askep hipertensi pasca stroke
ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA TN. E
RT 03 RW I KELURAHAN
WIYUNG
Pengkajian
tanggal 08 Mei 2002
Data Umum
1. Nama KK :
Tn. E
2. Umur :
28 th.
3. Alamat :
Wiyung I / 28 RT03 RW I Wiyung
4. Pendidikan :
SMA
5. Pekerjaan :
Swasta
6. Agama :
Islam
7. Komposisi Keluarga :
No. / Nama
|
Sex
|
Umur
|
Hub dgn KK
|
Pendd
|
Agama
|
Pekerjaan
|
Status kesh.
|
1. Supatmi
|
P
|
28 th
|
Istri
|
SMA
|
Islam
|
Swasta
|
Sehat
|
2. Mutmainah
|
P
|
40 th
|
Kakak ipar
|
SMP
|
Islam
|
Swasta
|
Sehat
|
3. Reti
|
P
|
78 th
|
Mertua
|
SD
|
Islam
|
-
|
Hipertensi (post stroke)
|
Genogram :
Keterangan : Laki
– laki
Perempuan
Sakit
´ Meninggal
Tinggal
serumah
Keterangan : Laki
– laki
Perempuan
Sakit
´ Meninggal
Tinggal
serumah
- Tipe keluarga : Extended family
Keluarga inti dengan pasangan suami istri bekerja ditambah mertua
perempuan dan kakak ipar perempuan.
- Kewarganegaraan / suku bangsa : Indonesia / jawa
- Agama : Islam
- Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga ± Rp. 900
000,- per bulan yang diperoleh dari kerja Tn Eko sebagai karyawan pabrik
keramik dan istri sebagai karyawan toko. Menurut pengakuan keluarga penghasilan
yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.
- Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi : nonton TV di rumah
dan kadang berkumpul dengan sanak saudara atau tetangga dekatnya.
- Tahap perkembangan keluarga saat
ini : keluarga pasangan baru ( baru menikah 7 bulan yang lalu ).
- Tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi :
Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
pasangan baru Tn. Eko. Sedangkan tugas keluarga yang belum optimal dicapai
sampai saat ini adalah merawat kesehatan keluarga, dimana
terdapat mertua perempuan ( Ny. Reti 78 th ) yang telah menderita sakit kurang
lebih 4 tahun yang sampai sekarang masih memerlukan perawatan dan perhatian
khusus.
- Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga Tn. Eko secara umum ( kecuali Ny. Reti ) tidak ada
masalah kesehatan. Sedangkan Ny. Reti menderita hipertensi ( post stroke ) penderita mengalami
hemiplegi pada ekstremitas kiri kurang
lebih 4 tahun yang lalu. Selama itu pula Ny. Reti memerlukan bantuan dari keluarga dalam pemenuhan kebutuhan diri
dalam hal mandi, berpakaian, toileting, megambil makanan. Pada pemeriksaan yang
dilakukan saat kegiatan pemeriksaan fisik Lansia, TD = 260 / 130 MmHg, Nadi =
96 x / menit, RR = 20 x / menit. Menurut Ny. Eko, penderita sukar sekali diberi
pengertian mengenai diit yang harus dilakukan ( sebatas pengetahuan keluarga ).
Ny. Reti juga tidak pernah kontrol / berobat ke Puskesmas karena tidak ada yang
mengantar, dan hanya kadanag – kadang
chek TD dilakukan oleh cucunya yang masih sekolah di jurusan kesehatan.
- Riwayat kesehatan keluarga
sebelumnya
Kurang lebih 4 tahun yang lalu diketahui menderita hipertensi
setelah mengalami kelumpuhan tangan dan kaki sebelah kiri setelah bangun tidur.
Ny. Reti tidak mengetahui apakah diantara saudara – saudaranya ada yang
menderita penyakit serupa.
Keadaan
Lingkungan
- Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati keluarga Tn Eko ± 96 m2 ( 8 m x 12 m ) terdiri dari : 1 ruangan yang berfungsi
sebagai garasi, 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1
ruang dapur, 1 kamar mandi dan WC. Tipe bangunan rumah adalah permanen. Lantai
rumah terbuat dari keramik dengan kaeadaan cukup bersih, penerangan dan
ventilasi cukup. Sumber air minum adalah PAM.
Jalan kampung ( paving )
Teras depan
Garasi R.
tamu
U K. tidur
K.
tidur R. keluarga K. tidur
K.
tidur R. makan
Dapur K. mandi
WC
Gambar
denah rumah Tn. Eko
- Karakteristik tetangga dan
komunitas RW
Tetangga Tn Eko sebelah kanan rumah adalah ketua RT 03, sedangkan
kiri depan adalah rumah ketua RW I, sedangkan depan rumah adalah tetangga
dimana didalamnya juga terdapat seorang lansia yang bisa diajak ngobrol /
dikunjungi oleh Ny. Reti, kehidupan bertetangga terlihat rukun dan harmonis.
- Mobilitas keluaga
Keluarga ini tidak pernah pindah tempat tinggal sejak menikah,
demikian pula Ny. Reti yang sudah berdomisili
sejak lama.
- Perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat
Semua penghuni rumah dalam keluarga Tn Eko semuanya bekerja kecuali
Ny. Reti, Ny. Reti sendiri sudah tidak aktif lagi dalam kegiatan – kegiatan
diluar misalnya pengajian karena alasan kesehatannya, tetapi anjangsana ke
tetangga - tetangga sebelah hampir tiap
hari dilakukan.
- Sistem pendukung keluarga
Yang merawat Ny. Reti adalah semua anggota keluarga yang ada dalam
rumah, hanya saja tidak mempunyai waktu khusus untuk mengantar Ny. Reti ke
fasilitas kesehatan ( Puskesmas ) yang jaraknya ± 1 Km dari rumah, hanya sekali waktu saja chek tekanan darah
dilakukan oleh cucunya yang masih sekolah kesehatan.
a)
Struktur Keluarga
1.
Pola komunikasi keluarga
Komunikasi dalam keluarga Tn . Eko dilakukan secara terbuka dalam
menyelesaikan suatu masalah, utamanya
mengenai kesehatan Ny. Reti yang memerlukan pengaturan / pantangan makanan
berkenaan dengan penyakitnya, tetapi menurut keluarga hasilnya masih belum
optimal.
2.
Struktur peran keluarga
-
Tn. Eko sebagai kepala
keluarga, pencari nafkah keluarga , mempunyai pekerjaan tetap sebagai karyawan
persh. Pabrik keramik Asia Tile.
-
Ny. Supatmi sebagai istri,
membantu suami bekerja sebagai karyawan di toko Swalayan Sinar.
-
Mutmainah sebagai kakak ipar
KK, juga bekerja.
-
Ny. Reti sebagai mertua KK (
Lansia ), tidak bekerja, menderita sakit hipertensi ( post stroke ) selama
kurang lebih empat tahun.
3.
Nilai atau norma keluarga
Pemenuhan kebutuhan ekonomi nampaknya sesuatu yang perlu direalisasikan untuk kelangsungan hidup
keluarga, terbukti semua anggota dalam keluarga bekerja kecuali Ny. Reti yang
sedang sakit. Terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapi keluarga juga
mendapat perhatian dengan melakukan bantuan pemenuhan kebutuhan diri Ny. Reti
selama sakit, hanya saja belum optimal dengan terbatasnya waktu dari anggota
keluarga yang semuanya bekerja.
b)
Fungsi Keluarga
- Fungsi afektif
Interaksi dan hubungan yang tercipta dalam keluarga ini tampak
berkembang dengan baik, saling mengasuh, saling menghargai dan menghormati posisi masing – masing. Terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi lebih dipandang sebagai tugas dan kewajiban keluarga
yang mesti harus dilaksanakan.
- Fungsi sosial
Keluarga mengajarkan lewat perilaku sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari – hari di rumah dan lingkungannya.
- Fungsi reproduksi
Sebagai pasangan baru keluarga tidak mengikuti program KB karena
belum dikaruniai anak.
- Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga,
penghasilan yang didapatkan keluarga dengan anggota keluarga bekerja
semua cukup untuk memenuhi kebuthan keluarga sehari – hari.
- Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Tn Eko telah memberikan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit ( Ny. Reti ) sebatas kemampuan keluarga dalam hal pemenuhan
kebutuhan diri, misal : membantu
menyediakan makan, mandi, toileting, berpakaian. Kemampuan keluarga dalam hal
mengenal, merawat, dan memutuskan tindakan masih kurang / belum optimal, ini
terlihat dari misalnya: keluarga tidak menyiapkan masakan tersendiri buat Ny.
Reti, tidak mampu meluangkan waktu untuk memeriksakan kesehatan walaupun sudah
merasakan adanya masalah kesehatan dalam keluarga.
c)
Stres dan Koping
- Stresor jangka pendek dan jangka
panjang
Keluarga tidak merasakan adanya stresor yang berarti kecuali kondisi kesehatan Ny. Reti yang menderita
penyakit kronis yang memerlukan bantuan
perawatan sehari – hari.
- Kemampuan keluarga berespon
terhadap stressor
Keluarga terlihat sudah beradaptasi atas stressor yang dihadapi dan
merasa sebagai suatu bagian dari
kehidupan yang harus dijalani.
- Kekuatan yang mengimbangi stressor
-
Perhatian yang cukup dari semua
anggota keluarga terhadap kesehatan Ny. Reti
-
Kepala keluarga menerapkan
musyawarah dalam mengambil suatu keputusan
-
Karakteristik tetangga yang
kondusif
-
Tempat tinggal yang permanen (
rumah sendiri )
- Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga sering menasehati / memarahi Ny. Reti atas ketidak patuhan
diit yang mesti harus dilakukan.
d)
Pemeriksaan Fisik
Secara umum kondisi kesehatan keluarga dalam keadaan sehat, kecuali
Ny. Reti yang memerlukan perhatian khusus :
- Keadaan umum
TB : ± 150 cm.
BB : ± 45 kg.
TD : 260 /
130 mmHg
N : 96 x /
menit
RR : 20 x/
menit
S : - (
tidak panas )
- Kepala : bentuk normal, rambut banyak memutih cukup bersih
- Mata : berair ( Nrocos ), pandangan kabur / terganggu
- Telinga : normal, pendengaran masih bagus
- Hidung : normal
- Leher : terdapat pembesaran / bendungan vena jugularis
kiri
- Dada : pergerakan
kiri / kanan simetris
- Abdomen : normal
- Ekstremitas : hemiplegi ekst. kiri
e)
Harapan Keluarga
Keluarga berharap tetap tercipta hubungan yang harmonis dalam
keluarga dan adanya perubahan perilaku / kondisi yang lebih baik terhadap
kesehatan Ny. Reti.
Analisa data
No.
|
Data
|
Masalah
|
Penyebab
|
1.
|
Ny. Reti ( 78
th )menderita hipertensi T: 260 / 130 mmHg. ( post stroke ) selama 4 tahun,
berjalan dengan alat bantu tripot, tidak pernah kontrol tekanan darah,
sendirian bila ditinggal bekerja, tidak patuh diit. tidak disediakan makanan
tersendiri buat Ny. Reti, keluarga tidak sempat meluangkan waktu untuk
mengantar berobat.
|
Resiko
terjadinya serangan stroke ulang (
pecahnya pembuluh darah akibat hipertensi )
|
Ketidakmampuan
keluarga dalam merawat penderita lansia dengan Hipertensi.
|
Diagnosa
Keperawatan keluarga :
Resiko
terjadinya serangan ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah otak akibat
hipertensi ) pada Ny. Reti berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota lansia yang sakit.
Skala untuk menentukan prioritas askep keluarga :
No.
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat masalah:
Tidak/kurang
sehat
|
3/3 x 1
|
1
|
Tidak/kurang
sehat
|
2.
|
Kemungkinan
masalah untuk diubah:
Hanya sebagian
|
½ x 2
|
1
|
Ketidakpatuhan
penderita untuk diit, pengawasan keluarga yang kurang, penderita usia lanjut,
dan penyakit kronis.
|
3.
|
Potensial
masalah untuk dicegah:
Cukup
|
2/3 x 1
|
2/3
|
2.
Ketersediaan dana cukup,
keluarga mulai
mengerti pentingnya perawatan hipertensi
|
4.
|
Menonjolnya
masalah:
Masalah berat
harus ditangani
|
2/2 x 1
|
1
|
Keluarga dan
Lansia menyadari bahwa keadaan sehat adalah penting
|
|
Total skor
|
|
3 2/3
|
|
Prioritas
masalah :
1.
Resiko terjadinya serangan
ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi ) pada Ny. Reti
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota Lansia yang sakit.
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA TN. J
No. Diagnosa
|
Goal
|
Objectives
|
Criteria
|
Standart
|
Intervensi
|
1.
Resiko terjadinya serangan
ulang stroke ( pecahnya pembuluh darah
otak akibat hipertensi ) keluarga Tn. Jafar. S khususnya Ny. Marini b.d ketidakmampuan keluarga merawat lansia
dengan Hipertensi
|
Setelah
dilakukan penyuluhan pada keluarga dan lansia, masalah kesehatan lansia
teratasi
|
1.
Keluarga mengenal masalah
kesehatan lansia (Ny. Marini)
|
Verbal
|
-
Keluarga dapat menjelaskan
pengertian Hipertensi
-
Keluarga dapat menyebutkan
tanda dan gejala Hipertensi
-
Keluarga dapat menjelaskan
perawatan lansia dengan Hipertensi
|
1.
Kaji pengetahuan keluarga
tentang Hipertensi
2.
Jelaskan pada keluarga
tentang Pengertian, tanda dan gejala, tidakan yang harus dilakukan pada
lansia dengan Hipertensi
3.
Bimbing keluarga uttuk
mengulangi yang telah dijelaskan
4.
Beri pujian tentang apa
jawaban yang benar
|
2.
Keluarga dan lansia mampu
mengambil keputusan tentang tindakan yang tepat pada lansia
|
Verbal
|
-
Keputusan keluarga untuk
membawa Ny. Marini ke pelayanan kesehatan
|
1.
Beri penjelasan akibat lanjut
dari penyakit Ny. Marini
|
||
|
|
3.
Ny. Marini bersama keluarga
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada
|
Psikomotor
|
-
Lansia memeriksakan diri ke
Puskesmas/RS
|
2.
Menganjurkan keluarga untuk
Memeriksakan Ny. Marini ke RS / Puskesmas
|
PELAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. JAFAR. S
Diagnosa keperawata keluarga
|
Tujuan
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
Resiko terjadinya serangan
ulang stroke ( pecahnya pembuluh
darah otak akibat hipertensi ) keluarga Tn. Jafar khususnya Ny. Marini
b.d ketidakmampuan keluarga merawat
lansia dengan Hipertensi
|
Keluarga
mengenal masalah kesehatan
Keluarga mampu
memberikan perawatan dan memutuskan tindakan yang sesuai terhadap masalah
kesehatan keluarga dengan lansia yang menderita hipertensi
|
13 Agustus ’02
13 Agustus‘02
|
1.
mengkaji pengetahuan keluarga
tentang hipertensi
2.
menjelaskan pada keluarga
tentang pengertian , penyebab, tanda dan gejala serta upaya pencegahannya
3.
membimbing keluarga untuk
mengingat kembali apa yang telah didapatkan dari penjelasan perawat
1.
menganjurkan kelurga untuk
membatasi asupan garam bagi Ny. marini
2.
menganjurkan keluarga
menyiapan makanan tersendiri untuk Ny.
Marini
3.
menganjurkan pada Ny. Marini
untuk menghindari makanan – makanan yang dapat memperberat penyakitnya
4.
menganjurkan pada Ny. Marini
untuk berada dalam kondisi relaks, menenangkan pikiran, tidak stres
5.
menganjurkan pada keluarga
untuk meluangkan waktu untuk mengantar
Ny. Marini memeriksakan kesehatannya
6.
memberi kesempatan pada
keluarga untuk mengambil keputusan.
|
13 Agustus’02
TD : 160 / 100
mmHg. Keluarga mengerti tentang hipertensi dan upaya pencegahannaya.
13 Agustus ’02
keluarga dapat
menerima masukan – masuukan yang telah disampaikan perawat
17 Agustus ’02
Ny. marini
memeriksakan kesehatannya saat dilakukan program pemeriksaan kesehatan lansia
|
PRE PLANNING
Penyuluhan askep keluarga dengan Hipertensi.
I.
Latar belakang
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ³ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi. Dengan kata
lain hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik
dan / atau diastolik yang tidak normal.
Klien yang menderita hipertensi bila tidak mendapatkan pengelolaan yang
benar bisa menyebabkan berbagai resiko yang berakibat fatal.
Pada keluarga Tn. Eko, dimana terdapat anggota keluarga yang
menderita hipertensi, dirasa perlu
mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hipertensi untuk kepentingan
perawatan bagi penderita.
II.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu mengenal
penyakit hipertensi dan dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.
III.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu :
-
menyebutkan pengertian
hipertensi
-
menyebutkan penyebab hipertensi
-
menyebutkan tanda dan gejala
hipertensi
-
menyebutkan cara pencegahan
hipertensi
IV.
Sasaran
Seluruh anggota keluarga : Tn. Jafar. S, Ny. Marini, Sdri. Ainur.R,
Luluk. A, Ahmad. L.
V.
Media
Media penyuluhan yang akan digunakan : leaflet
VI.
Metode
Metode yang digunakan : ceramah, diskusi / tanya jawab
VII.
Strategi pelaksanaan
-
Memperkenalkan pembimbing,
kontrak waktu, dan pembukaan : 5 menit
-
Menyampaikan materi hipertensi
dan diskusi : 30 menit
-
Melakukan evaluasi dan
terminasi : 15 menit
VIII.
Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari : Jum’at /
16 Agustus 2002
Pukul : ± 10 00 WIB –
selesai (± 50 menit )
Tempat : Rumah Tn.
Jafar. S, RT 02 RW II Kel. Wiyung.
SATUAN
ACARA PENYULUHAN
Bidang studi : Keperawatan keluarga
Topik : Penyakit hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn. Jafar. S
Tempat : Rumah Tn. Jafar. S
(Wiyung II / 100 RT. 02 RW II Wiyung)
Hari / tanggal : Jum’at / 16 Agustus 2002
Waktu : 50 menit
I.
Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu mengenal
penyakit hipertensi dan dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang menderita penyakit hipertensi.
II.
Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu :
-
menyebutkan pengertian
hipertensi
-
menyebutkan penyebab hipertensi
-
menyebutkan tanda dan gejala
hipertensi
-
menyebutkan cara pencegahan
hipertensi
III.
Sasaran
Seluruh anggota keluarga : Tn. jafar, Ny. Marini, Sdra.
Ainur,Luluk,Ahmad.
3.
IV.
Materi
1.
Penyakit hipertensi
2.
Diit Rendah garam
V.
Metode
1.
Ceramah
2.
Diskusi / tanya jawab
VI.
Media
Leaflet: hipertensi dan diit
rendah garam
VII.
Kriteria evaluasi
1.
Evaluasi struktur
Semua anggota keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rumah Tn. Eko
Pengorganisasian penyuluhan dilakukan hari sebelumnya
2.
Evaluasi proses
Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
Keluarga tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
Keluarga terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3.
Evaluasi hasil
Keluarga mengerti tentang penyakit hipertensi, dapat menyebutkan
pengerian, penyebab, tanda dan gejala, hal – hal yang memperberat penyakit
hipertensi serta upaya - upaya pencegahannya
VIII.
Pengorganisasian
Pembicara / fasilitator :
Subhan
Supervisor :
Ibu Esti ( pembimbing PSIK )
Materi
Stroke dan Hipertensi
Stroke
Hampir semua orang lanjut usia sedikitnya memiliki beberapa sumbatan
pada suplai darah arteri ke otak, dan sebanyak 10 % sebenarnya memiliki cukup
banyak sumbatan untuk menyebabkan gangguan fungsi, yaitu suatu kondisi yang
disebut “ stroke”.
Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada satu atau lebih arteri yang
memberi makanan ke otak. Plak biasanya
mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan yang menghambat
arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut pada area
yang terlokalisasi. Atau, pada sekitar seperempat penderita yang mengalami stroke, penyebabnya adalah
tekanan darah tinggi yang membuat salah satu pembuluh darah pecah; terjadi
perdarahan yang mengkompresi jaringan otak setempat.
Stroke adalah sindroma klinis yang timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian , dan semata – mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Pada stroke non haemorhagic ( iskemik ), gejala utamanya adalah
timbulnya defisit neurologis secara mendadak / subacut, didahului gejala
prodomal , terjadi waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak
menurun, kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi pada usia diatas 50
tahun.
Penyebab :
-
Infark otak ( 80 % ) misal :
emboli
-
Perdarahan intraserebral ( 15 %
) misal : hipertensi
-
Perdarahan subarachnoid
-
Penyebab lain : kelainan
hematologis, penyalahgunaan obat ex: kokain atau amfetamin
Faktor Resiko
-
Yang tidak dapat diubah :
Usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke,
penyakit jantung koroner.
-
Yang dapat diubah :
Hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan
obat, kontrasepsi oral.
Hipertensi
Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ³ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
anti hipertensi. ( Kapita Selekta Kedokteran,
2001 ).
Berdasarkan penyebabnya :
- Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 %
kasus .
- Hipertensi skunder atau hipertensi
renal, penyebab spesifiknya diketahui terdapat sekitar 5 % kasus.
Efek letal dari hipertensi terutama disebabkan oleh tiga hal berikut
:
- kelebihan beban kerja pada jantung
, yang menimbulakan perkembangan awal dari penyakit jantung
kongestif, penyakit jantung koroner
atau keduanya, yang seringkali menyebabkan kematian akibat serangan
jantung.
- Tekanan yang tinggi seringkali
menyebabkan rupturnya pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh
kematian pada sebagian besar otak,
keadaan ini disebut infark serebral, yang secara klinis dikenal dengan
nama “ stroke “. Bergantung pada bagian otak mana yang terkena, stroke dapat
menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, demensia, atau berbagai gangguan otak
yang serius lainnya.
- Tekanan yang tinggi hampir selalu
menyebabkan berbagai perdarahan pada ginjal, yang menimbulkan kerusakan
pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal, uremia dan kematian.
( Buku ajar Fisiologi Kedokteran, 1997 )
Faktor resiko hipertensi adalah
faktor yang bila semakin banyak menyertai penderita maka dapat menyebabkan
orang tersebut akan menderita tekanan darah tinggi yang lebih berat lagi. Ada
faktor resiko yang dapat dihindari atau dirubah dan ada juga yang tidak dapat
dihindari. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari atau dirubah adalah
genetik, suku bangsa dan umur. Berbagai macam faktor resiko yang dapat
dihindari karena dapat memperberat keadaan hipertensi antara lain makanan yang
mengandung lemak dan kolesterol tinggi, garam, makanan asin atau yang diasinkan,
daging kambing, buah durian, minuman alkohol yang berlebihan, makanan dan
minuman yang mengandung bahan pengawet, rokok, kopi, kegemukan (obesitas) dan
stress (MKI. 2000 : 58).
Ada gejala yang tidak boleh diabaikan oleh klien tekanan darah
tinggi karena gejala tersebut berhubungan dengan organ-organ yang menderita
kerugian karena hipertensi yang tidak terkendali, antara lain : serangan
pusing, kekakuan, kehilangan keseimbangan, sakit kepala pagi hari, penglihatan
yang memburuk, semuanya secara bersama-sama menunjukkan adanya masalah dengan
peredaran darah di otak. Kelumpuhan anggota badan, khususnya sebelah badan atau
salah satu bagian muka, atau salah satu tangan, atau kemampuan berbicara
menurun dapat menjadi tanda peringatan adanya stroke. Terengah-engah pada waktu
latihan jasmani, dengan rasa sakit pada dada yang menjalar ke rahang, lengan,
punggung atau perut bagian atas, menjadi tanda permulaan angina. Susah nafas
dapat menjadi tanda yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi kegagalan jantung.
Sering bangun setiap malam untuk buang air kecil dan lebih banyak serta lebih
sering mengeluarkan urine siang hari dapat menjadi tanda pertama gangguan
ginjal (Tom Smith. 1986 : 144).
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu penatalaksanaan non farmakologis dan farmakologis. Pengobatan
non farmakologis sama pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada
hipertensi ringan, diantaranya dengan menurunkan berat badan dan mengurangi
asupan garam, menghindari merokok, minum alkohol, hiperlipedemia dan stress
(MKI. 2000 : 60).
DIIT RENDAH GARAM
Pemberian diit
rendah garam bertujuan membantu menghilangkan retensi garam / air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanan darah pada hipertensi. Diit ini
diindikasikan untuk pasien dengan edema dan / atau hipertensi, seperti pada
gagal jantung, sirosis hepatis, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada
kehamilan, dan hipertensi esensial.
Syarat diit ini
adalah cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin; jumlah natrium yang
diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam / air atau
hipertensi; dan bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.
Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan ( diit
rendah garam )
Golongan bahan
makanan
|
Makanan yang
boleh diberikan
|
Makanan yang
tidak boleh diberikan.
|
Sumber
karbohidrat
Sumber protein
hewani
Sumber protein
nabati
Lemak
Sayuran
Buah – buahan
Bumbu
|
Beras, bulgur,
kentang, singkong, terigu tapioka, hunkwee, gula, makanan yang diolah dari
bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda, seperti : makaroni,
mie, bihun, roti, biskuit, kue kering, dsb.
Daging dan
ikan maksimum 100 gram sehari; telur maksimum 1 butir sehari;susu maksimum
200 gram sehari.
Semua kacang –
kacangan yang diolah dan dimasak tanpa garam.
Minyak,
margarin tanpa garam, mentega tanpa garam
Semua sayuran
segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoas dan soda.
Semua buah –
buahan segar, buah yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoas dan soda.
Semua bumbu
segar dan kering yang tidak mengandung garam dan ikatan natrium lainnya.
|
Roti, biskuit,
dan kue yang dimasak dengan garam dapur,dan atau soda.
Otak, ginjal,
lidah, sardin, keju; daging ikan dan telur yang diawet dengan garam
dapurseperti: daging asam, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, ikan kaleng,
kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang, dsb.
Semua
kacangan dan hasilnya yang dimasak
dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya.
Margarin dan
mentega biasa.
Sayuran yang
diawet dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya, seperti sayuran dalam
kaleng, sawi asin, asinan, acar, dsb.
Buah – buahan
yang diawet dengan garam dapur dan ikatan natrium lainnya.
Garam dapur,
baking powder, soda kue, vetsin dan bumbu yang mengandung garam dapur seperti
: kecap, terasi, saus tomat, petis, tauco, dsb.
|
Komentar
Posting Komentar