konsep yang terstruktur dan mengintegrasikan keseluruhan konsep keperawatan klinik dengan kondisi lapangan, sehingga didapatkan kesamaan ide, pendapat, kesepakatan dan persepsi menuju peningkatan efektifitas pelaksanaan praktik klinik di lapangan.
b.      Untuk meningkatkan, memperluas dan mempermudah hubungan instansi yang terkait praktik klinik keperawatan komunitas dengan mahasiswa, diharapkan adanya kerjasama antara pendidikan dengan instansi terkait, baik berupa kontrak waktu atau dalam bentuk yang lain.
c.       Berdasarkan atas saran pembimbing praktik klinik keperawatan komunitas untuk dilakukannya evaluasi dan tindak lanjut terhadap wilayah yang telah dibina khususnya oleh kelompok selanjunya, hendaknya disusun kembali/reorganisasi kembali rencana program praktik klinik keperawatan komunitas khususnya konsep evaluasi keberhasilan dari masyarakat sebagai suatu tindak lanjut.

3)      Pihak LKMD
Dengan terbentuknya Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA” di RW II Kelurahan Wiyung, hendaknya diberikan bantuan, bimbingan, konseling dan supervisi berkala sebagai salah satu program LKMD seksi 5 kesehatan.

4)      Kelompok Kerja Kesehatan “SENTOSA”
a.       Agar selalu meningkatkan pengetahuan dan k eterampilan yang telah diperolleh sehingga dapat menjadi ujung tombak kelompok pikir dan sebagai motor pembinaan kesehatan yang terdapat di masyarakat, sehingga dapat membantu peningkatan derajat kesehatan masyarakat RW II Kelurahan Wiyung.
b.      Agar tetap menjalin kerjasama dengan LKMD, bidang kesejahteraan, bidang rohani dan Puskesmas serta institusi terkait dengan Pokjakes demi kelangsungan dan keberhasilan program kerja.
c.       Agar tetap bergerak aktif untuk menjalankan program kerja yang telah di rencanakan.


5)      Mahasiswa PSIK Gerbong selanjutnya
a.       Bekali diri dengan konsep perawatan komunitas dan keluarga, proses pengorganisasian masyarakat, tekhnik komunikasi dan interaksi sosial.
b.      Pertahankan kebersamaan dan kerjasama yang baik antar anggota kelompok sebagaimana yang telah kami lakukan, sebab itu modal utama keberhasilan kita.
c.       Lakkukan analisa situasi dan lingkungan dari praktik sebelumnya sebagai wacana dan modal perencanaan selanjutnya.
d.      Tunjukkan profesionalisme kita sebagai perawat sehingga memberikan kesan yang membekas bagi masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA


Adina, M. Rienhardt. (1990). Family Community Nursing A Sosial Cultural Framework. The CV. Mosby Company.


Ali Zaidin. (1998). Pengantar Asuhan Perawatan Kesehatan Pada Masyarakat Seri 4 Perawatan Kesehatan Masyarakat (MA 213). Universitas Indonesia. Jakarta.


Departemen Kesehatan RI. (1990). Konsep Perawatan Masyarakat. Jakarta.


Effendy Nasrul. (1992). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyakat. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fatardis Herbal (Herbal serbuk alami tanpa pengawet buatan)

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Myoma Uteri