ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN ASD, VSD DAN COARTATIO AORTA
POST LIGASI COARTATIO AORTA
Oleh :
IMANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNAIR – RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA
2002
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK
DENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAAN
ASD, VSD, KOARTASIO AORTA
DAN BRONCHOPNEMONI
I.
PENGERTIAN
1.
ASD ( Atrial Septum Defek)
adalah kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial.
Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
a.
ASD Sekundum, bila lubang
terletak di daerah fossa ovallis.
b.
ASD Primum, bila lubang
terletak didaerah ostium primum (termasuk salah satu bentuk defek septum
atrioventrikulare).
c.
Defek sinus venosus, bila
lubang terletak didaerah venosus (dekat muara vena kava superior dan inferior).
2.
VSD (Ventrikulare Septum Defek)
adalah suatu keadaan dimana ventrikel tidak terbentuk secara sempurna sehingga
pembukaan antara ventrikel kiri dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik
kiri mengalir kebilik kananpada saat sistole.
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter
(mm) sampai dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
:
a.
VSD kecil : Diameter sekitar 1
– 5 mm, pertumbuhan anak dengan kadaan ini masih normal walaupun ada
kecenderungan terjadi infeksi saluran pernafasan.
b.
VSD besar / sangat besar :
Diameter lebih dari setengah dari ostium aorta, tekanan ventrikel kanan
biasanya meninggi.
3.
KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta
berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus
aorta dan pangkal duktus arteriousus
battoli.
4.
BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni adalah proses inflamasi pada parenkin paru
Bronchopnemoni adalah proses dari pnemoni yang dimulai
dari bronkus dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal ini menyebabkan
adanya gangguan ventrikel
II.
ETIOLOGI
1.
Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi
ada beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat
hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil
lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.
2.
Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu
:
·
Protozoa (pnemoni cranii)
·
Bakteri
·
Vival atau jamur pnemoni
III.
PATHOFISIOLOGI
1.
VSD ( Ventrikel Septum Defek )
:
·
Adanya defek pada ventrikel,
menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri
sistemik lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek
septum.
·
Volume darah di paru akan
meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan
ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini
akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrophi
otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan workload sehingga
atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah
pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh
pengosongan atrium yang tidak sempurna.
2.
BRONCHOPNEMONI
Agent yang masuk kedalam bronkus menyebabkan flora
endogen yang normal menjadi patogen yang kemudian masuk terus kealveoli
sehingga terjadi reaksi inflamasi yang mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa
kedalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan
bakteri (kuman), membran alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran O2
kedalam perialveolar kapiler dibagian paru yang terkena dan mnyebar hampir
keseluruh jaringan paru dan akhirnya terjadi hipoksemi.
IV.
KOMPLIKASI
1.
ASD dan VSD
·
Endokarditis
·
Obtruksi pembuluh darah pulmonal
(Hipertensi Pulmonal)
·
Aritmia
·
Henti jantung
2.
KOARTASIO, kompliksi yang
berbahaya adalah :
·
Perdarahan otak
·
Ruptur aorta
·
Endokarditis
3.
BRONCHOPNEMONI
·
Abses paru
·
Effusi pleura
·
Empiema
·
Gagal nafas
·
Perikarditis
·
Meningitis
·
Atelektasis
V.
GAMBARAN KLINIK
1.
ASD
·
Pertumbuhan dan perkembangan
biasa seperti tidak ada kelainan
·
Pada pirau kiri ke kanan sangat
deras
·
Pada stres : cepat lelah,
mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi saluran pernafasan.
·
Pada palpasi : terdapat elainan
ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal kiri.
·
Pada auskultasi, photo thorak,
EKG : jelas terlihat ada kelainan.
·
Ekhokardiografi : pasti ada
kelainan jantung.
2.
VSD (ventrikel septal defek)
·
Pertumbuhan terhambat
·
Diameter dada bertambah
terlihat adanya benjolan dada kiri
·
Pada palpasi dan auskultasi : adanya VSD besar :
Ø Tekanan vena pulmonalis meningkat
Ø Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri dekat
sternum
Ø Kemungkinan teraba getaran bising pada dada
·
Adanya tanda-tanda gagal
jantung : sesak, terdapat murmur, distensi vena jugularis, udema tungkai,
hepatomagali.
·
Diaphoresis
·
Tidak mau makan
·
Tachipnea
3.
KOARTASIO AORTA
·
Pada bayi dapat terjadi gagal
jantung
·
Umumnya tidak ada keluhan,
biasanya ditemukan secara kebetulan
·
Palpasi : raba arteri radialis
dan femoralis secra bersamaan
Ø Pada arteri radialis lebih kuat
Ø Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
·
Auskultasi :
Ø Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising
obtruksi
Ø Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada
aorta.
4.
BRONCHO PNEMONI
·
Biasanya didahului oleh infeksi
traktus respiratoris beberapa hari.
·
Suhu tubuh naik mendadak sampai
390 – 400 c.
·
Kadang disertai kejang
·
Anak gelisah, dispnea, nafas
cepat dan dangkal, pernafasan cuping
hidung.
·
Auskultasi : terdengar ronchi
·
Perkusi : untuk bronchopnemoni
konfluens, ada keredupan.
VI. PENATALAKSANAAN
1.
ASD (Artrial Septum Defek) :
·
ASD kecil (diameter < 5 mm)
karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan bahaya endokarditis infeksi,
tidak perlu dilakukan operasi.
·
ASD besar (diameter > 5 mm
s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan pembedahan dianjurkan < 6 tahun,
karena dapat menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun lambat)
·
Pembedahan : menutup defek
dengan kateterisasi jantung
2.
VSD (venrikel septal defek ) :
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur
harapan hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
·
Pembedahan : menutup defek
dengan dijahit melalui cardiopulmonal
bypass
·
Non pembedahan : menutup defek
dengan alat melalui kateterisasi jantung
3.
KOARTATIO AORTA :
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi
pembuluh aorta dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus
arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”
4.
BRONCHO PNEMONI
·
Obat-obatan : antibiotik,
ekspektoran, antipiretik, analgesik.
·
Terapi oksigen dan melalui
aerosol
·
Fisioterapi nafas dan postural
drainage
VII.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan yang dilakukan
ditujukan pada beberapa masalah yang sering timbul dari kelainan jantung bawaan
dan broncho pnemoni
1.
Bahaya terjadinya gagal jantung
2.
Resiko tinggi gagal nafas
3.
resiko tinggi terjadi infeksi
4.
kebutuhan nutrisi
5.
gangguan rasa aman dan nyaman
6.
pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “K”
DENGAN ASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN BRONCHO PNEMONI
POST OPEN HEART DI ICU RSUD Dr. SOETOMO
I.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama :
By. Kinanti
Tanggal lahir :
26 Maret 2002
Jenis kelamin :
Perempuan
Suku/Bangsa :
Jawa/ Indonesia
Agama :
Islam
Alamat :
Krukah Utara 7 c / 1 Surabaya
Nama ayah :
Budi Karmito
Tanggal MICU :
25 Juni 2002
Tanggal MRS :
30 Mei 2002
Tanggal pengkajian :
25 Juni 2002, jam 13.00 wib
Diagnosa medis :
ASD, VSD, Koartasai Aorta, Broncho pnemoni
No. register :
1068121
Sumber informasi :
orang tua dan stataus
2.
Riwayat Keperawatan
2.1 Keluhan Utama : sesak, tidak mau menetek, tidak bisa
tidur, gelisah
2.2 Riwayat
Penyakit Sekarang :
·
Tgl 5 April 2002 : usia bayi 10
hari, mulai batuk-batuk belum disertai sesak.
·
Tgl 19 Mei 2002 : bayi mulai
batuk-batuk disertai sesak pertama kali
·
Tgl 30 Mei 2002 : penderita
dibawa ke RSAL untuk berobat dan langsung dirawat, karena tidak teratasi
penderita dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo.
·
Tgl 25 Juni 2002 : penderita masuk ICU post op open heart : Ligasi coartasio aorta.
2.3
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2002, usia
kehamilan 9 bulan 1 minggu dengan BB 2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung
menangis, warna kulit merah, tidak ada
tanda dan gejala penyakit yang disertai.
2.4
Riwayat Keehatan Keluarga :
·
Tidak ada yang mengalami sakit
seperti penderita.
·
Saat hamil tidak minum obat
sembarang, kecuali dari rumah sakit, jamu
tidak pernah minum.
·
Ayah dan ibu sering pilek dan
batuk dipagi hari bila kena debu
3.
Observasi dan Pemeriksaan fisik
3.1
Keadaan Umum : post op open
heart, kesadaran somnolen, terpasang ventilator dengan ETT, penderita usia 3
bulan
3.2
Pengkajian Fisik :
B1
(Breathing) / Pernafasan :
·
Pernafasan dengan ETT dibantu
dengan ventilator mode IPPV, FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin turun.
·
Ronchi positif (+), tidak ada
whezing, tidak ada stridor.
·
Retraksi intercostal positif
(+)
·
Pernafasan cuping hidung
positif (+)
B2 (Bleeding) /
sirkulasi :
·
Perfusi jaringan dingin, klien
tampak biru, sianosis
·
Capilary refill time 3 detik
·
Suhu : 36,50 C
·
Tensi : 60/30 mmHg
·
Nadi : 90-100 x/mnt
·
Terpasang CVP 8 cm H2O
·
Terpasang balon drain tekanan
(-) 8 cm H2O, cairan merah
·
Infus D10 0,18 MS
200 cc / 24 jam
B3 (Brain) /
Kesadaran :
·
Kesadaran menurun , somnolen,
usia 3 bulan
·
GCS 2 dan 6, gerakan sangat
lemah
·
Kejang tidak ada (-)
·
Pupil isokor, diameter sama
·
Sklera putih
·
Kemampuan buka mata lemah
B4 (Blader) /
Perkemihan :
·
Bayi menggunakan kateter
·
Kateter menates
·
Produksi urine ± 3 cc/jam
B5 (Bowel) /
Pencernaan :
·
Bising usus positis (+),
kembung posistif (+)
·
Terpasang sonde susu 120 cc/24
jam
·
BAB encer berlendir, warna
hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB
B6 (Bone) /
Tulang otot-integumen
·
Pergerakan sendi sangat lemah
·
Pnemoni positif (+) membaik
·
Terpasang infus divena kava
(bilument), udema tidak ada
·
Luka operasi tertutup hepafix, tidak
ada rembesan darah
·
Kulit sangat halus dan
sensitif, terbaring dalam waktu yang lama
·
Kulit sekitar pantat, genetalia
tampak kemerahan (bintik-bintik merah) sedikit terkelupas
4.
Data Psikososial
·
Ibu sangat cemas dan bingung
·
Ibu sering menanyakan kondisi
anaknya
·
Ibu menanyakan bagaiman kondisi
anaknya selanjutnya, apakah akan normal
·
Ibu menangis saat bertanya
tentang anaknya dan berharap cepat sembuh
5.
Pemeriksaan Penunjang
·
Tanggal 24 juni 2002 :
1.
Thorak photo : Cor : jantung membesar kekanan dan kekiri
Pulmo : tampak infiltrat pada supra
parahiler kanan dan kedua paru tampak hiperareated
Kedua
sinus Phrenicocostalis tajam
Kesimpulan
: Kardiomegali dengan pnemoni
2.
ECG : Irama sinus, HR 142 x/mnt, sumbu QRS +
1150 / RAD
·
Tanggal 25 Juni 2002 :
Ø Labotratorium :
Jam 16.00 : elektrolit : K :
1,59 meg/L
Na : 11,7 meg/L
AGD : PH
: 7,447
pCO2 : 68 mmHg
pO2
: 43, 9mmHg
HCO3
: 45,9 mmol /L
BE : 21,9 mmol/L
SaO2 : 79,8 %
CHO2 : 48,0 %
6.
Terapie
·
Tanggal 25 Juni 2002 :
Ø Obat : Meronem : 3 x 50 mg/iv
Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv
Ø Cairan : D10 0,18
NS : 180 cc/24 jam
KCl : 1 meq
II.
ANALISA DATA
NO
|
DATA PENDUKUNG
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
2
3
4
5
6
7
|
DS : -
DO : - Penderita sesak nafas
§ Terpasang ETT dengan ventilator
§ Penderita kebiruan / sianosis
§ HR 90 x /mnt
§ Frekwensi 40 x/mnt
§ SaCO2 60 % dan makin turun
§ Ronchi positif (+)
§ Retraksi interkosral
§ Pernafasan cuping hidung posistif (+)
DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
§ Post op open heart
§ Kelainann jantung bawaan
§ Broncho pnemoni membaik
§ Keadaan umum sangat lemah
DS : -
DO : - bayi usia 3 bulan
§ Sudah terbaring ± 1 bulan
§ Kulit bayi sangat sensitif dan lembut
§ Tampak ada bercak-bercak merah pada kulit bokong dan genetalia
§ Pergerakan bayi sangat lemah
DS : -
DO : - terpasang endotrakheal tube
§ Terpasang alat ventilator dan monitor lainnya
§ Pertahanan tubuh penderita menurun
§ RR 40 x/mnt
§ SaO2 60 %
DS : -
DO : - Orang tua sering menanyakan
keadaan anaknya di rumah sakit
§ Ibu mengatakan ia sangat cemas dan bingung dengan penyakit anaknya
§ Ibu menangis dan berharap anaknya cepat sembuh
§ Ibu cemas dan bertanya apakah anaknya akan sembuh normal seperti
anaknya yang lain
§ Ibu berharap anaknya dapat dirawat dengan baik di ICU
DS : -
DO : - Penderita dengan kelainan
jantung bawaan
§ Status kesehatan menurun
§ Usia anak 3 bulan
§ Klien sangat lemah
§ Perkembangan klien tida sesuai dengan umur
DS : -
DO : - Klien usia 3 bulan
§ Terbaring dilingkungan bebas
§ Terbaring tanpa penghangat
§ Klien tidak memakai sarung tangan, kaos kaki dan baju
§ Kluien hanya diselimuti dengan kain
§ Klien tidak bisa tidur / tutup mata
|
Penumpukan
sekret
Penurunan
status kesehatan
Tirah
baring yang lama
Pemsangan
ETT & ventilator ( alat bantu mekanis )
§ Hospitalisasi anak
§ Kekuatiran terhadap anak
Kurangny supli O2 dan nutrisi ke jaringan
Suhu
lingkungan yang dingin
|
Gangguan
pertukaran gas
Resiko
tinggi terjadinya infeksi
Resiko
tinggi kerusakan integritas kulit
Resiko
tinggi cedera / barotrauma
Perubahan
peran orang tua
Resiko
terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan
rasa aman dan nyaman
|
III.
PRIORITAS MASALAH
1.
Gangguan pertukaran gas
2.
Resiko tinggi infeksi
3.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit
4.
Resiko tinggi cedera
5.
Perubahan peran orang tua
6.
Resiko tinggi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan penumpukan sekret
2.
Resiko tinggi terjadinya
infeksi berhubungan dengan penurunan status kesehatan
3.
Resiko tinnggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
4.
Resiko tinggi cedera /
barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
5.
perubahan peran orang tua
berhubungan dengan kekuatiran terhadap oenyakit anaknya
6.
Resiko tinggi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kurangnya suplai O2 dan nutrisi kejaringan
V.
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penumpukan sekret
Tujuan : Tidak
terjadi gangguan pertukaran gas dalam waktu 15 menit
Kriteria :
§ Klien tidak sianosis, perfusi HKM
§ Klien tidak sesak nafas
§ Pengembangan dada +/+
§ Nafas cuping hidung tidak ada
§ Frekwensi nafas normal
§ SaO2 80 – 100 %
Rencana Tindakan :
1.
Cuci tangan sebelum memegang
bayi
R / Mencegah tranmisi organisme dari tempat lain
2.
Beri O2 bag and mask
R/ Memberi cadangan O2 pada alveoli yang dapat
menurunkan hipoksemi
3.
Kaji status pernafasan setiap
15 menit
§ Suara nafas
§ Tanda vital T, S, N
§ Perfusi jaringan
R/ pastikan apakah klien masih dalam gangguan pertukaran
gas
4.
Lakukan suction
R/ membebaskan jalan nafas
5.
Atur posisi yang nyaman untuk
klien
R/ Posisi yang nyaman diharapkan membantu mencegah
gangguan pernafasan
6.
Kolaborasi terapie pemberian
obat diuretik sesuai indikasi : Lasix
R/ Menurunkan kongesti alveolar
Implementasi :
1.
Mencuci tangan sebelum memegang
bayi
2.
Memberi O2 bag
3.
Melakukan suction :
§ Memakai handscoon steril
§ Mengambil kanul suction 1/3
dari ETT
§ Baging sampai SaO2 diatas 95, dimasukan suction
§ Dilakukan dalam 3 periode
4.
Mengkaji pernafasan klien 15
menit pertama, selanjutnya tiap jam
§ Suara nafas : ronchi
§ Tanda vital : 15 menit
pertama
§ Perfusi jaringan
5.
Mengatur posisi yang nyaman
untuk klien
§ membungkus klien dengan kain panjang
§ atur posisi miring
Evaluasi jam 13. 15 WIB :
S : -
O : - Sianosis
§ Klien tidak sesak
§ Pengembangan dada (+/+)
§ Nafas cuping hidung (+)
§ Frekwensi nafas 50 x/mnt
§ SaO2 90 %, T : 100/60 mmHg, N: 134 x/mnt
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan tindakan yang ada no 1, 2, 3, 4, 5.
Untuk no 2
dan 3 : Jadwalkan suction tiap jam/
bila ada indikasi
Untuk no 4
: Dilakukan tiap jam
Diagnosa 4 : Resiko tinggi
cedera/barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT dan ventilator
Tujuan : Penderita bebas dari cedera setelah
dilakukan tindaka, dalam waktu 1x 24 jam
Kriteria Hasil :
§ Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jala nafas
§ Tidak terjadi barotrauma
§ Vital sign dalam batas normal T 100/60 mmHg, N 130 x/mnt, RR 16- 24
x/mnt
§ Saturasi O2
(>95 %)
§ Setting ventilatorsesuai advise
Rencana Tindakan :
1.
Monitor ventilator bila ada
peningkatan yang tiba-tiba
R/ Peningkatan secara tajam dapat menimbulkan trauma
jalan nafas ( barotrauma)
2.
Yakinkan nafas klien sesuai
dengan ventilator
R/ Nafas yang berlawanan dengan mesin dapat menimbulkan
trauma
3.
Cegah terjadinya fighting, kalu
perlu kolabi\orasi dengan dokter untuk pemberian sedasi
R/ Fighting dapat menimbulkan barotrauma sehingga harus
diwaspadai
4.
Observasi tanda dan gejala
barotrauma
R/ deteksi dini terjadinya barotrauma
5.
Lakukan pengisapan lendir
dengan hati-hati dan gunakan kateter suction yang lunak
R/ cegah iritasi muksa jalan nafas
6.
Lakukan restrain/ fiksasi
dengan baik pada ETT
R/ mencegah terekstubasi sendiri
7.
Atur posisi selang/tubing ventilator
dengan tepat
R/ Mencegah ttrauma akibat penekanan selang ETT
Implementasi :
1.
Memonotor keadaan
ventilatorsesering mungkin setiap jam
2.
meyakinkan bahwa nafas klien
sesuai dengan ventilator
3.
Mencegah terjadinya fighting
4.
mengobservasi tanda dan gejala barotrauma
5.
Melakukan suction sesuai
anjuran : steril, memaki handscoon, ujung kateter 1/3 dari kanul ETT, ujung
kateter tumpul
6.
Melakukan fixasi ETT dengan
baik dan benar
7.
Merngatur posisi tubing
ventilator dengan baik dan benar
Evaluasi : tanggal 26
Juni 2002, jam 13.00
S : -
O : - Tidak terjadi iritasi pada
hidung dan jalan nafas ditandai dengan tidak ada tanda-tanda infeksi. Suhu 36,5
c, klien tenang, tidak cemas
§ Tidak terjadi barotrauma
§ Tanda vital dalam batas normal: tensi 100/60 mmHg, N 134 x/mnt, RR
24 x/mnt
§ SaO2 88 %
§ Setting ventilator benar
Diagnosa 5 : Perubahan peran orang
tua berhubungan dengan hospitalisasi anak dan kekuatiran terhadap penyakit anak
Tujuan : Orang tua akan mengekpresikan
perasaannya setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x24 jam.
Kriteria : -
Orang tua mengatakan siap untuk menerima anak dengan kelainan jantung.
§ Orang tua yakin bahwa mereka memegang peranan penting dalam
kesembuhan anaknya.
§ Mendiskusikan rencana pengobatannya.
Rencana tindakan :
1.
Jalin komunikasi yang baik dengan orang tua penderita
Rasional : Indikator untuk melakukan tindakan
selanjutnya
2.
Ajarkan orang tua untuk
ekspresikan perasaanya karena memeiliki anak dengan kelainan jantung.
Rasional : Informasi yang jelas mengurangi kecemasan
orag tua dan keluarga
3.
Eksplorasi perasaan orang tua
mengenai perasaan takut, rasa bersalah.
Rasional : Menghindari stresor berlebihan terhadap orang
tua
4.
Yakinkan orang tua bahwa dia
memegang peranan penting dalam tumbang anak
Rasional : Agar
orang tua berperan aktif dalam perawatan
5.
Berikan informasi yang jelas
untuk mengurangi kecemasan
Rasional : Informasi yang jelas dapat mengurangi
kecemasan orang tua dan keluarga
6.
Libatka orang tua dalam
perawatananak selama dirawat
Rasional : Peran aktif diharapkan mempercepat proses
penyembuhan
7.
Memberi dorongan moril pada
orang tua dan keluarga
Rasional : agar orang tua dan
keluarga memperolah kekuatan, terhindar dari stress
Implementasai :
1.
Menjalin hubungan baik dengan
orang tua khususnya Ibu klien
2.
Meyakinkan ibu bahwa mereka
memegang peranan penting dalam kesembuhan anak
3.
Menganjurkan ibu untuk
menghilangkan rasa takut dan bersalah
4.
menganjurkan ibu untuktidak
terlalu cemas dengan mengatakan banyak anak yang mengalami hal semacam ini tapi
mereka tetap kuat
5.
menganjurkan ibu untuk sering
mengunjungi anaknya selama dirawat
6.
Melibatkan orang tua/
menganjurkan orang tua untuk tetap membantu dalam perawatan anak : misalnya
pakaian harus bersih, popok sering diganti / bila basah
7.
Memberi dorongan moril pada
orang tua , bahwa hanya dekatkan diri pada tuhan semoga masalahnya cepat
teratasi
Evaluasi : tanggal 28 Juni 2002, jam 16.00 WIB .
S :
- Ibu mengatakan bira
bagaimanapun dan dalam keadaan apapunia tetap menyayangi anaknya, ia sada bahwa
anaknya adalah titipan tuhan
-
Ibu menyadari dukungan do’a akan mempercepat penyembuhan anaknya
O : -
Ibu mengekpresikan perasaanya
-
Ibu mengatakan siap menerima anaknya
-
Ibu mengatakan dalam keadaan menangis
-
ibu selalu mengunjungi anaknya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan rencana tindakan
yang ada no 6, 7
Daftar Pustaka
- Ngastiyah. (1995). Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan
S.Kp. EGC. Jakarta
- Engram.B (1994). Rencana Asuhan KeperawatanMedikal
Bedah. 1th. Ed. Editor Monica ester, S.Kp. EGC. Jakarta
- Sariadai, S.kp & Rita Yuliani,
S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
PT. Fajar interpratama. Jakarta
Komentar
Posting Komentar