ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI S. P DENGAN PREMATUR
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
BAYI S. P DENGAN PREMATUR/BBLR/ SEDANG
MASA
KEHAMILAN DI RUANG NEONATOLOGI
RSUD
DR. SOETOMO SURABAYA
OLEH
:
Imanuddin
NIM
010030189- B
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
Asuhan Keperawatan Anak dengan judul:
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BAYI S. P DENGAN PREMATUR/BBLR/ SE-DANG MASA KEHAMILAN DI
RUANG NEONATOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Telah
mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik.
Menyetujui:
Pembimbing
Klinik Pembimbing
Akademik:
SUMARSINI YESSY DESSY ARNA, Skp
NIP. NIP.
Mengetahui
Kepala
Ruangan Neonatologi/
Pembimbing
Klinik:
SRI MURYATI
NIP. 140 051 600
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BAYI S. P
DENGAN
PREMATUR/BBLR/SEDANG MASA KEHAMILAN
DI RUANG
NEONATOLOGI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Nama Mahasiswa :
Subhan Ruangan :
Neonatologi
NIM
: 010030170 B No. Register : 10067232
Pengkajian diambil tgl. :
24 Juli 2001 Jam : 08.00 wib
I. IDENTITAS KLIEN:
Nama :
By. S. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tgl. Lahir : Surabaya, 20 Juli 2001
Umur : 4
hari
Anak Ke : Satu
(pertama)
Nama Ayah : Tn. W
Nama Ibu : Ny. S. P
Pendidikan Ayah: SLTA
Pendidikan Ibu :
SLTA
Agama :
Kristen
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Alamat : Kedung
Rukem Tengah No. 4
Tanggal MRS :
21 Juli 2001 (di Ruang Neonatologi)
Diagnosa Medis :
NP/BBLR/SMK
Sumber Informasi: Status/rekam
medik
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang (PRESENT
ILLNESS)
1.1
Keluhan utama : bayi lahir prematur (35 minggu), BBLR (2100 gram), melalui SC (Sectio Caesar).
1.2
Lama keluhan : 4
hari.
1.3
Akibat timbulnya keluhan
: bayi dirawat terpisah dari ibu
secara inten- sif.
1.4
Faktor yang memperberat :
tidak ada.
1.5
Upaya untuk mengatasi
: dirawat di Ruang Neonatologi.
1.6
Lainnya : tidak ada.
2.
Riwayat Keperawatan Sebelumnya (PAST HISTORY)
2.1
(1) Prenatal : ibu eklamsi.
(2) Natal : lahir
melalui sectio caesaria.
(3) Post-Natal :
apgar score 7-9; BB= 2100 gram; PB= 47 cm; LK= 32 cm; LD= 30 cm; LLA= 12 cm.
2.2
Luka/operasi :
tidak ada.
2.3
Alergi : tidak ada.
2.4
Pola kebiasaan :
tidak terkaji.
2.5
Tumbuh kembang :
tidak dikaji.
2.6
Imunisasi : belum diimunisasi.
2.7
Status gizi :
baik, penurunan BB= 2100 gram menjadi 2000 gram.
2.8
Psikososial :
2.9
Psikosexual : tidak dikaji
2.10
Interaksi :
2.11
Lainnya :
3.
Riwayat Kesehatan Keluarga
3.1
Komposisi keluarga : belum bertemu orangtua klien. Klien tinggal bersama ayah, ibu &
pem-bantu.
3.2
Lingkungan rumah dan komunitas :
tinggal di kampung yang padat
penduduknya.
3.3
Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga: ayah tamatan SLTA & bekerja swasta dengan
dibantu oleh ibu.
3.4
Kultur dan kepercayaan :
adat Jawa.
3.5
Fungsi dam hubungan keluarga : klien merupakan anak pertama sehingga
keluarga berharap banyak.
3.6
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan: ibu belum dapat me- nyusui klien.
3.7
Persepsi keluarga tentang penyakit klien: keluarga pasrah terhadap apa yang terjadi
& menerima-nya.
3.8
Lainnya :
tidak dikaji.
III.
PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
1.
(Khusus Neonatus)
1.1
Reflek moro : positif.
1.2
Reflek menggenggam : positif, lemah.
1.3
Reflek menghisap : positif, namun masih lemah.
1.4
Tonus otot/aktifitas : positif.
1.5
Kekuatan menangis : kuat.
2.
(Anak dan Neonatus)
2.1 Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
2.2 Tanda-tanda vital :
HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
2.3 Kepala dan wajah :
LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal hematom,
fontanella tidak menonjol.
2.4 Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata
kiri, berkedip bila terpapar cahaya.
2.5
Telinga : reflek terkejut positif.
2.6
Hidung :
dapat bersin
2.7
Mulut : mukosa kering.
2.8
Tenggorokan :
tidak ada kelainan.
2.9
Leher : tidak ada kelainan.
2.10
Dada :
LD= 30 cm.
2.11
Paru-paru :
Ves/vel, ronchi -/-; wheezing -/-, RR= 38x/mnt.
2.12
Jantung :
S1 S2 tunggal, murmur positif sistole, HR= 140x/mnt.
2.13
Abdomen :
SOEPL, terdengar bunyi bising usus, tali pusat masih basah, tidak
terdapat distensi abdomen.
2.14
Ginjal :
tidak ada kelainan.
2.15
Genetalia :
jenis kelamin perempuan.
2.16
Rektum :
terdapat anus, iritasi/kemerahan di sekitar anus.
2.17
Extremitas :
plantar crease > 1/3 anterior.
2.18
Punggung :
tidak terdapat spina bifida.
2.19
Neurologi :
tidak ada kelainan.
2.20
Endokrin :
tidak ada kelainan.
IV.
POLA FUNGSI
KESEHATAN
1.
Nutrisi dan metabolisme :
ASI/PASI 12x25 cc.
2.
Eliminasi : BAB/BAK
biasa.
3.
Istirahat dan tidur : cukup
(± 18 jam sehari).
4.
Aktifitas dan latihan : lemah.
5.
Lainnya :
tidak dikaji.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK TEST)
1.
Laboratorium :
-
GDA= 82 mg/L.
-
Leukosit= 6600 x 109/L.
-
Hb= 24,0 gr/DL.
-
Diff Eosinofil:
·
SC= 73
·
Ly= 27
-
Thrombosit= cukup.
2.
Foto : tidak ada.
3.
Lainnya : HV/A, B = 16,8 mg%.
VI.
PROGRAM TERAPI
Tanggal 24 Juli 2001:
-
/B15 12 x 25 cc s/d 12 x 40 cc + extra.
-
Thermoregulasi.
Tanggal 26 Juli 2001:
Fototherapy:
-
1x12 jam I.
-
1x 24 jam II.
ANALISA DATA
No/
Tgl
|
DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
|
DIAGNOSA
|
1.
24/7/
2001
|
S: Bayi tidak
aktif, lemah
O: -Suhu= 36oC.
-RR= 38x/mnt, -HR= 140x/ mnt.
-Kulit dingin.
|
Immaturitas, transisi lingkungan, ekstra uterus neonatus.
|
Risiko hipo-termia.
|
Risiko hipotermia berhubungan de-ngan immaturitas, transisi lingkungan
ekstra uterus neo-natus.
|
2.
24/7/
2001
|
S: Lemah ser-ta
cengeng
O: -Reflek me-ngisap
ma-sih lemah.
-NGT ter-pasang.
-BB= 2000 gr.
-Ada mun-tah ± 5-10 cc.
|
Letargi sekunder akibat prematuritas.
|
Ketidakefektifan pola pem-berian makan bayi.
|
Ketidakefektifan pola pemberian ma-kan bayi berhubu-ngan dengan le-thargi
sekunder a-kibat prematuritas.
|
3.
24/7/
2001
|
S= tidak dikaji.
O: -Kulit
dise-kitar anus kemerahan
-Lembab pada dae-rah genital & anus.
-BAB/BAK +.
|
Kerentanan terha-dap infeksi nosoko-mial efek iritan ling-kungan
sekunder.
|
Risiko terha-dap kerusa-kan integritas kulit.
|
Risiko kerusakan integritas kulit ber-hubungan dengan kerentanan
terha-dap infeksi nosoko-mial, efek iritan lingkungan sekun-der.
|
4.
25/7/
2001
|
S: Klien agak
ce-ngeng.
O: -Mukosa bi-bir
kering.
-Turgor kulit masih baik.
-BB= 2000 gr.
-Klien menda-
pat fotothera-py pada tgl. 26 Juli 2001 sebanyak 2
seri.
|
Immaturitas, radiasi lingkungan, kehila-ngan melalui kulit/ paru.
|
Ketidakseim-bangan cair-an & elektrolit
|
Ketidakseimbang-an cairan berhu-bungan dengan immaturitas, radi-asi
lingkungan, kehilangan melalui kulit/paru.
|
5.
25/7/
2001
|
S: tidak
dikaji.
O: -Tubuh
ku-ning.
-Tali pusat masih ba-sah.
-Umur 4 hari, lahir prema-tur.
-Belum men-dapat imu-nisasi.
|
Kerentanan bayi/ immaturitas, baha-ya lingkungan, luka terbuka (tali
pusat).
|
Risiko terha-dap infeksi.
|
Risiko terhadap infeksi berhubu-ngan dengan ke-rentanan
bayi/im-maturitas, bahaya lingkungan, luka terbuka (tali pusat).
|
ASUHAN KEPERAWATAN
No/
Tgl
|
DIAGNOSA
|
RENCANA
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jam
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
24/7/
2001
|
Risiko hipotermia berhubungan de-ngan immaturi-tas, transisi ling-kungan
ekstra u-terus neonatus.
Tujuan:
Hipotermia tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
-
Mempertahan-kan suhu ling-kungan tetap normal.
-
Bayi tidak ke-dinginan.
|
1. Tempatkan bayi
di bawah pemanas/inkubator.
2. Pertahankan
suhu ruang perawatan.
3. Kaji suhu
rectal/axilla setiap 2 jam bila per-lu.
4. Kaji status
infant yang menunjukkan stress dingin.
5. Hindarkan
meletak-kan bayi dekat deng-an sumber dingin/ daerah terbuka.
|
1. Agar suhu tubuh
bayi tetap stabil.
2. Agar lingkungan
tidak mempengaruhi kondi-si klien.
3. Untuk memantau
su-hu tubuh bayi, bila a-da perubahan dapat segera di lakukan tindakan.
4. Untuk
mengetahui sedini mungkin bila ada riwayat/keadaan yang stress terhadap
dingin.
5. Agar terhindar
dari penurunan suhu tu-buh secara menda-dak akibat pengaruh lingkungan.
|
0715
0820
S/D
1020
1040
|
24 Juli 2001:
-
Mengatur suhu in-kubator.
-
Mengukur suhu tu-buh klien= 36,4oC.
-
Memantau suhu lingkungan.
-
Menghindarikan bayi dari sumber dingin dengan
me-makaikan pakaian/ popok yang kering.
-
Memberikan ma-kan melalui sonde susu 25 cc tiap 2 jam.
-
Memberikan susu melalui botol.
-
Mengkaji kebutu-han nutrisi klien.
|
S: tidak dikaji.
O: -Klien tetap
ha-ngat, suhu= 36,7oC.
-Akral hangat.
A: Masalah terata-si
sebagian.
P: Teruskan
ren-cana intervensi.
|
2.
24/7/
2001
|
Ketidakefektifan pola pemberian makan bayi ber-hubungan dengan lethargi
sekunder akibat prematuri-tas.
Tujuan:
Pola pemberian makan bayi efek-tif.
Kriteria Hasil:
-
Bayi meneri-ma nutrisi de-ngan adekuat.
-
Bayi dapat ma-kan tanpa ban-tuan sonde.
-
Reflek mengi-sap bayi terus meningkat se-hingga dapat
di berikan per oral.
|
1. Kaji pola makan
bayi & kebutuhan nutrisi.
2. Diskusikan
dengan orangtua mengenai pemberian ASI.
3. Berikan
intervensi spesifik untuk mening katkan pemberian makan per oral yang efektif
selain melalui sonde.
4. Tingkatkan
pemberi-an makan per oral & penurunan pemberi-an makan enteral se-jalan
dengan makin efektifnya bayi makan /minum melalui mulut
|
1. Agar dapat
diketahui secara tepat pola ma-kan & kebutuhan nut-risi bayi.
2. Keterlibatan
orangtua sangat diperlukan secara aktif.
3. Agar kemampuan
ba-yi untuk makan/ mi-num dapat dilakukan per oral.
4. Meningkatkan
ke-mampuan bayi ma-kan per oral.
|
1115
1120
1230
|
24 Juli 2001:
-
Mengganti popok/ pakaian bayi bila basah.
-
Memberikan masa-se pada daerah yang tertekan.
-
Menimbang BB (2000 gr).
-
Mengkaji TTV:
Suhu= 36,7oC, HR= 144x/mnt, RR= 36x/ mnt.
|
S: tidak dikaji.
O:- PASI
diberikan personde & per oral, 40 cc + extra.
-Reflek menghi-sap mulai kuat.
A: Masalah belum
teratasi seluruh-nya.
P: Rencana
inter-vensi tetap dite-ruskan.
|
3.
24/7/
2001
|
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan de-ngan kerentanan terhadap
infeksi nosokomial, efek iritan lingkungan sekunder.
Tujuan:
Integritas kulit ba-ik.
Kriteria Hasil:
-
Iritasi pada dae-rah perineal mi-nimal.
-
Popok/pakaian tidak dibiarkan lembab & basah
|
1. Ganti popok/pakaian
bayi setiap kali basah
2. Berikan talk
setiap mengganti popok/pa-kaian.
3. Masase dengan
lem-but kulit yang sehat, terutama pada dae-rah yang tertekan.
4. Monitor terus
kondisi/ perubahan yang ter-jadi.
|
1. Untuk mencegah
ter-jadinya kelembaban aki-bat kencing bayi.
2. Untuk
menghindari iritasi terutama pada daerah sekitar anus/ perineal.
3. Untuk
merangsang sirkulasi.
4. Agar dapat
diketahui kondisi kulit klien & dapat dilakukan in-tervensi secepatnya.
|
0720
0920
1030
1120
1210
1245
|
25 Juli 2001
-
Mengukur suhu tu-buh klien & suhu lingkungan.
-
Mengkaji status in-fant, apakah terda-pat stress
terhadap dingin.
-
Mengganti popok/ pakaian bayi yang basah.
-
Memberikan susu botol & sonde 30 cc tiap 2 jam.
-
Melakukan masase dengan lembut pa-da punggung bayi.
-
Menghitung kebutu-han cairan bagi kli-en.
-
Mengukur TTV: su-hu= 36,8oC, HR= 148x/mnt, RR= 40x/
mnt.
-
Mendiskusikan de-ngan orangtua apa-kah klien bisa
dibe-rikan ASI langsung dari ibunya (ternya-ta tidak bisa karena ASI tidak
keluar.
|
S: tidak dikaji.
O: - Kulit disekitar anus masih
kemerahan/iri-tasi.
- Popok/pakaian selalu diganti.
A: Masalah
teratasi sebagian.
P: Rencana
inter-vensi tetap di teruskan.
|
4.
25/7/
2001
|
Ketidakseimbang-an cairan berhu-bungan dengan immaturitas, radi-asi
lingkungan, kehilangan mela-lui kulit/paru.
Tujuan:
Mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit.
|
1.
Berikan cairan sesuai kebutuhan bayi & usia.
2.
Timbang BB setiap hari.
3.
Monitor & catat intake –output setiap hari,
bandingkan jumlah untuk menentukan status ketidakseimba-ngan.
4.
Pertahankan suhu
lingkungan tetap nor-mal.
5.
Kaji tanda-tanda peningkatan kebutuhan cairan &
TTV:
-
Peningkatan suhu tubuh.
-
Hipovolemik shock.
-
Sepsis.
-
Asfiksia & hipoksia.
6.
Monitor laboratorium.
|
1.
Untuk mencegah/ menghindari terjadi-nya
ketidakseimba-ngan cairan.
2.
Untuk memantau a-pabila terjadi peruba-han, sehingga
dapat segera diatasi.
3.
Upaya pencegahan sedini mungkin bila terjadi
ketidakseim-bangan.
4.
Untuk mencegah terjadinya kehilangan cairan karena
pe-ningkatan/penurunan suhu tubuh.
5.
Untuk dilakukan upa-ya pencegahan & pe-nanganan
sedini & setepat mungkin.
6.
Untuk memantau per-kembangan/peruba-han yang terjadi
se-cepat mungkin, teru-tama bila ada kecu-rigaan terjadinya
ke-tidakseimbangan ca-iran.
|
0725
0845
0935
S/D
1025
1100
S/D
1130
1245
|
26 Juli 2001:
-
Mengukur suhu tu-buh & suhu inkuba-tor.
-
Menyarankan orang tua untuk membe-suk klien &
membe-rikan perhatian.
-
Memberikan susu botol & sonde tiap 2 jam.
-
Setiap mengganti popok/pakaian me-mantau keadaan tali
pusat serta tan-da-tanda infeksi.
-
Menimbang BB= 2000 gram.
-
Monitor tanda-tan-da terjadinya gang-guan keseimbang-an
cairan.
-
Melakukan tindakan sesuai prosedur pencegahan infeksi,
seperti:
·
cuci tangan se-belum & sesu-dah memegang klien.
·
Membatasi/me-ngurangi inte-raksi dengan klien.
·
Menerapkan teknik steril seti-ap melakukan prosedur
pada klien.
-
Mengambil spesi-men darah.
-
Monitor TTV: suhu= 37,1oC, HR= 140x/ mnt,
RR= 40x/mnt.
|
S: tidak dikaji.
O: -Klien
menda-pat terapi foto- terapi seba-nyak 2 seri.
-Intake diting-katkan, PASI 12x40 cc +
extra.
-Mukosa ke-ring, klien ce-ngeng.
A: Masalah belum
teratasi.
P: Rencana
inter-vensi tetap di teruskan.
|
5.
25/7/
2001
|
Risiko terhadap infeksi berhubu-ngan dengan ke-rentanan
bayi/im-maturitas, bahaya lingkungan, luka terbuka (tali pu-sat).
Tujuan:
Infeksi dapat di cegah.
|
1.
Berikan lingkungan yang melindungi klien dari infeksi
seperti:
·
cuci tangan sebe-lum menyentuh klien.
·
Ikuti protap isolasi pada bayi.
·
lakukan/terapkan teknik steril saat melakukan tinda-kan
pada bayi.
2.
Kaji perubahan suhu tubuh serta tanda/ge-jala klinis
yang timbul
3.
Monitor hasil peme-riksaan laboratorium.
4.
Monitor tanda-tanda terjadi infeksi & pan-tau serta
rawat tali pusat bayi secara benar.
|
1.
Agar bayi terhindar dari risiko terjadinya infeksi.
2.
Untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi.
3.
Untuk mengetahui apabila terjadi infeksi secara dini.
4.
Agar tanda & gejala terjadinya infeksi da-pat
segera diketahui.
|
0710
S/D
0910
0920
1255
|
27 Juli 2001:
-
Mengukur suhu tubuh.
-
Mengganti popok/ pakaian bayi.
-
Mencuci tangan se-belum & sesudah memegang klien.
-
Memberikan susu botol & sonde 40 cc/ 2 jam + extra.
-
Mengatur posisi klien untuk pembe-rian fototerapi.
-
Menimbang BB= 2000 gr.
-
Observasi keadaan umum & suhu klien setiap 3 jam.
-
Mengukur TTV: suhu= 37,2oC, HR= 144x/ mnt,
RR= 40 x/mnt.
|
S: tidak dikaji.
O: -Tubuh klien
terlihat kuning.
-Suhu= 37,2oC, HR= 144x/ mnt,
RR= 40 x/mnt.
-Leukosit= 6600.
A: Masalah belum
teratasi.
P: Rencana
inter-vensi tetap dite-ruskan.
|
Komentar
Posting Komentar