ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEKERASAN RESIKO TINGGI TERHADAP ORANG LAIN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEKERASAN RESIKO TINGGI TERHADAP ORANG LAIN
Pengertian
Amuk merupakan respon kemarahan yg paling maladaptif yg ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yg kuat disertai hilangnya kontrol,dimana
individu dpt merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Keliat,1991).
Faktor-faktor yang mempengaruhi amuk
Tingkah
laku amuk dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.Dalam beberapa
teori,faktor ini dibagi 3 pandangan yaitu :
1.Model Teori Importation :
Teori ini mencerminkan
kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi nilai-nilai tertentu,sikap,pola
tingkah laku kondusif terhadap amuk kedalam situasi pengobatan dan perawatan
(Armstrong,1978 dalam wilson,1988).
Faktor-faktor
penyebab/mempengaruhi tingkah laku amuk adalah sebagai berikut :
a.
Faktor sosial dan kultural
Staus emosi yg rendah,adanya riwayat
penganiayaaan pd masa anak-
anak,pengalaman hidup dari sub kultur yg mengatasi konflik dng
kekerasan,riwayat perilaku kekerasan.
b.
Penyakit gangguan mental
seperti schizofrenia,gangguan kepribadian,gejala/ sindroma psikotik organik.
c.
Mental retardasi
d.
Akibat menderita penyakit yg
berat atau terminal
e.
Demografi:Usia dan jenis
kelamin, lelaki muda cenderung meningkat tingkah laku amuk.
f.
Seseorang yg putus asa dan
tidak berdaya.
2.Model Situasionism
Amuk adalah respon terhadap keunikan,kekuatan dan lingkungan ruamh sakit
yg terbatas yg membuat klien merasa tak berharga dan tdk diperlakukan secara
manusiawi.Model menggambarkan bagaimana
lingkungan dpt mendukung terjadinya kondisi amuk seperti : ruang &
kondisi,kesibukan,penempatan klien diunit tersebut,penggunaan waktu,design
arsitektur ruangan,pola staf,tingkat kegiatan
dan komposisi jumlah klien.
3.Model Interaksi
Model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yg terjadi antara klien
dan perawat dpt memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk,Model ini
memfokuskan pd 3 elemen tjdnya cetusan amuk yaitu : Provokasi,Expectasi
(harapan) dan Konflik.
Proses Terjadinya Amuk
Amuk
adalah respon marah terhadap adanya stres,rasa cemas,harga diri rendah,rasa
bersalah,putus asa dan ketidak berdayaan.respon ini dpt diekspresikan secara
internal maupun eksternal. Secara internal dpt berperilaku yg tdk asertif &
merusak diri,sedangkan secara eksternal dpt berupa perilaku destruktif agresif.
Adapun respon marah diungkapkan melalui 3 cara Yaitu : Secara verbal,Menekan
dan menantang.
Bagan 1. Konsep Marah
(Beck,Rawlins,Williams,1986,hal 447 dikutif oleh Keliat, 1991).
Ancaman
atau kebutuhan
↓
stress
↓
Cemas
↓
Marah
↓
Merasa kuat Mengungkapkan scr verbal
Merasa tdk adekuat
↓ ↓ ↓
Menantang Menjaga keutuhan org lain Menantang
↓ ↓
↓
Masalah tak selesai
Lega Mengingkari marah
↓ ↓
↓
Marah berkepanjangan Ketegangan menurun Marah tdk
terungkap
Rasa
marah teratasi
Muncul rasa bermusuhan
↓
Rasa bermusuhan menahun
Marah pada diri sendiri Marah pd org lain/lingkungan
Depresi psikomatik Agresif mengamuk
Pengkajian
1.
Identitas klien
2.
Alasan masuk biasanya
berperilaku aneh berupa marah-marah tanpa sebab, menya-kiti diri sendiri dan
org lain serta merusak lingkungan.
3.
Faktor predisposisi
- Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang
- Riwayat pendidikan
- Riwayat pekerjaan
- Penggunaan waktu luang
- Hubungan antar manusia
- Tindakan anti sosial
- Penyakit yg pernah diderita
- Riwayat gangguan jiwa dimasa lalu
- Pengobatan sebelumnya
- Kekerasan dl keluarga
- Trauma krn aniaya fisik/tindakan kriminal
4.
Apakah ada anggota keluarga yg
mengalami gangguan jiwa
5.
Apakah ada pengalaman masa lalu
yg tdk menyenangkan
6.
Bagaimana keadaan fisik klien
scr umum (S,N,Tensi,RR,TB,BB Serta keluhan fisik lainnya).
7.
Bagaimana Kondisi Psikosoial
klien : Genogram keluarga,Konsep diri klien,Hubungan sosial klien,spiritual
klien.
8.
Bagaimana status mental klien:
Penampilan,pembicaraan,aktivitas motorik,alam perasaan, afek,interaksi selama
wawancara,persepsi klien,proses pikir,isi pikir, tingkat kesadaran,
memori,Tingkat konsentrasi dan berhitung,kemampuan penilaian daya tilik diri.
9.
Kemampuan klien memenuhi
kebutuhan
10. Kemampuan klien dalam kegiatan kehidupan sehari-hari
11. Kebersihan diri klien
12. Nutrisi klien
13. Tidur/istirahat klien
14. Apakah klien memiliki sistem pendukung
15. Apakah klien menikmati saat bekerja,yg menghsilkan atau hobbi
16. Mekanisme koping adaptif atau tdk
17. Apakah klien memiliki masalah psikososial atau lingkungan
18. Bagaimana pengetahuan klien & klg ttg penyakit jiwa.
Diagnosa Keperawatan
1.
Kekerasan resiko tinggi b.d
adanya gangguan proses pikir
2.
Gangguan sosialisasi b.d
hambatan komunikasi verbal
3.
Resiko Tinggi melukai orang
lain b.d Ketidak mampuan mengontrol diri
4.
Koping keluarga inefektif b.d
kurangnya kemampuan merawat amuk.
1.Kekerasan resiko tinggi b.d adanya
gangguan proses pikir
Tujuan Jangka Pendek :
Klien mempertahankan agitasi
pada tingkat yg dpt dikendalikan shg tdk menjadi kekerasan pd waktu lain.
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tdk membahayakan diri
sendiri,org lain dan lingkungan saat dirumah sakit maupun dirumah.
Intervensi
1).Bangun kepercayaan dengan
klien
·
Jangan mengemukakan
alasan,berdebat atau menentang waham
·
Yakinkan klien bahwa dia berada
dlm keadaan aman & tdk berbahaya
·
Jangan tinggalkan klien sendiri
·
Sarankan klien u/ mengungkapkan
perasaannya
·
Tunjukan penerimaan thd
kebutuhannya spt membicarakan pengalaman yg memicu timbulnya waham
·
Tetap tenang
Rasional
U/
menghindari kecurigaan dan menumbuhkan kepercayaan/keterbukaan
2).Kaji Tingkat ansietas
klien
Rasional
Dengan
mengenali prilaku ini perawat dpt mengatasi sebelum kekerasan terjadi.
3).Kaji sensori yg
menimbulkan keinginan u/ melakukan kekerasan
Rasional
U/
mengetahui ttg perubahan isi pikiran yg menimbulkan perubahan perilaku.
4).Jangan menerima /mengkritik isi pikir klien yg salah
Rasional
Karena akan
mengurangi kepercayaan & memunculkan konflik antar klien perawat yg dpt
menghambat hubungan terapeutik
5).Pertahankan tingkat
rangsang yg rendah pd lingkungan klien
Rasional
Ansietas meningkat
pd rangsangan yg tinggi.
6).Singkirkan objek yg
berpotensi membahayakan
Rasional
Dlm keadaan
dissorientasi klien dpt menggunakan objek ini u/tindakan kekerasan
2.Kerusakan interaksi sosial b.d hambatan komunikasi verbal
Tujuan jangka pendek
Klien mengembangkan hubungan saling percaya dng staf,mengajak interaksi
dng staf
Tujuan Jangka Panjang
·
Klien dng sukarela mau
melakukan aktivitas kelompok bersama klien yg lain & staf
·
Klien dpt menahan diri u/ tdk
melakukan perilaku egosentris yg menyinggung org lain & tdk mendukung suatu
hubungan saat pulang
Intervensi
1).Luangkan waktu u/ berinteraksi dng klien
U/
membentuk persepsi klien agar merasa berharga/dihargai
2).Kembangkan hubungan terapeutik melalui kontak yg sering,singkat &
menerima
Rasional
Kehadiran,penyampaian
& penerimaan menolong meningkatkan harga diri/kepercayaan klien
3).Ajak klien u/ melakukan
aktivitas kelompok,berikan klien kesempatan
meng-ambil keputusan sendiri u/meninggalkan kelompok.
Rasional
U/memberikan
rasa aman scr emosional kepada klien
4).Berikan umpan balik langsung dari interaksi yg telah dilakukan klien
dng org lain
Rasional
U/
mengubah perilaku klien kearah positif.
5).Ajarkan tehnik asertif
& cara berespon serta ketrampilan dlm melakukan hubung an dng org lain
Rasional
Pengetahuan ttg
tehnik asertif dpt meningkatkan hubungan klien dng org lain
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih
Bahasa : Yasmin Asih, Edisi 6, EGC,
Jakarta, 1998
Keliat, B. A., Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC,
Jakarta, 1999
Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric
Nursing, 2 nd Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993
Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of
Psychiatric Nursing, 6 th Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998
Towsend, Mary C., Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan,
Alih Bahasa : Novy Helena C.D., Edisi 3, EGC, Jakarta, 1998\
Stuart, G. W. & Sandra J.
Sundeen, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 1 st Edition,
Mosby Company, St. Louis, 1995
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
pada tahap
pengkajian ini dilakukan wawancara langsung dengan klien, ibu klien dan Ayah
klien, serta menganalisa catatan medik dan catatan keperawatan untuk
mendapatkan data, disamping mengobservasi langsung tehadap klien.
1. Indentitas
N a m a : Tn. A.R
U m u r : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tdk tamat SMK (Hanya
sampai Kls I)
Pekerjaan : Tdk bekerja
Alamat : Mergoayu RT.2/5
Ngranggot,Nganjuk
Tgl. MRS : 29 Nopember 2001
Tgl. Pengkajian : 4 desember 2001
Diagnosa Medis : Skhizofrenia hebefrenik
Nomor Register : 10108465
Informan : Ny.K
(Ibu),Tn. S (Ayah)
Penggung jawab klien :
Orang Tua.
2. Alasan Masuk
Klien Marah-marah
tanpa sebab,memecahkan semua kaca jendela rumah dan memukul ayahnya.keluarga
sudah membawanya berobat kedokter dinganjuk tapi tdk berhasil klien tetap
marah-marah.
3. Faktor Predisposisi
Klien pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu (+ 1 tahun yang lalu) pengobatan
sebelumnya jarang berhasil karena pasien tidak kontrol dan putus obat. Klien
pernah mengalami penolakan dari lingkungan (ditinggal orang yang dicintai).
Dalam anggota keluarga lain.
4. Dimensi Fisik
a. Aktivitas fisik sehari –
hari
1.
Nutrisi
Klien saat di
rumah makan tiga kali sehari secra teratur, di RS klien klien makan teratur
sesuai dengan jadwal yang telah berlaku, klien makan di dalam kamar dan porsi
makan yang diberikan selalu dibagikan bahwa klien merasa kurang . Klien tidak
mendapatkan program diet khusus masalah keperawatan?
2.
Istirahat tidur
Kebiasaan tidur
klien dirumah tidak teratur (klien begadang sampai larut malam). Di rumah sakti
klien tidur mulai pukul 22.00 – 04.00 klien sering terbangun suara – suara yang
mengajak ia bicara klien juga sering bangun terlalu pagi. Masalah keperawatan ?
3.
Aktivitas Fisik
Di RS klien mau
mengikuti kegiatan yang sudah terprogram di ruang jiwa C. Jika diajak melakukan
aktivitas, klien tidak menolak tapi hanya sebentar saja terus bilang
lelah/malas kemudian pergi jalan-jalan.
Dalam
berpenampilan, klien kelihatan tidak rapi, rambut acak- acakan
b.
Pemeriksaan fisik
Tingkat
kesadaran klien berubah dengan tanda – tanda vital T. 120/80 mmHg, suhu 370C
pernafasan 20 x / menit nadi 84 x/mnt. Pada klien tidak ditemukan adanya
kelainan maupun keluhan fisik yang dirasakan.
5. Dimensi Psikososial
1. Genogram
Didalam keluarga Tn.A.R tidak
ada yang menderita gangguan jiwa, klien merupakan anak pertama dari 3
bersaudara 1 perempuan 2 laki – laki, klien tinggal bersama kedua orang tua dan
1 kemenakan laki – laki
2.
Konsep kasus
a. Identitas
diri : Klien dapat menyebutkan
identitas dirinya yaitu nama,umur, jenis kelamin, pekerjaan dengan bebas.
b. Harga diri : Klien sebelum mereka menilai dirinya
sebagai orang yang sehat,klien bingung mengapa ia dibawa ke RS
c. Ideal diri :
Klien berkeinginan kalau sembuh klien ingin merawat dan membahagiakan kedua
orang tuanya yang sakit.
d. Gambaran diri : Klien memandang dirinya tidak ada kalainan
fisik
e. Peran : Klien berperan sebagai anak.
3. Hubungan sosial
Menurut klien
orang yang berarti adalah kedua orang tuannya dan adik kandung perempuannya,
dirumah klien berperan serta dalam kegiatan kelompok siskamling dan kadang –
kadang dan klien merasa tidak ada hambatan dalam berhubungan/berinteraksi dengan
orang lain.tapi belakangan klien bergaul dng teman yg tdk sekolah/bekerja yg
membawa pengaruh buruk bagi klien.Klien suka menolong org lain terutama teman.
4. Dimensi spiritual
Klien beragama
islam klien melakukan kewajiban sholat secara rutin 5 waktu dalam sehari, klien
berpandangan bahwa sakit adalah suatu cobaan / ujian dari tuhan.Tapi belakangan
klien tdk mau lagi melakukan semua itu
karena malas.
VI Status mental
1.
Penampilan Tn.A.R terkesan
tidak rapi rambut klien acak – acakan pakaian
ganti tapi dipasang sembarangan.Kadang klien mengganti pakaian didepan
org lain tanpa merasa malu/sungkan.
2.
Pembicaraan klien cepat, klien
bicara sendiri pembicaraan terarah tapi non realistik karena tidak ada lawan
bicara.
3.
Aktivitas motorik
Klien tampak
tenang tanpa menunjukan aktivitas motorik yang berlebihan dan berarti.
4.
Alam perasaan
Klien merasa
bingung kenapa dibawa ke rumah sakit,ia merasa tdk sakit,klien cuek terhadap
keberadaan ibu & ayahnya. .
5.
Afek datar
Klien tidak
bereaksi terhadap stimulus / ragsangan dari luar
6.
Interaksi selama wawancara
Kontak mata
klien kurang, klien menerima kahadiran orang lain artinya klien tidak mematuhi
/ marah pada orang lain yang mendekati klien tidak berespon terhadap kehadiran
orang.
7.
Persepsi
Terdapat
halusinasi pendengaran, klien seolah – olah sedang diajak bercakap – cakap
& ditemui seseorg
8.
Proses pikir
Klien mengalami
perubahan proses pikir sirkumtansial pembicaraan klien berbelit belit tapi
tidak mencapai tujuan.
9.
Isi pikir
Klien mengalami
gangguan isi pikir (obsesi) pikiran yang selalu muncul, walaupun klien berusaha
untuk menghilangkanna adanya halusinasi pendengaran. Ide pikir tidak jelas.
10. Tingkat
kesadaran
Kesadaran klien
berubah orientasi klien terhadap orang tempat dan waktu baik
11. Tingkat
konsentrasi
Klien mudah beralih
berbicara dengan topik yang tidak menetap (berganti – ganti)
12.Kemampuan
penilaian
Klien mengalami
gangguan ringan artinya klien masih mampu pengambilan suatu keputusan
13. Memori
Klien tidak
mengalami gangguan daya ingat saat ini jangka panjang, pendek
VII.Kebutuhan Persiapan Pulang
1.
Kemampuan klien memenuhi /
menyediakan kebutuhan klien hanya mampu memenuhi kebutuhan makanan dan keamanan
dalam pemenuhan kebutuhan yang lain klien masih membutuhkan bantuan orang lain.
2.
Kegiatan hidup sehari – hari
a.
perawatan diri
Klien masih
membutuhkan bantuan minimal BAB / mandi kebersihan ganti pakaian. Klien masih
sering di ingatkan / diperintah dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
b.
Nutrisi
Klien tidak
mengalami perubahan pola mutrisi baik dirumah / di RS klien makan 3 x sehari
sesuai jadwal pemberian nafsu makan baik klien selalu menghabiskan porsi
makanan dari RS bahkan klien sering merasa kurang B klien 58 kg tidak ada
program diit khusus dr. RS.
c.
Tidur
Menurut ibu
klien. Klien ada masalah dalam tidur klien sulit tidur, sering terbangun seolah
– olah ada yang membangunkan dan mengajakan berbicara klein tampak kurang segar. Klien bangun terlalu pagi yang
menolong untuk tidur yaitu setelah klien minum obat.
3.
Klien Belum mempunyai kemampuan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
4.
Klien memiliki sistim pendukung
Sistem pendukung klien yaitu keluarga,
profesional / terampil
VIII. Mekanismen Koping
Pertahanan diri
(koping) yang digunakan dalam mengatasi masalah yaitu klien berusaha mencederai
diri & org lain
a)
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Tidak ada
masalah dengan dukungan kelompok, pendidikan, perumahan ekonomi dan pekerjaan,
klien mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan klien tidak kontrol karena
malu dan putus obat, masalah lainnya
klien bergaul dng org yg memberi efek negatif baginya spt:
merokok,minum-minum keras,obat-obat terlarang serta kadang main perempuan.
b)
Aspek Medik
Diagnosa medic : Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medik : Obat – obat –
Frifluperazim 2 x 5 mg
- Chlopromazine 3 x 100 mg
- Tryhexy pheridin 2 x 2 mg
-
Injectie largactil 50 mg lm jika perlu
Terapi gerak : Klien mau ke ruang olah raga
tapi tidak mau melakukan aktivitas olah raga (klien hanya duduk dan bicara
sendiri)
Terapi aktivitas kerja : Klien mau ke ruang terap kerja tapi tidak mau
melakukan aktivitas bermain gitar &
bernyanyi sembarangan (syair tdk jelas) bila td di ajak/disuruh.
ANALISA
DATA
KLASIFIKASI DATA
|
MASALAH
|
05 Desember 2001
· Klien
marah-marah merebut barang milik orang lain.
· Jika
bicara mata sering melotot
· Sering
tampak tegang
· Kurang
bersahabat, curiga pada klien lain
· Bicara
kacau
· Nada
suara tinggi dan cepat
· Vena
jugularis menonjol,saat bicara.
· Kalau
lagi marah jalan-jalan dan menghampiri klien lain.
· Adanya
curiga pada klien lain yaitu pada
klien E ( disangka mengambil uang dan membuat bajunya sobek).
· Menyuruh
klien lain membersihkan ruangan.
· Pernah
bersitegang dengan klien lain gara-gara tempat sampah yang ada didekat
kamarnya diambil oleh klien lain.
Desember 2001
· Klien
tidak ganti baju. Baju yang dipakai pada pertemuan tanggal 10 masih dipakai
hari ini.
· Gigi
klien kuning.
· Kulit
agak bersisik.
· Rambut
kotor banyak ketombe.
· Klien
tidak rapi sering duduk di lantai.
· Klien
menyatakan malas mandi.
· Setiap
kali berinteraksi dengan Mahasiswa ,pk.10.00 WIB Klien belum mandi.
|
Þ Marah yang tidak konstruktif.
Þ Potensial melukai orang lain /Amuk.
Þ Penampilan diri kurang adekuat
Þ Kurang berminat dalam kebersihan.
|
Tanggal
17-4-97
· Klien
cuti,pulang ke rumah.
Tanggal
24-4- 97
· Klien
sering sendiri di ruangan ,tempat tidurnya .
· Klien
tidak pernah berinteraksi dengan klien /orang lain.
· Klien
senang melamun dibawah tempat tidur nya sambil merokok.
· Klien
selalu menyatakan orang lain malas tidak pernah bersih-bersih,hanya dia
sendiri yang bersih-bersih.
· Klien
mengatakan barangnya hilang ,bajunya sobek,klien lain yang mengambil dan
merobek bajunya.
· Kalau
ada orang lain yang sedang ngomong-ngomong,tingkahnya seperti menyelidik.
· Klien
selalu jalan-jalan ke kamar klien lain ,melihat-lihat tanpa berinteraksi.
· Ada
klien M yang asyik duduk ,tiba-tiba
klien marah-marah dan memukul klien M.
|
Þ Gangguan hubungan sosial; menarik
diri
Þ Curiga.
|
|
|
RENCANA
|
KEPERAWATAN
|
JIWA
|
|
|
|
|
|
|
|
NO/
|
Diagnosa
|
|
Perencanaan
|
|
|
Tgl
|
Keperawatan
|
Tunjuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Timdakan Keperawatan
|
Rasional
|
I
|
|
|
|
|
|
05-12-01
|
Resikol melukai diri sendiri dan orang lain/amuk s/d
Ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.
à
Klien mengatakan kesal sama
orang-orang ditumah karena dia tidak pernah diberikan kerjaan yang enak
à
Klien mengatakan kesal sama
orang-orang di RS. Uangnya hilang ada yang mengambil.
à
Klien mengatakan kesal, orang-orang
dirumah sakit bikin kotor saja, habis dibersihkan , kotor lagi.
DO :
à
Jika bicara dengan orang lain mata
sering melotot.
à
Kadang klien tampak tegang.
à
Jalan tanpa tujuan.
à
Klien sering marah dengan suara
keras.
à
Bicara kacau & tdk jelas.
à
Sering membentak orang.
|
Tupan
: Tidak melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang
konstruktif.
Tupen
:
1. Klien
dapat membina hubu-ngan saling percaya dengan perawat
|
1.1. Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi
dengan perawat
à
Membalas salam.
à
Berjabat tangan.
à
Berkomunikasi verbal.
à
Dapat menyebutkan nama perawat.
|
1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun
non verbal
à
Perkenalkan diri.
à
Jelaskan tujuan pertemuan .
à
Terima klien apa adanya.
à
Ciptakan suasana tenang dan relaks.
à
Hargai privasi klien.
1.1.2. Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten.
à
Menepati janji.
à
Mempertahankan kontak mata dan posisi
yang terbuka.
à
Hndari komunikasi yang ber-sifat
rahasia didepan klien .
à
Perhatikan kebutuhan klien .
|
Hubungan saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman
klien terhadap stimulus yang berasal dari perawat , sehingga tercipta
hubungan terapeutik.
Sikap yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien
terhadap perawat, dan klien merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.
|
|
|
2. Klien dapat mengidentifikasi sumber marah
dan mengenal rasa marahnya.
|
2.1. Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan
apa yang membuat dia marah.
à
Mengatakan dalam dalam situasi apa
klien marah.
à
Mengatakan penyebab klien marah.
à
Klien mengatakan dan mengetahui bahwa
dirinya sedang marah
|
2.1.1. Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak
mengancam.
à
Bicara perlahan dan jelas
à
Menggunakan kalimat yang mudah
dimengerti klien.
à
Bersikap terbuka.
2.1.2. Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang
menye-babkan marah.
à
Tunjukkan prilaku empati
Bicara mudah
dimengerti
|
Memberi respon pd klien menandakan perawat mene-rima
kehadiran klien secara utuh, hal ini
merupakan lang-kah awal komunikasi yg
terapeutik dan mempermudah intervensi selanjutnya.
Dengan bantuan perawat diharapkan klien mampu
mengungkapkan penyebab marahnya dan klien dapat mengenal marahnya.
|
|
|
3. Klien
dapat mengidentifikasi tanda-tanda marah.
|
3.1. Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan
minimal 3 tanda-tanda marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi.
à
Wajah merah.
à
Mata melotot.
à
Tekanan darah meningkat.
à
Otot-otot tegang/ menggetar.
à
Tangan dikepal.
à
Muka tegang.
à
Nada suara meninggi.
|
3.1.1 Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal
tanda-tanda saat klien marah yg diketahui klien.
3.1.2. Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa
terjadi pd orang marah.
|
Dgn mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda saat
klien marah, klien dapat mengidentifikasi
tanda ma-rahnya.
Dgn tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat
mengidentifikasi diri sendiri dan orang lain
kalau kondisi spt itu adalah sedang marah.
|
|
|
4. Klien
dapat mendemontrasikan koping yg biasa digunakan apabila klien marah.
|
4.1. Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan
cara-cara klien dalam mengatasi marah yang selama ini dilakukan.
|
4.1.1 Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang
dilakukan bila klien marah.
à
Jangan menyinggung klien
à
Terima apapun yang diungkap-kan
klien.
à
Fokusing dan klarifikasi bila klien
melantur.
4.1.2. Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima
saat klien sedang mendemontrasikan koping-nya.
4.1.3. Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila
mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang
baiknya.
|
Dgn mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien
sebagai bahan untuk inter-vensi selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien
akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Perhatian yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih
percaya diri dalam mengekpresikan prilakunya.
Pilihan baik dan buruk sangat penting saat klien untuk
mempertimbanglkan, sehingga klien sendiri yang akan memutuskan.
|
|
|
5. Klien
dapat menilai koping/ cara mengatsi marah mana yang baik untuk dirinya atau
yang tidak baik ( mengungkapkan marah secara konstruktif ).
|
5.1. Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan
menjelaskan cara marah yang konstruktif.
à
Tidak menyinggung perasaan orang
lain.
à
Tidak melukai orang lain.
à
Tidak merusak.
à
Tidak membuat takut suasa-na.
|
5.1.1. Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang
konstruktif.
à
Latihan Asertif; bagaimana diri
sebagai orang yg mengalami marah.Mengekplorasi diri untuk mengungkapkan
penyebab ma-rah.
à
Menyalurkan energi kemarahan secara
kontruktif.
à
Tehnik relaksasi; Membaca,
menggambar, mendengar mu-sik, nonton tv dll.
à
Penyelesaian masalah ; Menceritakan
pada perawat atau orang lain yang dapat memberikan jalan keluar.
à
Aktivitas fisik ; olahraga, pekerjaan
rumah tangga.
à
Spiritual ; berdoa.
à
Bermain peran.
|
Membantu klien untuk mema-hami atau meningkatkan
pengetahuan klien tentang cara mengungkapkan marah yang bisa diterima orang
lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
|
|
|
|
|
5.12. Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah
secara konstruktif.
5.1,3. Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh
marah yang konstruktif
|
Adanya motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif
dlm mengeks presikan marah.
Menunjukkan realita marah yang konstruktif.
|
|
|
6. Klien
dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara-cara mengekpresikan marah
yang konstruktif.
|
6.1. Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan
prilaku yang menunjukkan cara pengungkapan marah yang konstruktif.
à
Expresi wajah tyidak tegang.
à
Nada suara tidak ringgi.
à
Mata tidak melotot.
à
Nafas tidak cepat.
à
Tidak menggunakan kata-kata kasar.
à
Prilaku tidak agresif.
|
6.1.1.Diskusikan dgn klien tentang upaya untuk menciba
menerapkan cara-cara yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan orang
lain.
6.1.2. Anjurkan pd klien untuk mengungkapkan marah secara verbal yang
dapat diterima orang lain.
6.1.3. Ingatkan klien untuk berlatih terus cara mengungkapkan
marah secara konstruktif.
|
Menerapkan hal yang telah dipelajari berarti klien belajar
mengidentifikasikan dirinya sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam
proses berubah.
Tidak membuat orang lain tersinggung berarti tidak
menambah konflik baru.
Dgn berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.
|
|
|
7. Keluarga
dapat memiliki sikap yg mendukung atas keadaan perkembangan kesehatan klien
|
7.1. Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt
mengidentifi-kasi sikap-sikap yang membuat klien marah.
|
7.1.1. Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi
sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.
7.1.2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap
yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.
|
Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi sikap,
me-mungkinkan keluarga mampu melakukan penilaian terhadap perlakuan yang
membuat klien marah.
Penilaian terhadap sikap sendiri akan meningkatkan
kesadaran keluarga.
|
09-12-01
|
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
DS :
à
Klien selalu mengatakan , klien yang
lain malas-malas.
à
Klien mengatakan klien p
mengejeknyal.
DO :
à
Klien sering menyendiri di tempat
tidurnya.
à
Klien tidak berinteraksi dengan klien
lain.
à
Klien sering melamun dilantai
disamping tempat tidurnya.
|
Tupan :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tupen :
1. Klien
dapat mengungkapkan perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.
|
1.1. Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan
dan persepsinya secara spontan.
1.2. Ekspresi wajah klien tampak tenang.
|
1.1.1. Bina hubungan saling perca-ya :
à
Tepati janji.
à
Jelaskan tujuan intrvensi.
à
Berlaku konsisten.
à
Perilaku bersahabat.
à
Empaty.
1.1.2. Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat
dan ber-sahabat.
1.2.1. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaannya (menggunakan perta-nyaan terbuka)
1.1.2. Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty.
|
Terbukanya hubungan saling percaya antara klien dan
perawat akan mempermudah klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Suasana lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan
mendukung dalan komunikasi terapeutik.
Dengan pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd
klien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Akan meningkatkan hubungan saling percaya.
|
|
|
2. Klien
mengenal curiganya.
|
2.1. Setelah 5 - 7
X pertemuan klien dapat mengenal perasaan curiganya.
|
2.1.1. Adakan kontak yang sering dan singkat
2.1.2. Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi
klien tetapi tidak nyata bagi perawat.
|
Untuk menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan
persaan curiga
Menghargai pendapat klien dan menjelaskan apa yang
dirasakan dan dilihat, diharap-kan hubungan saling percaya tetap terbina dan
klien tidak terlena dengan kecurigaanya.
|
|
|
|
2.2. Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien
curiga setelah 5-7x pertemuan.
|
2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga.
|
Mengetahui penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan
untuk intervensi selanjutnya.
|
|
|
|
2.3. Klien dapat menyampaika n pada perawat saat
terjadinya curiga.
|
2.3.1. Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga
itu timbul.
|
Menigkatkan kerja sama klien dan perawat dalam mengatasi
curiganya.
|
|
|
3. Klien dapat mengontrol curiganya.
|
3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian
klien pd rangsangan realita.
|
3.1.1. Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak
klien untuk berinteraksi diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung
tim-bulnya curiga.
|
Meningkatkan kerja sama perawat- klien utk mengontrol
curiganya dan lingkungan terapeutik akan mengurangi perasaan curiga klien.
|
|
|
|
3.2. Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan
aktivitas yang disenangi.
3.3. Klien dapat memulai dan mempertahankan hubungan dgn orang lain.
|
3.2.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
dan aktivitas yang disenangi.
3.2.2. Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan
kegiatan sehari-hari.
3.31. Perkenalkan
klien dgn klien lain dan mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti
makan, memelihara kebersihan.
3.3.2. Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan
cu-kup bersahabat.
3.3.3. Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan
secara bertahap.
3.3.4. Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan
untuk membina hubungan sosial dan interaksi dgn lingkungan.
|
Dgn kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.
Reinforcement positif sangat-lah penting dalam dalam
meningkatkan kepercayaan klien.
Apabila klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal
lingkungan yang tidak mem-buatnya menjadi curiga, klien akan terhindar dari
perasaan curiga.
Hal ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah
terpola.
Secara bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.
Terapi aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti
sekali untuk klien yg menarik diri.
|
|
|
4. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan
curiga klien.
5. Klien dapat mengikuti program pengobatan.
|
4.1. Setelah satu kali home visit keluarga dapat :
à
Menjelaskan proses terjadinya curiga.
à
Tanda-tanda curiga.
à
Cara mengontrol curiga.
4.2. Keluarga dapat membantu menurunkan perasaan curiga
klien.
5.1. Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.
|
4.1.1. Diskusi dgn keluarga tentang ;
à
Kecurigaan yang terjadi pada klien.
à
Tanda-tanda curiga.
à
Cara mengontrol supaya tidak terjadi
curiga.
4.2.1. Berikan motivasi keluarga agar bersikap empati dan
bersahabat serta tidak membuat klien tambah curiga.
5.1.1. Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan.
à
Awasi klien apakah obat dima-kan.
à
Jelaskan kepada klien tentang reaksi
obat.
à
Perhatikan prinsip 5 benar pada
pemberian obat.
à
Observasi reaksi setelah pem-berian
obat.
|
Dengan meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan
berhubungan curi-ga yang terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam
memberi perawatan kepada klien baik di rumah atau di rumah sakit.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien
gangguan berhubungan dgn perilaku curiga.
Hal ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien.
Dengan perhatian perawat dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna
dan efektif sesuai sasaran.
|
3.
09-12-01
|
Penampilan diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang
minat dalam kebersihan diri.
D.O :
à
Penampilan diri kurang rapih.
à
Baju yang dipakai itu-itu saja tampak
kotor.
à
Kulit agak bersisik & kering
à
Rambut kotor, banyak ketombe.
à
Setiap berinteraksi dgn mahasiswa
klien belum mandi.
à
Kuku panjang dan hitam.
D.S.
à
Klien mengatakan malas mandi.
à
Klien mengatakan waktu pulang malas
mandi karena takut menghabiskan air.
|
Tupan :
Penampilan klien rapih dan bersih.
Tupen :
1. Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan
diri sendiri.
2. Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri
sendiri secara bertahap.
3. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan
dukungan terhadap perewatan kebersihan diri sendiri.
4. Klien dapat mengikuti kegiatan TAK dengan tujuan untuk meningkatkan
kebersihan, klien termotivasi melakukan keber-sihan.
|
1.1. Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri
sendiri, klien dapat menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri
sendiri, dan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
2.1. Selama klien di rawat.
à
Klien dapat mandi sendiri setiap hari
dgn menggunakan sabun mandi, gosok gigi pakai odol, klien tampak bersih.
à
Klien dapat mengganti baju tiap hari
dan pakai pakaian bersih.
à
Klien dapat memperlihatkan kebersihan
rambut, wajah dan kuku.
2.2. Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1
dengan inisiatif sendiri.
3.1. Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat
mengerti tentang, manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan
bagi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri.
4.1. Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara
me-rawat kebersihan, memakai baju, membersihkan tempat tidur klien.
|
1.1.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan
pentingnya merawat diri sendiri.
1.1.2. Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan
diri.
2.1.1. Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari,
menggunakan sabun mandi, ganti baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan
kebersihan, badan wajah, dan kukunya.
2.2. Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri
sendiri.
3.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsep
kebersihan/ self care pada klien
4.1.1. Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai
baju yang rapih, membersihkan tempat tidur.
|
Denman mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam
merawat diri sendiri.
Motivasi sebagai stimulus external yang dapat
meng-gerakkan klien.
Dengan dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara
bertahap klien dapat mandiri dalam merawat diri sendiri.
Klien merasa dihargai dari apa yang selama ini
dila-kukannya.
Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care
bagi klien.
Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan
klien dalam mela-kukan perawatan kebersihan diri.
|
CATATAN KEPERAWATAN
No
|
Tanggal
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
|
|
Keperawatan
|
|
Resspon Klien (S dan O)
|
Modifikasi
|
1
|
05-12-01
|
Resiko melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungkap kan marah
secara kons truktif.
|
1.1.1. membina hubungan saling percaya dengan klien.
à
Mengucapkan salam.
à
Memperkenalkan nama.
à
Berjabat tangan .
à
Kontak mata.
à
menyampaikan tujuan pertemuan.
|
Klien menerima perknalan dengan mahasiswa.
à
Membalas salam.
à
Membalas jabat tangan.
à
Berrespon secara verbal.
|
Interaksi tetap dipertahankan.
|
|
05-12-01
|
Resiko melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d
ketidakmam puan klien mengungka kan marah secara kons truktif.
|
1.1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien
(melanjutkan ).
1.1.1. Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat
dan bersahabat.
|
Hubungan saling percaya sudah terbina selama 3-5x
pertemuan.
Klien menerima kehadiran pera wat.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.1.2. Mempertahankan sikap perawat secara konsisten.
Dalam setiap interaksi dengan klien perawat selalu menepati janji dan berikan
kontrak yang jelas, time out, serta memperhatikan kebutuhan klien.
|
O. Klien tampak senang setelah diberikan pujian terhadap apa
yang sudah positif pada dirinya.
S. Waktu ditanya mengenai man di klien mengatakan sudah,
dan ketika ditawarkan untuk perte muan
lagi klien mengatakan ya.
|
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka, menanyakan pada klien apa
yang membuat klien marah.
|
O. Klien tampak cemberut, tegang, matanya datar, vena
jugularisnya tampak jelas, nada suara agak tinggi pada saat mengungkapkan
perasaannya.
S. Klien mengatakan habis orang lain disini pada kotor,
engga mau bersih-bersih, ke marin aja uang saya hilang dicuri sama klien E.
|
Dilanjutkan dan mengekplorasi lagi perasaan klien.
|
|
|
|
|
|
|
|
09-12-01
|
Resikol melukai diri sen diri atau orang lain/ amuk s/d.
Ketidak mampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.
|
1.1.1. Membina hubungan saling percaya, meng ucapkan salam, menanyakan perasaannya hari
ini, menanyakan tentang kabarnya dirumah (karena klien habis cuti ) apa yang
dilakukan klien di rumah, dan menanyakan perasaan klien setelah pulang.
|
O. Klien tampak senang diper hatikan., dan menerima
kehadir an perawat.
S. Klien menjawab salam , “ selamat pagi “, baik-baik
saja.
|
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.1.2. Mempertahankan sikap perawat yang konsisten,
menepati janji, kontrak yang jelas setiap pertemuan, dan melakukan time out,
serta mempertahankan kebutuhan klien, dan memberikan pujian.
|
O. Klien tampak senang, senyum -senyum, apabila diberikan
puji an.
|
Dipertahankan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka.
|
O. Klien tampak serius, berapi-api dalam mengungkapkan
perasaannya.
S. Klien menjawab apa yang membuat klien marah yaitu “
Habis orang-orang di sini ( klien) malas-malas tidak mau bantu kerja “.
|
Dipertahankan dan dilanjutkan dgn explorasi yg lain.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.1.1. Menanyakan pada klien , apa yang dilakukan klien
bila klien marah.
|
O. Tampak klien tidak terbuka dan menutupi dan mengingkari apa yang sudah
dilakukannya.
Klien tampak cemberut dan tertunduk.
S. Klien hanya mengatakan
|
Dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memcari waktu yg tenang bagi klien.
|
|
|
|
|
Tidak tahu dan saya tidak ingin membuat masalah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gangguan hubungan sosial : menarik diri S/D curiga.
|
1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap
konsisten, dan memelihara ketenangan lingkungan seperti Dx I.
1.1.2. Mendengarkan setiap klien bercerita dengan empati.
|
O. Klien tampak bersemangat untuk bercerita, tapi kadang-kadang
melantur.
|
Dipertahankan dengan memper hatikan komu nikasi dengan
fokusing.
|
|
|
|
2.2.1. Bersama klien mendiskukan tentang curiga pada
klien.
|
O. Klien tampak marah ketika menjawab yang membuat dia
jengkel.
S. Klien menjawab “Orang-orang bikin kesel”, kagak mau
kerja, bisanya bikin kotor, habis klien M sepertinya mengejek.
|
Dipertahankan
|
|
|
Penampilan diri kurang
adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri.
|
1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap empati,
konsisten serta memelihara ketenangan lingkungan. ( seperti Dx yang lain ).
1.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang :
à
Manfaat kebersihan.
à
Cara memelihara kebersihan.
à
Tanda-tanda badan yang bersih.
à
Akibat dari tidak terpeliharanya
kebersihan diri.
|
O. Klien tampak tersenyum dan garuk-garuk kepala
S. Klien mengatakan kalau mandi satu hari sekali dan
kadang-kadang engga mandi. Dan klien mengatakan alasan engga mau mandi “
habisnya malas “.
|
Dipertahankan dan terus diberi kan stimulus.
|
|
10-12-01
|
Resikol melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d
ketidakmam-puan mengungkapkan marah secara konstruktif.
|
1.1.1. Membina hubungan saling percaya sama seperti
hari-hari sebelumnya.Tetap bersikap konsisten.
7. Mendiskusikan tentang keadaan keluarganya.
à
Bagaimana keadaan keluarga dalam
menerima keadaan klien.
|
O. Klien tampak terdiam , perasaan datar.
S. Klien bercerira tentang keluarganya, bahwa sebenarnya
ingin pulang kerumah tapi keluarga tidak mengijinkan , hanya bilang
entar-entar aja.
|
Diperthankan dan direncanakan utk melakukan kunju ngan
rumah. Utk memvalidasi data.
|
|
11-12-01
|
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
|
1.2.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan apa saja yang
membuat klien curiga.
|
O. Tampak klien menutupi perasaannya, dan banyak diam.
S. Klien hanya mengatakan tidak apa-apa.
|
dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memberikan
sti mulus yg kons truktif.
|
|
|
|
3.1.1. Meningkatkan respon klien terhadap realita dengan
menginteraksikan klien dengan klien lain, langsung pada saat klien sedang
berkumpul, memberikan pujian bila klien melakukan hal yang positif.
|
O Klien tampak ketawa, tampak senang.
S. Klien hanya ketawa “he..he..”
|
|
|
|
Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam
kebersihan diri.
|
5.1.1. Memberikan obat dan mengawasi respon klien, serta
menjelaskan kepada klien .
1.1.2. Pada saat mahasiswa datang, tampak klien habis
ganti pakaian yang bersih dan baru. langsung perawat memberikan pujian dan
langsung mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan dan bagaimana caranya
memelihara kebersihan , serta menunjukkan kepada klien tanda-tanda kalau
badan bersih, dan penampilan bersih.
1.1. Memperhatikan kebersihan klien setelah mandi dan
memberikan pujian, serta memberikan contoh langsung kalau tanda badan bersih.
|
O.Klien tampak memakan obat yang diberikan,
S. Klien mengatakan kalau selalu minum obat, bahkan kalu
cuti klien selalu membawa obat.
O. Dengan pujian klien tampak senang, dan
tersenyum-senyum, dan langsung mengambil alat-alat mandi.
S. Klien mengatakan saya belum mandi, kalau begitu mandi
yah.
O. Klien tampak tersenyum, dan merapihkan rambutnya yang
masih basah.
S. Klien mengatakan kalau habis mandi seger dan engga
gatal.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
12-12-01
|
Resikol melukai diri sendiri atau orang lain/amuk s/d
ketidakmampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.
|
1.1.1 Menciptakan suasana menerima klien.
à
Menjalin hubungan saling percaya.
à
Bersama klien menentukan tempat yang
nyaman untuk melakukan interaksi.
3.1.2. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang
biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
4.1.1. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang
dilakukan bila klien marah.
à
Menanyakan kepada klien bagaimana
perasaan klien setelah marah.
à
Mendiskusikan bersama klien tentang
aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana
cara-cara yang baik.
5.1.1. Mendiskusikan dengan klien cara meng-ungkapkan
marah yang konstruktif yaitu melatih untuk relaksasi, memberikan pujian
kepada klien atas keberhasilannya.
7.1.1. Pada saat kunjungan Jam 19.00 WIB Menganjurkan
kepada keluarga untuk meng identifikasi yang sudah dilakukan keluarga pada
saat klien marah.
Diskusikan dengan keluarga penanganan klien marah.
|
O. Klien tersenyum dan mem balas salam dari perawat. Klien
menentukn sendiri tempat untuk berkomunikasi, dan klien tampak senang.
S. Klien mengatakan senang.
O. Iklien tampak berantusias untuk menjawab
S. Dengan suara tegas klien mengatakan kalau marah,
cemberut, muka merah, dada terasa sesak, tubuh gemetar.
O. Klien tampak tegang.
S. Klien mengatakan kalau marah, ngamuk, kadang-kadang
pengen mukul orang, banting pintu dan suara keras.Serta klien mengatakan
kalau marah engga enak cape.
O. Klien mencontohkan tehnik relaksasi dengan menarik
napas dalam, klien tersenyum, dan menunduk.
S. Klien mengatakan enak habis tarik napas.
O. Keluarga tampak terbuka.
S. Keluarga mengatakan kalau klin sedang marah keluarga
diam.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan
Dipertahankan
Dipertahankan
Dipertahankan
|
|
|
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam
kebersihan diri
|
1.1.1 Membina hubungan saling percaya seperti pada Dx. I.
2.3.1. Bersama-sama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
curiga.
3.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang pen-tingnya
kebersihan diri. Mendorong klien untuk mau mengurus kebersihan
diri.Memberikan pujian pada klien dengan niat untuk kebersihan diri.
|
O. Klien tampak menunjukkan ketegangan.
S. Klien mengatakan merasa kesal sama teman-teman klien
lain karena mereka malas-malas, klien mengatakan engga tahu.
O. Klien tersenyum dan sambil garok-garok kepala.
S. Klien mengatakan mau mandi. klien mengatakan malas
mandi.
|
Dipertahankan.
Dipertahankan.
|
|
13-12-01
|
Resikol melukai diri sendiri dan orang lain/ amuk s/d
ketidak mam puan klien mengung kapkan marah secara konstruktif.
|
1.1.2. Menciptakan suasana menerima klien :
à
menjalin hubungan saling percaya.
à
bersama klien menentukan tempat yang
nyaman untuk melakukan interaksi.
5.1.1.Mendiskusikan dgn klien cara meng ungkapkan marah
secara konstruktif misalnya dgn :
à
penyaluran energi dengan memfokuskan
pada ADL ,brsih-bersih dll.
à
Teknik rrelaksasi
à
Ikut dalam kegiatan bermain dalam
kelompok
à
Penyelesaian masalah dengan
menceritakan kepada perawat /orang ain yang dapat dipercaya.
|
O. Klien tampak tersenyum, senang.
S: “Selamat pagi”
“Ngobrol
disana saja”
“Ya, kita
bcara cara marah yang baik”
O: Klien ikut dalam kegiatan Klien aktif dalam kegiatan
TAK namun suaranya kadang masih keras.
TAK dalam rangka membuat selingan aktivitas
S: “Kalau lgi marah saya ngamuk”
|
|
|
|
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga
|
1.1.1. Membina hubungan saling percaya (sepert diagnosa
no.1)
1.1.2. Memelihara lingkungan yang hangat dan ersahabat
2.1.2. menerima curuga sebagai hal yang nyata pada klien
dan memberi penapat bahwa situasi yang dilihat tidak membua perawat
curuigadan tak membahayakan.
3.3.4. Mengikut sertakan klien dalam TAK “Sosialisasi” dan
menunjukkan pada klien bahwa klien yang lain cukup bersahabat.
|
O: Nada suara klien tidak tinggi S : “Saya senang tempat
yang tenangtidak ramai”
S: “Mereka malas semua ,tidak mau kerja”
O.
à
Tampak tegang,cemberut
à
Klien mau memperkenalkan diri dan mau
menerima perkenalan klien lain
O. Klien dapat mengikuti TAK sosialisasi.
S. Klien mengatakan senang mengikuti TAK.
|
Pertahankan
Pertahankan
|
Komentar
Posting Komentar